Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Confirmation of Soil-Transmitted-Helminths Infection Prevalence by Kato-Katz Kit Diagnostic in Elementary School Children in West Martapura River Banks, South Kalimantan Indonesia Rifqoh, Rifqoh; Cahyono, Jujuk Anton; Kustiningsih, Yayuk
Tropical Health and Medical Research Vol. 5 No. 2 (2023): Tropical Health and Medical Research
Publisher : Baiman Bauntung Batuah Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35916/thmr.v5i1.90

Abstract

Soil-Transmitted Helminths (STH) infections are the most widespread neglected tropical diseases, primarily affecting morbidity in School Age Children (SAC). STH infection in SAC remains a public health problem in Martapura River Banks. Early and accurate STH detection is essential to determine an effective treatment for reducing morbidity. The Health Department recommends detecting STH infection by Kato Katz (KK) but in public health centers only by the direct method. This research objective is to confirm STH infection prevalence by Kato-Katz (KK) in elementary school children in West Martapura River Banks, South Kalimantan, Indonesia, against the direct method. The modified KK templates were developed from acrylic material. A total number of 253 children 7-12 years old in four West Martapura elementary schools were examined for STHs eggs using both microscopies modified KK against direct method by two trained laboratory technicians. STHs infection prevalence was 50 (19.76%), interpreted as low prevalence by direct and 78 (30.83%), moderate by KK. The concordance between both methods was significantly based on Cohen’s kappa (?=0.682). Even though the concordance of both methods was strong, the prevalence of STHs by modified KK was 30.08% higher than by Direct, which was only 20.33% positive. This study recommended using the KK for STHs diagnostic for prevalence measurement in low STHs infection.
Perbandingan Morfologi Sel Darah Pada Apusan Darah Tepi Menggunakan Sari Buah Stroberi (Fragria sp) dan Tomat (Solanum lycopersium) Dengan Metode Wright-Stain Maulana, Muhammad Nurfajrin; Putri, Nadia Amalia; Pribadi, Qothri Agnia; ‎ ‎, Juleha; ‎, Neni Oktiyani; Cahyono, Jujuk Anton
Jurnal Skala Kesehatan Vol 14 No 2 (2023): JURNAL SKALA KESEHATAN
Publisher : Politeknik Kementerian Kesehatan Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jsk.v14i2.416

Abstract

Wright's stain is a stain for blood preparations consisting of methylene blue and eosin reagents. Strawberries contain anthocyanin dyes and tomatoes contain lycopene, both of which have the function of giving a red pigment, making it suitable for use as a substitute for eosin taking into account the acidity of the pH used by eosin solution with alternative dyes to be investigated. The pH of eosin is 5.2 - 6.0 in an acidic environment, while the pH of strawberries is 5.5 - 6.5 and the pH of tomatoes is 6.0-6.5. The purpose of this study was to determine the morphology of blood cells in the peripheral blood smear (SADT) and the effectiveness of natural alternative dyes used. The type of method in this research is Quasi Experiment. The research material used was normal control blood. The data collection technique was in tabular form and analyzed using a descriptive test. The results of microscopic observations of the wright-stain dye as a control with the morphology of erythrocytes, leukocytes, and platelets, produced good staining with a percentage of 96%, while strawberry and tomato juice as alternative colors obtained poor staining results with a percentage of the same amounting to 12.5%. It can be concluded that the natural alternative dyes of strawberries and tomatoes are able to color some blood cells well and have quite good staining quality in some stained blood cells.
Hubungan Lama Dan Frekuensi Minum Minuman Berenergi Dengan Kadar Kreatinin Darah Pada Sopir Bis Noer Salsabila, Erika Putri; Kustiningsih, Yayuk; Cahyono, Jujuk Anton; Thuraidah, Anny
Jurnal Karya Generasi Sehat Vol. 2 No. 1 (2024): Edisi Juni 2024
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jkgs.v2i1.76

Abstract

Minuman berenergi merupakan minuman yang banyak dikonsumsi masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan performa, vitalitas, dan daya konsentrasi saat bekerja. Konsumsi minuman berenergi menyebabkan konsentrasi kreatinin dalam darah secara signifikan meningkat dan menyebabkan terjadinya gangguan fungsi ginjal. Kreatinin merupakan zat yang ideal untuk mengukur fungsi ginjal karena merupakan produk hasil metabolisme tubuh yang diproduksi secara konstan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara lama dan frekuensi konsumsi minuman berenergi dengan kadar kreatinin pada sopir bis Terminal Gambut. Penelitian ini bersifat survey analitik dengan rancangan cross-sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden. Hasil lama dan frekuensi konsumsi minuman berenergi berbanding lurus dengan kadar kreatinin. Pemeriksaan kadar kreatinin menggunakan Clinical Analyzer. Kadar kreatinin seluruh responden memiliki rentang nilai 0,6-1,3 mg/dl dengan rata-rata yaitu 0,99 mg/dl. Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama dan frekuensi konsumsi minuman berenergi dengan kadar kreatinin darah pada sopir bis berdasarkn uji Spearman dengan hasil sig 0,000 (p<α). Disarankan penelitian selanjutnya agar melakukan perbandingan kadar kreatinin orang yang mengonsumsi minuman berenergi dengan kemasan sachet dan botol. Kata kunci: Kreatinin; Minuman Berenergi; Sopir Bis
PERBANDINGAN KADAR ALANINE AMINOTRANSFERASE BERDASARKAN FREKUENSI TRANSFUSI DARAH PASIEN TALASEMIA β MAYOR DI RSD BANJARBARU Rahmawati; Oktiyani, Neni; Kustiningsih, Yayuk; Cahyono, Jujuk Anton
Jurnal Karya Generasi Sehat Vol. 1 No. 1 (2023): Edisi Desember 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jkgs.v1i1.95

Abstract

Talasemia merupakan kelainan darah bawaan yang diakibatkan adanya gangguan sintesis hemoglobin di dalam sel darah merah yang mengharuskan mereka untuk mendapatkan transfusi secara rutin. Transfusi yang berulang-ulang dapat menyebabkan penumpukan zat besi dalam tubuh terutama organ hati, sehingga menyebabkan kadar Alanine Aminotransferase meningkat. Penelitian bertujuan mengetahui perbandingan kadar ALT berdasarkan frekuensi transfusi darah pada penderita talasemia β mayor di RSD Banjarbaru. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik. Teknik pengambilan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian sebanyak 9 orang (30%) subjek penelitian memiliki kadar ALT diatas normal. Hasil pemeriksaan kadar ALT transfusi darah 2 minggu sekali kisaran 15-70 U/L, 3 minggu sekali kisaran 30-51 U/L, dan 4 minggu sekali kisaran 12-41 U/L. berdasarkan Uji One Way Anova didapatkan signifikansi (p = 0,044) yang berarti terdapat perbedaan bermakna paling tidak antar 2 kelompok. Kesimpulan ada perbedaan yang bermakna antara kadar ALT dengan frekuensi transfusi darah.
Perbandingan Kadar Aspartate Aminotransferase (AST) Berdasarkan Frekuensi Transfusi Darah Pada Pasien Talasemia Β Mayor Di Rumah Sakit Daerah Idaman Banjarbaru Rif'ah, Puteri Amalia; Oktiyani, Neni; Kustiningsih, Yayuk; Cahyono, Jujuk Anton
Jurnal Karya Generasi Sehat Vol. 2 No. 2 (2024): Edisi Desember 2024
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jkgs.v2i2.88

Abstract

Transfusi darah rutin pada pasien talasemia menyebabkan terjadinya penumpukkan zat besi di berbagai organ, terutama hati dan jantung, menyebabkan kadar Aspartate aminotranasferase (AST) dapat meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbandingan kadar AST pasien talasemia berdasarkan frekuensi transfusi darah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik. Subjek penelitian berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian memperlihatkan sebanyak 10 orang (33%) subjek penelitian memiliki kadar AST di atas normal, 7 orang diantaranya melakukan transfusi 2 minggu sekali dan 3 orang lainnya melakukan transfusi setiap 3 minggu sekali. Subjek penelitian yang melakukan transfusi setiap 4 minggu sekali seluruhnya memiliki kadar AST normal. Uji One Way Anova menunjukkan terdapat perbedaan bermakna paling tidak antar 2 kelompok (p = 0,043). Pada uji post hoc LSD menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada kelompok transfusi setiap 2 minggu sekali dan 4 minggu sekali (p = 0,013). Kata Kunci : Talasemia, aspartate aminotrasferase, AST, penumpukkan zat besi
Kato Katz against Floatation Technique Comparison for Intestinal Helminth Detection of Elementary School Children in Swamp Wetland Area, South Kalimantan, Indonesia Rifqoh, Rifqoh; Cahyono, Jujuk Anton; Kustiningsih, Yayuk
Medical Laboratory Technology Journal Vol. 10 No. 2 (2024): December
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Analis Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/mltj.v10i2.620

Abstract

Intestinal helminth infections are the most widespread of the world's neglected tropical diseases, primarily affecting morbidity in school-age children. Early and accurate intestinal helminth detection is important to determine an effective treatment for reducing morbidity. This research objective is to compare intestinal worm infections in elementary school children in swampy wetland areas using the Kato-Katz method and Flotation techniques. Two hundred ninety-six elementary school children in Danau Panggang Swamp-wetland, 6-13 years old, were examined for intestinal helminth eggs in no-preservative feces using microscopies Kato Katz and Floatation. The result of Kato Katz was a total egg counting per gram feces of Ascaris lumbricoides 23-92/gr feces Trichuris trichiura 23-207/gr feces and Fasciolopsis buski 23-69/gr feces, while the results of Floatation only Ascaris lumbricoides 10-50/gr feces Trichuris trichiura 20-90/gr feces. The percentage of intestinal helminth infection by Kato Katz was 31,76% (94 samples), which is higher than by the Floatation was 25,34% (75 samples). The Wilcoxon statistical test obtained a significance value of 0.001, which shows p<α (α=0.05); there is a significant difference between the results of the quantitative examination of intestinal worm eggs between the Kato Katz and Floatation technique. It is recommended that Kato Katz's performance testing be continued compared to PCR methods and a wider sample area.
PENYULUHAN DAN PELATIHAN PENCEGAHAN MALARIA SERTA DETEKSI DINI MALARIA DAN ANEMIA DENGAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA PEKERJA PROYEK PENGHIJAUAN DI KECAMATAN ARANIO KABUPATEN BANJAR Rifqoh, Rifqoh; Cahyono, Jujuk Anton; Kustiningsih, Yayuk
JURNAL RAKAT SEHAT (JRS) : Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2 No 2 (2023): Jurnal Rakat Sehat: Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : UPPM Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jrs.v2i2.53

Abstract

Malaria remains a problem in Indonesia and in the world with morbidity and mortality rates quite high, caused by Anopheles mosquitoes which carry the Plasmodium sp parasite. Malaria has an impact on reducing hemoglobin levels in the blood which causes anemia. Forest workers are vulnerable to malaria and anemia. Lack of knowledge can be a factor in increasing the incidence of malaria and anemia. This community service activity aims to increase knowledge about malaria, improve malaria prevention attitudes and behavior, detect malaria and anemia in workers by laboratory examination. Implementation methods include counseling, questionnaires, observations, and laboratory examinations for malaria detection by Rapid Diagnostic Test (RDT) and Microscopic technique, Determine hemoglobin (Hb) levels using Point of Care Testing (POCT) method as an indicator of anemia in blood specimens of 50 forest workers in Aranio District. The results of this activity increased the knowledge, attitudes, and behavior of respondents regarding malaria prevention to 100%, malaria laboratory examinations both RDT and microscopic results were 100% negative. The Hb levels obtained ranged from 8.4 gr/dl to 15.2 g/dl which 35 respondents (70%) were normal and 15 respondents (30%) were below normal or anemia. Another outcome was the formation of the community group “Kelaan Block and Prevent Malaria Transmission“. It is recommended for further community service to continue with other programs based on the Healthy Village concept to prevent and maintain malaria elimination status in the Aranio area that supports the realization of health transformation in Indonesia. Keywords: Counseling, Knowledge, Malaria, Anemia, Forest Workers
Menjaga Keseimbangan Ekologi Dalam Rongga Mulut Dengan Pengolesan Bahan Triplak Dan Penggunaan CPP ACP (Casein Phosphopetide Amorphous Ca Phosphat) Serta Penambalan ART (Atraumatic Restorative Treatment) Di SDN Sungai Alang 1 Kabupaten Banjar Kalimantan Utami, Naning Kisworo; Amperawati, Metty; Nurwati, Bunga; Cahyono, Jujuk Anton; Rahmawati, Nur; Azzahra, Irhaminnisa; Rihlatasita, Nur
JPEMAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2023): JPEMAS : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Yayasan Pendidikan Tanggui Baimbaian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71456/adc.v1i2.187

Abstract

Kesehatan gigi dan mulut masih merupakan hal yang perlu diperhatikan, hal ini terlihat bahwa 90% penduduk Indonesia menderita penyakit gigi dan mulut, adapun karies gigi merupakan masalah utamanya. Meskipun karies gigi merupakan penyakit yang harus bisa dicegah akan tetapi tetap menjadi penyakit kronis yang utama pada anak usia 6-11 tahun (25%) serta remaja usia 12-19 tahun (59%). Di Indonesia, prevalensi karies gigi juga cukup tinggi. Angka kejadian masalah kesehatan gigi dan mulut Kalimantan Selatan termasuk kategori tertinggi ketiga setelah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, yakni 36,1% penduduknya menderita kesehatan gigi dan mulut (Depkes, RI. 2013).