MUSAYYIDI MUSAYYIDI, MUSAYYIDI
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENERAPAN MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V DI SDN LARANGAN BADUNG 1 PALENGAAN PAMEKASAN Matlani, Matlani; Musayyidi, Musayyidi
Abuya: Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 1 No. 2 (2023): Abuya: Jurnal Pendidikan Dasar
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52185/abuyaVol1iss2Y2023335

Abstract

Model Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang fleksibel, yang menekankan kerjasama dalam kelompok, sehingga model pembelajaran kooperatif Model Jigsaw ini mampu mengatasi masalah rendahnya motivasi belajar siswa. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: pertama Apakah penerapan model jigsaw dapat meningkatkan Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V? Kedua Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS setelah menerapkan Model Jigsaw? Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Larangan Badung. pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan perpaduan antara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian pada siklus I pertemuan pertama menunjukkan rata-rata persentase motivasi belajar siswa tergolong dalam kategori kurang sekali yaitu 37,5% dan pada pertemuan kedua rata-rata persentase motivasi belajar siswa mencapai 57,5%. Pada siklus II pertemuan pertama rata-rata persentase motivasi belajar siswa sudah mengalami peningkatan meskipun masih belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 75% dalam kategori cukup. Pada pertemuan kedua rata-rata persentase motivasi belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu mencapai 85% dengan kategori baik sekali.
Kepemimpinan dan Kerja Sama untuk Meraih Mutu Pendidikan: (Re-aktualisasi Peran Sumber Daya Manusia melalui Total Quality Management dalam Manajemen Pendidikan Islam) Musayyidi, Musayyidi; Hafid; Matlani
Kariman: Jurnal Pendidikan Keislaman Vol. 12 No. 1 (2024): Pendidikan dan Keislaman
Publisher : Institut Kariman Wirayudha Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52185/kariman.v12i1.374

Abstract

There are four basic efforts that must be made in a product/service producing institution to produc  better quality, in this case an islamic  educational institution, namely : (1) Creating a “win win” situation  an not “win win” situation. “lose win” between parties  with an interest  in product / service  producing  institutions  (stakehoulders). In this case, especially between  the leadhership / owner of the institution and the staff  of the institution, there must  be mutually  beneficial  conditions  for each  other in achieving  thue quality  of the products / service produced by the institutions (2) it is necessary  to develop instrinsic motivation in everyone involved in the process  of achieving product / service  quality. Every person  must grow  motivated  that the result  of their activites reach  a certain  quality that  continues to improve, especially  in accordance  with the needs and expectations of user / subcribbes. (3) every leader must be oriented towards  long-term process and results. Impelementing TQM is not a short-term change process, but a consistent  and continous  log-term  effort (4) in mobilizing  all institutional  capabilities  to achieve the specified  quality, cooperation must  be developed be results.  There should  be no competion between  them that interferes with the process of achieving quality results  they are a unit that must work together and cannot  be separated from each other to produce quality products / services as expected.
Problem dan Solusi Madrasah Diniyah: (Kajian Manajemen dan Kebijakan Madin dalam Permenag Nomor 13 Tahun 1964) Musayyidi, Musayyidi
Kariman: Jurnal Pendidikan Keislaman Vol. 13 No. 1 (2025): Pendidikan dan Keislaman
Publisher : Institut Kariman Wirayudha Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52185/kariman.v13i1.630

Abstract

Salah satu hasil yang mengembirakan bagi tranformasi pendidikan Islam di zaman orde reformasi adalah hasil amandemen ke-4 pasal 31 UUD 1945 dan diundangkannya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas serta diberlakukannya PP. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, dengan demikian eksistensi pendidikan Islam semakin diakui dalam tatanan pendidikan nasional. Madrasah diniyah dianggap sebagai pusat pendidikan keagamaan. Perkembangan Madrasah diniyah telah mengalami kemajuan pesat, namun dibalik itu, Perkembangan Madrasah diniyah masih mangalami berbagai kendala, baik dalam sistem Kurikulum, Metode, Pendanaan, Ketenagaan dan lain sebagainya. Dalam sejarah Awal Lahirnya Madrasah Diniyah Yang Diatur Dalam Permenag No 13 Tahun 1964 Serta Potret Madrasah Diniyah Hingga Problema Dan Solusi Madrasah Diniyah. Berdasarkan Undang-undang Pendidikan dan Peraturan Pemerintah, Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari pendidikan nasional untuk memenuhi Permintaan masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah termasuk ke dalam pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan terhadap pengetahuan agama Islam. Kebijakan Madrasah Diniyah dalam permenag no 13 tahun 1964, pengelolaanya masih sederhana, dibagi menjadi tiga jenjang: ula (4) tahun, wustha (3) tahun, ulya (3) tahun. Dari tiap-tiap jenjang tersebut hanya 10 jam perminggu UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang ditindaklanjuti dengan disyahkannya PP No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan memang menjadi babak baru bagi dunia pendidikan agama dan keagamaan di Indonesia. Karena itu berarti negara telah menyadari keanekaragaman model dan bentuk pendidikan yang ada di Indonesia. Keberadaan peraturan perundangan tersebut telah menjadi ”tongkat penopang” bagi madrasah diniyah yang sedang mengalami krisis identitas. Karena selama ini, penyelenggaraan pendidikan diniyah ini tidak banyak diketahui bagaimana pola pengelolaannya. Tapi karakteristiknya yang khas menjadikan pendidikan ini layak untuk dimunculkan dan dipertahankan eksistensinya.