annisa Rahmidini
STIKes Respati Tasikmalaya

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERSEPSI DAN KEBIASAAN MASYARAKAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI IBU DAN BAYI DI DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2018 sinta Fitriani; annisa Rahmidini
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 10 No. 1 (2019): Februari 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v10i1.128

Abstract

Latar belakang : Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas SDM. Pemenuhan asupan gizi bagi ibu hamil dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi asupan gizi ibu hamil antara lain faktor pengetahuan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran persepsi ibu yang memiliki balita usia 12 – 23 Bulan di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna tahun 2018. Metode penelitian :Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi dan sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 12 – 23 bulan di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna yaitu 164 orang. Tehnik pengambilan sampel adalah total sampel dimana seluruh sasaran dijadikan sampel dalam penelitian. Instumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang mengukur persepsi dan kebiasaan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan gizi. Analisis data dilakukan dengan cara univariat yang disajikan dalam bentuk table distrubusi frekwensi dan dijelaskan secara narasi. Hasil penelitian: Mayoritas responden memiliki persepsi bahwa ibu hamil porsi makannya harus lebih besar yaitu 89 orang (54,3%), ibu hamil yang mengkonsumsi ikan beresiko akan mendapatkan anak dengan cacingan yaitu 78 orang (47,6%),ibu hamil yang mengkonsumsi kacang hijau akan memiliki anak dengan rambut yang tebal adalah 111 orang (67,7%), ibu hamil yang mengkonsumsi air es beresiko mendaptkan anak dengan berat badan besar yaitu 113 orang (68,9%),ibu hamil yang mengkonsumsi makanan pedas mendaptkan anak dengan muka dengan kemerah merahan yaitu 105 orang (64%), hamil yang mengkonsumsi air kelapa mudan akan mendapatkan anak yang berkulit putih dan bersih yaitu 117 orang (71,3%), Responden memiliki kebiasaan membuang ASI pertama karena dianggap basi yaitu 72 orang (43,9%), responden ibu memiliki kebiasaan memberikan MPASI sebelum bayi berusia 6 bulan yaitu 62 orang (37,9 %). Saran : Masyarakat lebih meningktkan upaya pencarian informasi kesehatan melalui berbagai aktifitas seperti penyuluhan dalam forum pertemuan masyaraat, media cetak maupun elektronik.
PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA KECAMATAN SINGAPARNA TAHUN 2017 Hariyani Sulistyoningsih; annisa Rahmidini; Fenty Agustini; Hapi Apriasih; erwina sumartini; Lia Yuliastuti
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 1 (2019): April 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i1.134

Abstract

Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah keadaan gizi yang kurang baik bahkan buruk. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal settiap tahun akibat buruknya kualitas nutrisi. Sebuah riset juga menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena kekurangan gizi serta buruknya kualitas makanan. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54 persen kematian anak disebabkan oleh karena keadaan gizi yang buruk. Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 persen kematian anak (WHO, 2011). Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Balita hidup penderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10 persen. Keadaan ini memberi petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk masih menjadi salah satu masalah di Kabupaten Tasikmalaya, pada tahun 2016 jumlah kasus gizi buruk berjumlah 63 kasus, sementara tahun 2017 turun menjadi 41 kasus. Kasus ini dari tahun ke tahun mengalami penurunan, akan tetapi permasalahan gizi kurang masih menjadi masalah nasional yang perlu penanganan serius. Berdasarkan data yang didapat dari profil Puskesmas Singaparna tahun 2016 didapatkan bahwa kasus gizi buruk di Kecamatan Singaparna berjumlah 5 orang. STIKes Respati sebagai satu-satunya sekolah tinggi ilmu kesehatan di Kabupaten Tasikmalaya memiliki tanggung jawab untuk memberikan kontribusi terhadap permasalahan terkait dengan kesehatan di Kabupaten Tasikmalaya melalui kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi salah satunya dengan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Salah satu upaya nyata STIKes Respati adalah dengan melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema Pemantauan Tumbuh Kembang Balita sebagai upaya peningkatan status gizi untuk dapat membantu terwujudnya kesehatan masyarakat secara umum dan perbaikan status gizi secara khususnya.
KAMPANYE KB DI DUSUN MARGAMULYA DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2017 Hapi Apriasih; annisa Rahmidini; Santi Susanti; chanty Yunie
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 1 (2019): April 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i1.138

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Ledakan penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Kondisi ini jelas menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi kondisi tersebut bisa menjadi salah satu kekuatan yang besar untuk Indonesia. Tetapi di satu sisi kondisi tersebut menyebabkan beban negara menjadi semakin besar. Selain menjadi beban negara juga menimbulkan permasalahan lain. Banyaknya jumlah penduduk yang tidak disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang mampu menampung seluruh angkatan kerja bisa menimbulkan pengangguran, kriminalitas, yang bersinggungan pula dengan rusaknya moralitas masyarakat. Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk memberikan penghidupan yang layak kepada setiap warga negaranya, maka pemerintah memberikan serangkaian usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk agar tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih besar. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menggalakkan program KB (Keluarga Berencana). Program KB pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan Soeharto yaitu saat Orde Baru. Melalui KB masyarakat diharuskan untuk membatasi jumlah kelahiran anak, yaitu setiap keluarga memiliki maksimal dua anak. Tidak tanggung-tanggung, KB diberlakukan kepada seluruh lapisan masyarakat, dari lapisan bawah hingga lapisan atas dalam masyarakat. Oleh sebab itu laporan ini disusun untuk mengetahui seluk beluk mengenai penyelenggaraan KB di Indonesia, mulai dari sejarah, proses pelaksanaan, kelebihan dan kekurangan dari KB, serta dampak positif maupun dampak negatf dari pelaksanaan KB.
KEGIATAN PENYULUHAN PADA IBU BALITA TENTANG PENTINGNYA IMUNISASI BAGI BATITA DI Kp MARGAMULYA DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA TASIKMALAYA TAHUN 2018 annisa Rahmidini; chanty Yunie
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v2i1.152

Abstract

Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama, dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak atau balita, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak lainnya, karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011). Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan (Depkes RI, 2012). Jenis- jenis imunisasi dasar, yaitu: BCG, yaitu imunisasi dasar yang diberikan untuk mencegah penyakit TBC. Kemudian imunisasi dasar Hepatitis B, yang diberikan untuk mencegah penyakit hepatitis B. Selanjutnya DPT, yaitu imunisasi dasar yang diberikan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Kemudian imunisasi dasar Campak, yang diberikan untuk mencegah penyakit campak dan yang terakhir imunisasi dasar Polio, yang diberikan untuk mencegah penyakit polio (IDAI, 2014). Salah satu dari 8 tujuan MDGs pada poin keempat adalah menurunkan angka kematian bayi dengan meningkatkan status imunisasi terutama imunisasi dasar lengkap pada bayi karena imunisasi merupakan hal yang wajib untuk melindungi bayi dari penyakit yang kerap menyerang. Namun, cakupan imunisasi dasar masih di bawah target (Priyono, 2010). Cakupan imunisasi dasar di Desa Cikunir sudah mencapai angkat 80-90%, akan tetapi target cakupan imunisasi dasar yaitu 100% sehingga seluruh batita yang ada di Desa Cikunir mendapatkan imunisasi dasar. Untuk meningkatkan cakupan target tersebut perlu adanya kesadaran dari ibu yang memiliki batita untuk dapat membawa batitanya ke posyandu sehingga mendapatkan imunisasi dasar sesuai dengan jadwal pemberiannya. Berdasarkan hal tersebut maka perlunya dilakukan penyuluhan kepada ibu yang memiliki batita tentang pentingnya imunisasi dasar dan jadwal imunisasi, sehingga setiap batita mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU HAMIL MELALUI DISKUSI KELOMPOK TENTANG PERSEPSI DAN TRADISI KELIRU PADA MASA HAMIL DI DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA TAHUN 2018 chanty Yunie; annisa Rahmidini
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v2i1.155

Abstract

Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang didalam rahimnya terdapat embrio atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat masa konsepsi hingga lahirnya janin, dan lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi hingga partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu dan tidak melebihi 43 minggu (Kuswanti, 2014). Jumlah ibu hamil di Indonesia pada tahun 2017 tercatat sekitar 5.324.562 jiwa. Sedangkan di Jawa Tengah, jumlah ibu hamil mencapai 590.984 jiwa (Kemenkes RI, 2018). Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan akan mempengaruhi tingkat keberhasilan kehamilan serta kondisi status kesehatan calon bayi yang masih didalam rahim maupun yang sudah lahir, sehingga disarankan agar calon ibu dapat menjaga perilaku hidup sehat dan menghindari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi calon ibu pada masa kehamilan (Johnson, 2016). Sosial budaya dapat dilihat sebagai pola dalam suatu wilayah lokal, seringkali dipandang secara birokratis dan sesuatu yang terorganisir, berkembang, berbudaya termasuk teori pemikiran sistem kepercayaan dan aktivitas sehari-hari, hal ini dapat diterapkan dalam praktek keseharian. Terkadang sosial budaya digambarkan menjadi suatu yang tidak dapat ditangkap oleh akal sehat atau sesuatu diluar kemampuan panca indra (Cicourel, 2013). Kebudayaan memiliki unsur yang sama dalam setiap kebudayaan di dunia. Baik kebudayaan kecil bersahaja dan terisolasi maupun yang besar, kompleks dan dengan jaringan hubungan yang luas. Kebudayaan sangat mudah berganti dan dipengaruhi oleh kebudayaan lain, sehingga akan menimbulkan berbagai masalah yang besar. Dalam suatu kebudayaan terdapat sifat sosialis masyarakat yang didalamnya terdapat suatu ikatan sosial tertentu yang akan menciptakan kehidupan bersama (Sulismadi & Sofwani, 2011). Kebudayaan mencakup suatu pemahaman komprehensif yang sekaligus bisa diuraikan dan dilihat beragam vairabel dan cara memahaminya. Kebudayaan dalam arti suatu pandangan yang menyeluruh yang menyangkut pandangan hidup, sikap dan nilai. Pembangunan kebudayaan dikaitkan dengan upaya memperbaiki kemampuan untuk recovery, bangkit dari kondisi yang buruk, bangkit untuk memperbaiki kehidupan bersama, bangkit untuk menjalin kesejahteraan. Dalam hal inilah sosial budaya berperan untuk 3 memberikan solusi terbaik bagi beragam bidang kehidupan (Widianto & Pirous, 2009). Budaya pada masa kehamilan dan persalinan di sebagian daerah telah terjadi pergeseran namun di sebagian lain masih dipertahankan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh O’Neil (2006) bahwa semua budaya yang diwariskan cenderung untuk berubah tetapi ada kalanya juga dipertahankan. Ada proses dinamis yang mendukung diterimanya hal-hal dan ide-ide baru dan ada juga yang mendukung untuk mempertahankan kestabilan budaya yang ada. Hiller (2003) menyatakan bahwa ketika perubahan terjadi, maka terjadi destruksi nilainilai tradisional, kepercayaan, peran dan tanggungjawab, pendidikan, keluarga dan lain-lain yang hampir simultan dengan proses konstruksi cara baru sebagai pengaruh dari perubahan sosial. Nilai dan ritual yang baru ini menggantikan nilai dan ritual yang lama. Namun di sebagian masyarakat adakalanya terjadi kompromi yang mana nilai dan ritual baru dijalankan dengan tanpa menghilangkan nilai dan ritual lama. Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara singkat yang dilakukan di Di Wilayah Desa Cikunir Kabupaten Tasikmalaya terdapat ibu hamil yang memiliki kepercayaan-kepercayaan tentang acara makanan dan kebiasaan makan yang sudah turun-temurun dilakukan seperti contoh larangan untuk makan dipiring besar, makanan pedas, nanas, duren, tape dan yang lainya dengan alasan akan membahayakan kesehatan bayi. STIKes Respati sebagai satu-satunya sekolah tinggi ilmu kesehatan di Kabupaten Tasikmalaya memiliki tanggung jawab untuk memberikan kontribusi terhadap permasalahan terkait dengan kesehatan di Kabupaten Tasikmalaya melalui kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi salah satunya dengan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Salah satu upaya nyata STIKes Respati adalah dengan melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan judul : Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil Melalui Diskusi Kelompok Tentang Persepsi Dan Tradisi Keliru Pada Masa Hamil Di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Tahun 2018