Nugroho Nur Susanto, Nugroho Nur
Unknown Affiliation

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

KEHADIRAN BELANDA DAN TATA KOTA BALIKPAPAN Susanto, Nugroho Nur
Naditira Widya Vol 5, No 1 (2011): April 2011
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v5i1.99

Abstract

Pada abad ke-19 Masehi, tepian Teluk Balikpapan yang awalnya dipandang tidak penting, menjadidaerah yang fenomenal dan strategis. Kawasan Balikpapan menjadi terkenal sebagai daeraheksplorasi tambang minyak pertama di Kalimantan oleh Belanda, yang akhirnya menjadi sumberdaya perekonomian utama dalam industri pengolahan perminyakan dan gas bumi. Peran industriperminyakan dan pengolahannya menjadikan Balikpapan daerah yang kaya dan sering dipandanglebih penting, bahkan menggeser keberadaan Tenggarong sebagai pusat kesultanan danSamarinda sebagai pusat kota adminitrasi. Tulisan ini membahas alasan pemilihan Balikpapansebagai tambang minyak pertama Belanda di Kalimantan dan perkembangannya menjadi daerahpenting di Nusantara. Dengan demikian, kita dapat mengetahui tingkat kemampuan manusiadalam memanipulasi alam dan menjadikannya sebuah lingkungan yang layak huni.
EKSOTISME ALAM DAN SENI MASYARAKAT DAYAK Susanto, Nugroho Nur
Naditira Widya Vol 4, No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v4i2.34

Abstract

Abstrak. Eksotisme mengandung pengertian memiliki daya tarik yang khas, menggugah untuk didalami, dimengertilebih jauh, karena unsur kekhasannya itu. Ini adalah karakteristik yang tertangkap seorang pengamat dalammemandang alam Kalimantan. Sumber dayaalam ini pulalah yang menginspirasi terciptanya seni unik masyarakatDayak yang akhirnya menjadi dokumentasi eksistensinya di Kalimantan. Tulisan ini membahas tentang hubunganharmonis antara alam, manusia, dan seni, serta langkah-langkah pelestarian karakter tersebut sebelummengkomersialisasikannya. Pembahasan ini membuahkan gagasan tentang pembangunan yang berwawasaneko-budaya yang menjadi ikon spesifik Kalimantan.
PENINGGALAN SARANA PERTAHANAN BELANDA PERANG DUNIA II DI TARAKAN Susanto, Nugroho Nur
Naditira Widya Vol 2, No 1 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.1
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v2i1.159

Abstract

However importing to power the oil Kalimantans special Tarakan island by Duck and frends in future. They are exploitations and want to defend. Voraciously Jepan for gulp down Tarakan island is very power. The evident of remaining World War II archaeologies: meriams, pillbox, bunker, battery, and war equipment in Tarakan still wa known is very clear. To looks the remaining World War II as thought is conscious the foreight want to commanded is Tarakan. Makes so realize we having in abundance.
LAPANGAN TERBANG BELANDA DI MELAK-SENDAWAR SEBAGAI PERTAHANAN UDARA KALIMANTAN TIMUR Susanto, Nugroho Nur
Naditira Widya Vol 9, No 2 (2015): OKtober 2015
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v9i2.123

Abstract

Salah satu lapangan terbang yang menarik untuk diteliti di wilayah Kalimantan Timur adalah lapangan terbangyang dibangun oleh Belanda di Melak-Sendawar. Artikel dengan tujuan untuk mendeskripsi peninggalan arkeologi dilapangan terbang tersebut akan menggunakan metode induktif interpretatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa lapanganterbang dibangun sebagai antisipasi menghadapi invasi Jepang. Hal tersebut terlihat pada keberadaan landasan pacuganda yang dikelilingi oleh sarana dan prasarana pendukung seperti kantor pusat komando, pillbox, gudang peluru,bunker, penjara, penampungan air, gardu listrik, jaringan jalan, bahkan rumah sakit. Fasilitas tersebut menggambarkanadanya strategi untuk mempertahankan Kalimatan Timur yang kaya akan sumber mineral. Disimpulkan bahwa keberadaanbandara Melalan dengan prasarana pendukungnya menunjukkan strategi pertahanan yang terencana dan matang (dapatmenjadi model pertahanan nasional yang kokoh). Bandara yang juga sebagai Pangkalan Samarinda II ini juga pernahberperan dalam persiapan operasi Ganyang Malaysia semasa konfrontasi pada tahun 1964.
REKONSTRUKSI BENTUK DAN FUNGSI STRUKTUR SUMUR PUTARAN PADA TAMBANG BATUBARA ORANJE NASSAU PENGARON Susanto, Nugroho Nur; Oktrivia, Ulce
Naditira Widya Vol 10, No 2 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v10i2.139

Abstract

. Sumur putaran adalah sebutan masyarakat untuk struktur batubata yang terletak di Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar. Struktur ini diduga merupakan sebuah bangunan yang tersisa dari tambang batubara Oranje Nassau Pengaron. Penelitian yang telah dilakukan di lokasi ini belum dapat menjawab secara pasti bentuk asli dan fungsi dari struktur ini pada masa lalu. Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi struktur sumur putaran. Tambang batubara pada umumnya memiliki beberapa bangunan utama yaitu sebuah kantor, rumah sakit, dapur, rumah pekerja. Selain itu, untuk tambang bawah tanah, pada umumnya juga dilengkapi dengan kipas berukuran besar yang berfungsi untuk mengatur sirkulasi oksigen untuk pernapasan bagi pekerja dan mengurangi efek berbahaya akibat ledakan. Pemahaman sejarah batubara Oranje Nassau, sangat penting dan strategis. Hal ini tidak saja terkait dengan teknologi yang diterapkan, namun menyangkut juga pada hegemoni dan keberlangsungan Kesultanan Banjar. Tulisan ini menggunakan metode diskriptif-komparatif. Data di lapangan akan dibandingkan dengan hasil penelusuran pustaka berupa arsip, foto, dan gambar. Penerapan metode ini menghasilkan asumsi bahwa terdapat beberapa fungsi bangunan yang ada di struktur sumur putaran. Fungsi yang pertama adalah sebagai kantor administratf tambang, sedangkan fungsi yang kedua adalah sebagai rumah kipas ventilasi, fungsi yang ketiga sebagai rumah mesin, dan yang terakhir sebagai Derek atau crane untuk mengangkat batubara atau manusia dari dalam tambang yang terletak di bawah tanah.
NILAI-NILAI KEHIDUPAN MASA LALU: PERSPEKTIF PEMAKNAAN PENINGGALAN ARKEOLOGI Susanto, Nugroho Nur
Naditira Widya Vol 5, No 2 (2011): Oktober 2011
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v5i2.73

Abstract

Abstrak. Pencarian jati diri dan nilai-nilai dalam suatu komunitas atau cakupan yang lebih luas sebuah bangsa,sudah seharusnya ditimbulkan dari dalam yaitu, dari kekayaan kebudayaan yang muncul dan dimiliki oleh dan dariBangsa Indonesia sendiri. Kekayaan kebudayaan ini dapat digali dari sejarah dan lingkungan bangsa dengancara menelusuri jejak-jejak perjalanan sejarah yang mencerminkan pengalaman hidup individu secara lintasgenerasi pada kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda. Nilai-nilai luhur yang dikandung dalam sejarah danlingkungan Bangsa Indonesia terekam dalam peninggalan masa lalunya. Bukti-bukti arkeologis menunjukkanbahwa kehidupan masyarakat masa lalu diwarnai oleh nilai-nilai keteladanan. Nilai-nilai luhur yang patut diteladaniyang dapat menjunjung harkat dan martabat kehidupan bangsa antara lain kerja keras, berpandangan jauh kedepan, dan penghormatan kepada nilai-nilai ikatan sosial. Tulisan ini membahas penerapan nilai-nilai hidup masalalu yang luhur dalam masyarakat kontemporer, dalam upaya membangun keselarasan bernegara danmengkukuhkan kehidupan yang beragam yang menjadi kekayaan sosial-budaya milik Bangsa Indonesia sekarang.
PENGARUH ISLAM TERHADAP IDENTITAS TIDUNG MENURUT BUKTI ARKEOLOGI Susanto, Nugroho Nur
Naditira Widya Vol 7, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v7i2.96

Abstract

Suku Tidung banyak menempati wilayah timur Kalimantan bagian utara. Tidung adalah suku asli Kalimantan atau bagian dariDayak, selain itu, nama Tidung juga menunjuk kepada sebuah kerajaan yang kental dengan nuansa Ke-Islaman. Penelitian inibertujuan mengungkap siapa Tidung, mengapa Tidung memiliki identitas demikian dan bagaimana institusi yang dimilikinya. Darianalisis peninggalan arkeologi dan persebarannya pertanyaan ini dapat terjawab. Melalui analisis bukti makam, dan situs lainnya,memberi gambaran bahwa mereka adalah penduduk asli, karena bermukim di tempat yang strategis dan mendapat pengaruh yangintens dari budaya luar, maka identitas mereka berbeda dengan saudara-saudaranya.
PENGARUH BUDAYA LUAR TERHADAP PERKEMBANGAN MASYARAKAT BULUNGAN: STUDI PENDAHULUAN* Susanto, Nugroho Nur
Naditira Widya Vol 6, No 2 (2012): Oktober 2012
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v6i2.170

Abstract

Bulungan terletak pada kawasan geografis yang dilalui oleh Sungai Kayan. Sungai tersebut adalah uratnadi lalu lintas yang sangat penting dalam melancarkan interaksi manusia, budaya, dan perdagangan pada masalampau. Intensitas interaksi dengan kebudayaan dari luar dan ekskpansi politiklah yang pada akhirnya mendorongadanya perubahan-perubahan pada aspek sosial-budaya, ideologi, dan politik. Kajian ini dilakukan melalui studipustaka dan pengamatan langsung di lapangan. Hasil kajian menunjukkan kedatangan Islam telah mengubahperspektif sosial-budaya masyarakat asli Bulungan dan sistem pemerintahan yang berlandaskan Islam. Di lainpihak, kedatangan Belanda di Bulungan dilandasi oleh tujuan eksploitasi dan penguasaan tambang minyak bumi,yang akhirnya melemahkan kekuasaan politik Kaselutanan Bulungan.
LATAR BELAKANG PERPINDAHAN LOKASI PUSAT-PUSAT KERAJAAN BANJAR Susanto, Nugroho Nur
Naditira Widya Vol 1, No 1 (2007): Naditira Widya Vol. 1 No.1
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7420.458 KB) | DOI: 10.24832/nw.v1i1.361

Abstract

General of center the Royal to selected because of ease to corpe or strategic. The are as center of command activity and state owned. But , situation in the center the royal of Banjaris deferent. Bacause to anticipation the attack penetrasion of Duck military and politic. After in he year 1612 when Duck to atackt Kuin. Center of capital Royal Banjar to moved in Batang Mangapan, later to Batang banyu or Teluk Selong, later to Martapura, later to Karang lntan, and later to moved Martapura again. In the 1859 palace of Banjar in Mattapura to burning by Duck angd declared erasing inmapRoyal Kalimantan. Opposition to straight in state separate Pegustian. Center of state in so far in the Man awing river, Muara Teweh.
NILAI PENTING SUMBERDAYA ARKEOLOGI BAGI DAERAH Susanto, Nugroho Nur
Naditira Widya Vol 1, No 2 (2007): Naditira Widya Volume 1 Nomor 2 Tahun 2007
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6902.479 KB) | DOI: 10.24832/nw.v1i1.348

Abstract

As one of cultural heritage, archaeological site have several significant values. In Kalimantan Selatan, and general of Kalimantan.: east Kalimantan and center of Kalimantan some prominent significant values are as educational media and generally as tourism destination location, local icons, increase social solidarity and integration. The significance of archaeological sites can be managed to increase local income. It is argued that we should pay more attention to local archaeological resources and preserve it. This is because preservation of archaeological resource can influence the idea of local culture, political and academical policy Archaeological sites in Kalimantan Selatan and Kalimantan of generally also have an important role to promote Kalimantan provinces to our public .