Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PERKAWINAN PADA ISTRI Srisusanti, Septy; Zulkaida, Anita
UG Journal Vol 7, No 6 (2013)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor kepuasan perkawinanyang dominan pada istri dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Subyekpenelitian adalah 68 ibu rumah tangga, 33 di antaranya bekerja dan 35 tidakbekerja, dan beranak minimal satu orang. Mereka tinggal di wilayah Depok danJakarta. Analisis hasil penelitian menunjukkan adanya tiga faktor kepuasanperkawinan yang dominan pada istri, yaitu hubungan interpersonal denganpasangan, partisipasi keagamaan dan kehidupan seksual. Faktor dominan padaistri yang bekerja adalah hubungan interpersonal dengan pasangan, kesesuaianperan dan harapan, komunikasi dengan pasangan, kesamaan minat, kemampuanmenghadapi konflik, dan keuangan. Sedangkan faktor yang dominan pada istriyang tidak bekerja adalah partisipasi keagamaan, kekuasaan dan sikap terhadapperkawinan, kehidupan seksual, hubungan dengan mertua dan ipar, dan anak.Diketahui pula, bagi istri berusia 26-30 tahun, faktor kepuasan perkawinan yangpaling dominan adalah hubungan interpersonal. Bagi yang berusia 31-36 tahunadalah hubungan dengan mertua dan ipar. Ketika usia perkawinan 4-5 tahunfaktor kepuasan perkawinan paling dominan adalah partisipasi keagamaan. Padausia perkawinan 6-10 tahun, faktor kepuasan paling dominan adalah hubunganinterpersonal.
KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KEMANDIRIAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI KEDINASAN X Kurniawan, Bayu; Zulkaida, Anita
Prosiding PESAT Vol 5 (2013)
Publisher : Prosiding PESAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perguruan tinggi kedinasan  biasanya  menggunakan  konsep asrama (boarding school) dengan  berbagai beban dalam pelaksanaan,  antara lain peraturan kehidupan mahasiswa, kewajiban sebagai mahasiswa, beban akademik dan keragaman latar belakang budaya. Untuk mengatasi berbagai kondisi tersebut dibutuhkan adanya kemandirian, dan untuk dapat mandiri diperlukan adanya kecerdasan emosional yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk  menguji  secara empirik kontribusi kecerdasan emosional terhadap kemandirian  pada  mahasiswa  Perguruan Tinggi Kedinasan X. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan responden  adalah keseluruhan mahasiswa  di  Perguruan Tinggi Kedinasan X,  yaitu sebanyak 156 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi sederhana. Hasil analisis menunjukkan ada kontribusi kecerdasan emosional secara signifikan terhadap kemandirian mahasiswa  Perguruan Tinggi Kedinasan X. Adapun kontribusi kecerdasan emosional terhadap kemandirian mahasiswa  Perguruan Tinggi Kedinasan X  sebesar 47,5 %. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kemandirian responden termasuk dalam kategori tinggi dimana dimensi kemandirian nilai memiliki  skor  tertinggi, diikuti dengan kemandirian emosi dan terakhir kemandirian perilaku. Kecerdasan emosional responden juga termasuk dalam kategori tinggi dan aspek kesadaran sosial memiliki skor  tertinggi, diikuti dengan pengaturan diri, keterampilan sosial dan terakhir kesadaran diri.
CONSCIENTIOUSNESS DAN KEBIJAKAN ORGANISASI: MAMPUKAH MENGURANGI PERILAKU CYBERLOAFING? Sekar A. Ati; Anita Zulkaida
Arjwa: Jurnal Psikologi Vol 1, No 4 (2022)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.758 KB) | DOI: 10.35760/arjwa.2022.v1i4.7309

Abstract

Dengan semakin meningkatnya penggunaan internet saat ini turut juga mendorong pemanfaatannya di dunia korporasi. Namun, hal ini mendorong karyawannya untuk memanfaatkan fasilitas ini untuk hal-hal di luar pekerjaan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepribadian big five dimensi conscientiousness dan kebijakan organisasi terhadap perilaku cyberloafing. Subjek penelitian merupakan karyawan pada level staf yang tempat kerjanya memberikan fasilitas akses internet, sudah bekerja di perusahaan saat ini selama minimal enam bulan, serta domisili bekerja di daerah Jabodetabek dan didapatkan sejumlah 120 responden dengan teknik purposive sampling. Analisis yang digunakan adalah teknik regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa conscientiousness dan kebijakan organisasi secara bersamaan tidak berpengaruh terhadap perilaku cyberloafing. Conscientiousness juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku cyberloafing sementara kebijakan organisasi memiliki pengaruh signifikan secara positif terhadap perilaku cyberloafing.
KEPUASAN DALAM HUBUNGAN BERPACARAN PADA DEWASA AWAL: APAKAH TIPE KEPRIBADIAN PENTING? Raysha Agustini; Anita Zulkaida
Arjwa: Jurnal Psikologi Vol 1, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.416 KB) | DOI: 10.35760/arjwa.2022.v1i3.7307

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara big five personality dengan kepuasan hubungan pada dewasa muda yang berpacaran. Responden penelitian ini terdiri dari 202 orang dewasa muda yang telah berpacaran minimal 6 bulan. Untuk mengukur kepuasan hubungan dan kepribadian lima besar, peneliti mengadaptasi Skala Penilaian Hubungan (RAS) dan Lima Besar Inventarisasi (BFI). Data dianalisis dengan mengkorelasikan setiap dimensi big five personality dengan kepuasan hubungan menggunakan Korelasi Product Moment Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 4 dari 5 dimensi big five personality memiliki korelasi yang signifikan dengan kepuasan hubungan. Conscientiousness, openness, dan extraversion berkorelasi positif dengan kepuasan hubungan, neuroticism berkorelasi negatif, sedangkan agreeableness tidak berkorelasi dengan kepuasan hubungan.
KONTRIBUSI OCCUPATIONAL SELF EFFICACY TERHADAP JOB INSECURITY PADA KARYAWAN KONTRAK Maytri Nuradha; Anita Zulkaida; Desi Susianti
Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 1 No. 2 (2022): Juni: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran
Publisher : Asosiasi Dosen Muda Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56127/jukeke.v1i2.207

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kontribusi occupational self efficacy terhadap job insecurity padakaryawan kontrak. Responden dalam penelitian ini berjumlah 94 karyawan kontrak dengan karakteristikberjenis kelamin laki-laki maupun perempuan, minimal pendidikan terakhir SMA, masa kontrak kerja telahberjalan minimal 1 tahun, serta bidang pekerjaan operasional. Teknik pengambilan sampel menggunakanteknik purposive sampling.Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner berupaskala job insecurity scale (JIS) dan occupational self efficacy scale (OCCSEFF). Uji hipotesis penelitian inimenggunakan teknik analisis regresi sederhana. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada kontribusi yangsignifikan occupational self efficacy terhadap job insecurity pada karyawan kontrak. Adapun koefisien Rsquare yang diperoleh sebesar 0,079 yang berarti bahwa terdapat kontribusi occupational self efficacyterhadap job insecurity sebesar 7,9%, sisanya 92.1 % merupakan pengaruh dari faktor lain diluar variabelpenelitian diantaranya role conflict, role ambiquity, locus of control, dan organizational change.
PERBEDAAN BURNOT PADA KARYAWAN DITINJAU DARI MASA KERJA Lalitha Augusta Zahwa Putri; Anita Zulkaida; Puti Anggraeni Rosmasuri
Jurnal Psikologi Vol 12, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/psi.2019.v12i2.2440

Abstract

Burnout menggambarkan kondisi karyawan yang mengalami kelelahan kerja yang berlebihan, dan masa kerja menjadi salah faktor timbulnya burnout. Tujuan penelitian ini untuk menguji perbedaan burnout ditinjau dari masa kerja. Responden dalam penelitian ini adalah 108 karyawan. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis One Way Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum terdapat perbedaan burnout pada karyawan secara sangat signifikan ditinjau dari masa kerja. Berdasarkan data kelompok diketahui bahwa perbedaan burnout yang sangat signifikan terjadi pada karyawan dengan masa kerja 0-5 tahun dengan 6-10 tahun dan 0-5 tahun dengan lebih dari 10 tahun. Adapun pada karyawan dengan masa kerja 6-10 tahun dan lebih dari 10 tahun terdapat perbedaan yang tidak signifikan. Artinya hipotesis dalam penelitian ini diterima.
PENERIMAAN DIRI ORANGTUA TERHADAP ANAK AUTISME DAN PERANANNYA DALAM TERAPI AUTISME Sri Rachmayanti; Anita Zulkaida
Jurnal Psikologi Vol 1, No 1 (2007)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai penerimaan orangtua terhadap anaknya yang menyandang autism serta perannya dalam terapi autism. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Karakteristik subjek penelitian meliputi orangtua yang memiliki anak yang didiagnosis menyandang autisme. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 3 orang. Teknik pengumpulan data dengan wawancara sebagai metode utama dan observasi sebagai metode pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan ketiga subjek dapat menerima sepenuhnya kondisi anak mereka yang didiagnosis menyandang autisme. Adanya penerimaan dipengaruhi faktor dukungan dari keluarga besar, kemampuan keuangan keluarga, latar belakang agama, tingkat pendidikan, status perkawinan, usia serta dukungan para ahli dan masyarakat umum. Ketiga subjek cukup berperan serta dalam penanganan anak mereka mulai dari memastikan diagnosis dokter, membina komunikasi dengan dokter, mencari dokter lain apabila dokter yang bersangkutan dinilai kurang kooperatif, berkata jujur saat melakukan konsultasi mengenai perkembangan anaknya, memperkaya pengetahuan, dan mendampingi anak saat melakukan terapi.
PELATIHAN KETERAMPILAN PENYELESAIAN MASALAH UNTUK MENURUNKAN DEPRESI PADA REMAJA PEREMPUAN DENGAN ORANG TUA YANG MENIKAH KEMBALI Trida Cynthia; Anita Zulkaida
Jurnal Psikologi Vol 5, No 2 (2011)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas pelatihan keterampilan penyelesaianmasalah dalam menurunkan tingkat depresi pada remaja perempuan yang mempunyai orangtua yang menikah kembali. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case study)berupa single case (N = 1) experimental design dengan bentuk quasi experiments. Gunamengukur tingkat depresi digunakan Beck Depression Inventory (BDI) dan Self RatingDepression Scale (SDS), dan guna melihat bagaimana subjek menilai keterampilannya dalammenyelesaikan masalah, digunakan Problem Solving Inventory (PSI) dan evaluasi subjek.Selain itu juga dilakukan observasi dan wawancara terhadap subjek. Perbandingan antaraskor sebelum dan setelah pelatihan dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi pada dirisubjek. Pelatihan dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan adanyapenurunan tingkat depresi, dimana skor BDI sebelum pelatihan adalah 20 dengan diagnosisdepresi rata-rata dan skor setelah pelatihan menjadi 12 dengan diagnosis minimal depression(tidak ada depresi). Untuk SDS, skor sebelum pelatihan adalah 66 dengan diagnosis depresiagak berat dan skor setelah pelatihan adalah 60 dengan diagnosis juga depresi agak berat,namun demikian, skor setelah pelatihan tersebut terdapat pada ambang batas antaradiagnosis depresi agak berat dan depresi ringan. Untuk PSI, sebelum pelatihan diperolehskor 70 dengan kategori sedang ke arah rendah, sedangkan setelah pelatihan diperoleh skor82 dengan kategori sedang ke arah tinggi. Hasil ini juga didukung oleh evaluasi subjek, dimana subjek menilai keterampilannya dalam menyelesaikan masalahnya sebelum mengikutipelatihan dengan skor 2, namun setelah mendapat pelatihan, skornya menjadi 9. Dari hasilwawancara dan observasi juga dapat disimpulkan bahwa subjek menjadi lebih lega, rileksdan humoris, serta percaya diri untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya.AbstractThe aim of the research was to know the effectivity of problem solving skill training to reducethe depression of adolescent girl who has re-marriage parents. The methode was case studysinglecase (N=1) experimental design with quasi experiments. We used Beck DepressionScale (BDI) and Self Rating Depression Scale (SDS) to see the changes of depression level. Tosee the changes of subject’s problem solving skill we used Problem Solving Inventory (PSI),subject’s evaluation, observation and interview. We compared the score before and after theproblem solving skill training to see the effectivity of training. The training had been done on3 meeting. The result, there were reducing of depression in BDI’s score before the trainingwere 20 (average), after the training the score was 12 (minimal depression or no depression).For SDS the score before the training was 66 (high depression) and after the training was 60(high depression), although the diagnosis before and after was the same, but we could see thatthere were reducing of score for SDS after the training and made the diagnosis changes tomild depression and average depression. For PSI, there were changes in before and afterscore, before training the score was 70 (mild to negative skill of problem solving) and aftertraining the score was 82 (mild to positive skill of problem solving), as well as the result toevaluation from subject to her problem solving skill, before the training the subject scored herproblem solving technic was 2, after the training the subject scored it to 9. The result from theinterview showed that subject was more confidence to solve the problems.
ACCEPTANCE OF PARENTS TOWARD AUTISM KID AND THEIR ROLE IN AUTISM THERAPY Sri Rachmayanti; Anita Zulkaida
Jurnal Psikologi Vol 13, No 1 (2008)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this study is to gain a comprehensive description about the acceptance of parents with autism children and their role in austism therapy. The approach of this study is a qualitative study with interview and observation as tools of research. The participants of this study are three parents with autism children. The result shows that all the participants already accepted the fact that their children has autism. Factors influencing the acceptance are support from the big family, finacial factor, religion background, educational level, marital status age and support from expert and the society. All the participants have significant role in handling their children from make sure for the diagnose, looking for good doctor and also build good communication with the doctor, etc.Key words: parents acceptance, autism children, parents role in therapy
KONSEP DIRI PRIA BISEKSUAL Tutut Dian Vitasandy; Anita Zulkaida
Jurnal Psikologi Vol 3, No 2 (2010)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Orientasi seks seseorang seringkali mendapat pandangan buruk dari lingkungan. Salah satu orientasi seks yang sering mendapat stigma negatif tersebut adalah biseksual yang dapat memengaruhi konsep diri individu yang bersangkutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri pada pria biseksual. Subjek penelitian ini adalah laki–laki yang berusia antara 23–30 tahun, belum menikah dan memiliki kelainan orientasi seksual yaitu biseksual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum subjek pertama cenderung memiliki konsep diri yang positif, karena subjek pertama tidak pernah merasa terganggu dengan keadaannya sebagai seorang biseksual bahkan subjek bisa menghargai dirinya sendiri walaupun orang–orang di sekitarnya berpandangan negatif mengenai keadaan dirinya, sehingga subjek pun selalu merasa percaya diri. Adapun pada subjek kedua cenderung memiliki konsep diri yang negatif, karena subjek selalu melihat dirinya banyak kekurangan, sehingga subjek merasa terbatasi saat berinteraksi dengan lingkungan sosial, tetapi terkadang subjek melihat keadaan biseksual sebagai kelebihan karena pada saat yang sama dirinya bisa menyukai lawan jenis dan sesama jenis. Subjek pun belum bisa menghargai dirinya sendiri dengan baik karena masih ada penolakan dari dalam dirinya terhadap orientasi seksualnya, begitu pula di tempat subjek bekerja ada beberapa orang yang meremehkan kemampuan kerja subjek seperti tenaga subjek untuk mengangkat barang, kecepatan kerja.