Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Probiotic (Lactobacillus casei) Encapsulation Using the Method of Spray Drying with Combined Prebiotic from Iles-Iles (Amorphopallus oncophyllus) and Protectant Agent (Skim Milk, Gum Arabic, Maltodextrin) Aloysius Prima Cahya; Meidi Syaflan; Ngatirah Ngatirah
Indonesian Food and Nutrition Progress Vol 15, No 2 (2018)
Publisher : Indonesian Association of Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.87 KB) | DOI: 10.22146/ifnp.33423

Abstract

The aims of this research were to know the effect of combine iles-iles (refined starch, whole iles-iles flour, and refined glucomannan) as encapsulating agent (capsule materials) and different protectant agents to get microcapsule synbiotic, which have the highest number of probiotic cells and high viability against low pH and bile salt. Design blocks complete with factorial design was used in the experimental design. The first factor was capsule materials with a concentration of 10% consisting of three material types: A1 (refined glucomannan), A2 (refined starch), and A3 (Iles-iles native). The second factor was protectant, protecting the probiotic bacteria during spray drying, used at concentration of 5% consisting of three substances i.e. B1 (skim milk), B2 (maltodextrin), and B3 (gum arabic). Using protectant agents on the MRS for the growth of L. casei resulted no effects against the numbers of LAB (lactic acid bacteria), density, moisture content, and hygroscopicity; however, it had influence on yield and solubility. The best use based on the reduction of LAB numbers were flour and gum Arabic which was significant compared to other fractions.Keywords: iles-iles, glucomannan, starch, protectant agent, symbiotic LAB
Gemar Konsumsi Makanan Sumber Serat (GEMAS) Pada Remaja di SMA Santo Bellarminus, Bekasi Aloysius Prima Cahya; Mateus Bagas Nugrohojati
Jurdimas (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) Royal Vol 6, No 4 (2023): Oktober 2023
Publisher : STMIK Royal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33330/jurdimas.v6i4.2266

Abstract

Abstract: Community service activities are carried out to increase awareness of adolescents to consume fiber source foods. These activities include: understanding fiber, the benefits of fiber for the body, types of fiber source foods, fiber source food groups (water-soluble and water-insoluble fiber), causes if rarely consume fiber source foods, and recommendations for consumption of fiber source foods in a day. The method is carried out in counseling. Starting with filling out the attendance list, filling out the pre-test, then being given nutritional education interventions about fiber using PowerPoint media, a 15-minute question and answer session, and closing with a post-test. Monitoring and evaluation are carried out 1 week after online counseling via Whatsapp call. It is hoped that students will keep in mind the material that has been delivered and apply it in their daily lives. The results of the assessment of knowledge about fiber-source foods in adolescents before being given counseling were 25% (good category), 65.6% (sufficient category), and 9.4% (less category). Meanwhile, the percentage of knowledge about fiber-source foods after counseling was 65.6% (good category), 31.3% (sufficient category), and 3.1% (less category). The results showed a change in knowledge in respondents before and after being given counseling about fiber source foods. The level of knowledge in adolescents influences the behavior and attitudes of adolescents in choosing the type of food to be consumed.        Keywords: fiber; adolescents; fiber-source foods Abstrak: Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan guna meningkatkan kesadaran remaja untuk mengonsumsi makanan sumber serat. Kegiatan tersebut meliputi: pengertian serat, manfaat serat untuk tubuh, jenis makanan sumber serat, kelompok makanan sumber serat (serat larut dalam air dan tidak larut dalam air), penyebab jika jarang konsumsi makanan sumber serat dan anjuran konsumsi makanan sumber serat dalam sehari. Metode yang dilakukan yaitu penyuluhan. Diawali dengan pengisian daftar hadir, mengisi pre-test, kemudian diberikan intervensi edukasi gizi mengenai serat menggunakan media power point, sesi tanya jawab selama 15 menit dan ditutup dengan post-test. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan 1 minggu setelah penyuluhan secara online melalui Whatsapp call. Diharapkan siswa/i tetap mengingat materi yang telah disampaikan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penilaian pengetahuan tentang makanan sumber serat pada remaja sebelum diberikan penyuluhan yaitu sebesar 25% (kategori baik), 65.6% (kategori cukup) dan 9.4% (kategori kurang). Sedangkan persentase pengetahuan tentang makanan sumber serat setelah diberikan penyuluhan yaitu sebesar 65.6% (kategori baik), 31.3% (kategori cukup) dan 3.1% (kategori kurang). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perubahan pengetahuan pada responden sebelum dan setelah diberikan penyuluhan tentang makanan sumber serat. Tingkat pengetahuan pada remaja memiliki pengaruh terhadap perilaku dan sikap remaja dalam memilih jenis makanan yang akan dikonsumsi.Kata kunci: serat; remaja; makanan sumber serat
Studi Eksperimen: Pengaruh Penggunaan Telur Pada Cookies Berbasis Pisang Kepok (Musa Paradisiaca L) Dan Kacang Merah (Phaseolus Vulgaris L.) Aloysius Prima Cahya; Diza Amara
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 6 No. 02 (2024): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/jsi.v6i02.184

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan telur pada cookies berbasis tepung pisang kepok (Musa paradisiaca L.) dan tepung kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) terhadap kandungan gizi dan daya terima. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang melibatkan dua faktor, yaitu tepung pisang kepok dan tepung kacang merah, dengan empat perlakuan: 100% tepung terigu sebagai kontrol, serta rasio tepung pisang kepok dan tepung kacang merah sebesar 75:25%, 85:15%, dan 95:5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi penggunaan tepung pisang kepok dan tepung kacang merah mempengaruhi kandungan karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, kadar air, dan kadar abu dalam cookies. Selain itu, pengujian organoleptik mengindikasikan bahwa formula dengan rasio 75:25% memiliki daya terima terbaik berdasarkan warna, tekstur, aroma, rasa, dan keseluruhan. Cookies berbasis pisang kepok dan kacang merah ini diusulkan sebagai alternatif pangan bagi penderita diabetes melitus tipe 2.
Bahaya Sering Mengonsumsi Mie Instan Pada Remaja Di Sma Santo Lukas Penginjil Jakarta Utara Cahya, Aloysius Prima; Jati, Mateus Bagas Nugroho; Marlina, Paramitha Wirdani Ningsih; Rasmada, Sada; Dampang, Damelya Patricksia; Wulandari, Agnes Maharani Puji
Jurdimas (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) Royal Vol 7, No 3 (2024): Juli 2024
Publisher : STMIK Royal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33330/jurdimas.v7i3.3215

Abstract

Healthy behavior is related to efforts to maintain and improve health. One of the healthy behaviors is eating with a balanced menu. A healthy consumption pattern must be applied to meet daily nutrition. The provision of special education to adolescents is expected to be able to provide knowledge, especially about nutritious food. Activities to provide education about nutritious food and nutritious food categories, Health Education about the benefits of nutritious food, Health Education about the recommendation to consume instant noodles, and Health education about the dangers of consuming excessive amounts of instant noodles to 33 respondents. The method used is the test work before and after the intervention. The delivery of material using the media continued with questions and answers from the presenters. The data results showed that the level of knowledge before the intervention was 15.2% and after the intervention showed an increase of 54.5%. The purpose of providing this education is expected that respondents will not only understand but also be able to apply it in their personal and family habits.Keywords: instant noodles; balanced nutrition; msg Abstrak: Perilaku sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Salah satu perilaku sehat adalah makan dengan menu seimbang. Pola konsumsi yang sehat harus diterapkan untuk dapat memenuhi nutrisi sehari-hari. Pemberian edukasi khusus kepada remaja diharapkan mampu memberikan pengetahuan khususnya tentang makanan yang bergizi. Kegiatan pemberian edukasi mengenai makanan bergizi dan kategori makanan bergizi, Pendidikan Kesehatan tentang manfaat makanan bergizi, memberikan Pendidikan Kesehatan tentang anjuran mengonsumsi mie instan, memberikan edukasi Kesehatan tentang bahaya mengonsumsi mie instan dalam jumlah yang berlebih kepada 33 responden. Metode yang digunakan yaitu pengerjaan test sebelum dan sesudah intervensi. Penyampaian materi dengan menggunakan media dan dilanjutkan dengan tanya jawab dari pemateri. Hasil data menunjukkan bahwa Tingkat pengetahuan sebelum diberikan intervensi 15,2% dan setelah dilakukan intervensi menunjukan peningkatan sebesar 54,5%. Tujuan dari pemberian edukasi ini diharapkan responden tidak hanya mengerti, tetapi juga dapat menerapkannya dalam kebiasaan pribadi maupun keluarga.Kata kunci: gizi seimbang; mie instan; msg