Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Sosialisasi Buku Kia Versi 2020 Bagi Kader di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2021 Fenty Agustini; Tupriliany Danefi
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (Pamas) Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Pelayanan dan Pengadian Masyarakat (Pamas)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM Universitas Respati Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52643/pamas.v5i2.1686

Abstract

Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah dengan angka kematian ibu tertinggi ke-3 di Jawa Barat, pada tahun 2016 Angka Kematian Ibu di Kabupaten Tasikmalaya adalah 145,23/100.000 KH dan angka kematian bayi tertinggi ke-4 yaitu pada tahun 2016 sebesar 8,23/1000 KH.  Berdasarkan data pendahuluan yang diperoleh dari kader Desa Cikunir didapatkan hasil bahwa sebagian besar buku KIA disimpan di posyandu dengan alasan biar tidak rusak sehingga sebagian besar ibu tidak memahami isi yang terdapat didalam buku KIA. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk Sosialisasi  Buku KIA Versi 2020 Bagi Kader di Desa Padasuka Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2021. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi Buku KIA Versi 2020 Bagi Kader di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2021. Dengan terlebih dahulu dilakukan pre test dan setelah dilakukan sosialisasi dilaksanakan post test untuk mengukut sejauh mana efektivitas pelaksanaan sosialisasi. Sasaran sosialiasi kader adalah kader di Desa Cikunir Wilayah Kerja Puskesmas Singaparna berjumlah 12 orang yaitu perwakilan kader setiap posyandu. Dari 12 orang kader, sebanyak 10 orang (83,3%) mengalami kenaikan nilai dari pre test dan post test sedangkan 2 orang (16,7%) memiliki nilai yang tetap. Berdasarkan hasil kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan sosialisasi cukup efektif untuk meningkatkan pengetahuan kader. Kata kunci : Sosialisasi, Buku KIA, Kader
The Utilization of KIA Book in Padasuka Village in Sukarame Community Health Center Fenty Agustini; Tupriliany Danefi
JURNAL KEBIDANAN Vol 11, No 1 (2021): April 2021
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jkb.v11i1.6471

Abstract

Pada tahun 2018 di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarame terdapat 4 kasus kematian ibu dan 6 kasus kematian bayi. Salah satu faktor penyebab tidak langsung dari kematian ibu yaitu terlambat mengetahui tanda bahaya kehamilan. Salah satu upaya untuk mengantisipasi hal tersebut adalah dengan pemanfaatan buku KIA. Saat ini persebaran buku KIA di Indonesia sudah mencapai 94%. Akan tetapi meskipun data survei kesehatan nasional (Sirkesnas) 2016 menunjukkan sebanyak 81,5% ibu hamil telah memiliki buku KIA, hanya 60,5% di antaranya yang bisa menunjukkan dan hanya sebanyak 18% buku KIA yang terisi lengkap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemanfaatan buku KIA oleh ibu balita. Metode penelitian yang digunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan pemanfaatan buku KIA di Desa Padasuka. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar persepsi buku KIA pada  ketegori positif yaitu  92,31%,  membawa buku KIA ke fasilitas kesehatan pada  kategori bawa sebesar  61,54%, membawa buku KIA ke posyandu  100%, menjaga Buku KIA pada  kategori terawat sebesar  62,82 %, bertanya apabila ada yang kurang jelas dari buku KIA untuk kategori bertanya sebesar  73,08 %, pengetahuan kategori baik sebesar  33,33 %. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagin besar ibu sudah memanfaatkan buku KIA meliputi persepsi positif terhadap buku KIA, membawa buku KIA ke posyandu dan membawa buku KIA ke pelayanan kesehatan lain, kondisi buku KIA terawat, bertanya kepada petugas kesehatan, akan tetapi sebanyak 66,67% tidak membaca buku KIA terbukti dari pengetahuan ibu sebanyak 66,67% termasuk kategori kurang.
Pendampingan Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu Remaja Uswatun Hasanah Desa Cikunir Wilayah Kerja Puskesmas Singaparna Santi Susanti; Fenty Agustini; Dina Nurfitriani Dewi; Tita Rosmiati
Kolaborasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3 No 3 (2023): Kolaborasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56359/kolaborasi.v3i3.276

Abstract

Introduction: Adolescent Reproductive Health Service is an activity and/or a series of activities aimed at adolescents in the context of maintaining reproductive health.Youth Integrated Service Post (Posyandu) is a form of Community-Based Health Efforts (UKBM) that is managed and organized from, by, for and with the community, including youth, in the implementation of health development, in order to empower the community and provide convenience in obtaining health services for adolescents to improve health status and adolescent healthy life skills. In Cikunir Village, Singaparna District, Tasikmalaya Regency, there is a youth Posyandu which has been running for 2 years. Based on information from youth cadres, there are 3 cadres who are not active. In this regard, it is necessary to recruit new youth cadres and enhance the capacity of youth cadres to increase their role in the implementation of youth posyandu. Objective: The purpose of this service was The purpose of this service was increase the capacity of youth posyandu cadres in managing posyandu.The target of the activity included youth posyandu cadres, prospective youth posyandu cadres from each hamlet and youth posyandu working groups in Cikunir village. Method: This public service was conducted by Observational method. Result: The results of the activity obtained increased knowledge of cadres about adolescent reproductive health counseling materials and increased youth skills in implementing the 5 table posyandu system and examination anthropometry. Conclusion: Cadre assistance is able to improve the knowledge and skills of cadres in the implementation of the Youth Integrated Service Post.
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN POLA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA DI SMAN 2 SINGAPARNA KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2018 Tupriliany Danefi; Fenty Agustini
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 10 No. 1 (2019): Februari 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v10i1.100

Abstract

Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri. Selain itu tingginya angka pernikahan dini/remaja (48%) menyumbangkan dampak yang tinggi terhadap kejadian anemia yang merupakan implikasi kehamilan dari remaja yang anemia yaitu sebanyak 48 per 1000 kehamilan. Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%. Prevalensi anemia pada wanita di Indonesia sebesar 23,9 % dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun. Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Singaparna tahun 2014 didapatkan data bahwa dari 59 ibu hamil usia kurang dari 20 tahun sebanyak 18,6% mengalami anemia. Kejadian anemia pada ibu hamil sangat erat kaitannya dengan kejadian anemia pada masa remaja.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan hubungan status gizi dan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja di SMAN 2 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya tahun 2018. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif analitik dengan desain cross sectional. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi di SMAN 2 Singaparna dengan tekhnik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 77 siswi.Berdasarkan hasil penelitian didapatkan siswi yang mengalami anemia sebanyak 29,9% dan yang tidak anemia sebesar 70,1%. Hasil tabulasi silang mengenai status gizi dengan anemia didapatkan sebanyak 25,7% siswi dengan status gizi baik mengalami anemia, sedangkan sebanyak 71,4% siswi dengan status gizi kurang mengalami anemia dengan hasil uji statistik diperoleh p value 0,012 kurang dari alpha (0,05). Untuk pola menstruasi dengan kejadian anemia didapatkan sebanyak 28,6% siswi dengan pola menstruasi normal mengalami anemia , sedangkan sebanyak 37,5% siswi dengan pola menstruasi tidak normal mengalami anemia dengan hasil uji statistik diperoleh p value 0,597 lebih besar dari alpha (0,05).Simpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri dan tidak ada hubungan antara pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Saran bagi sekolah Perlu adanya kerjasama dengan fasilitas kesehatan supaya bisa mengadakan penyuluhan tentang gizi remaja di sekolah dan makanan kaya zat besi sehingga remaja memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi dan masalah anemia pada remaja putri.
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA ULAR TANGGA PHBS DI SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA DI SD NEGERI MARGAMULYA KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016 sinta Fitriani; Fenty Agustini
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 8 No. 1 (2017): Februari 2017
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v8i1.116

Abstract

Hasil studi pendahuluan diperoleh data sekunder dari laporan tahunan Program Kesehatan KeluargaDinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, dalam kurun waktu 4 tahun terakhir terjadi peningkatanangka kejadian anemia pada remaja putri. Data terakhir Tahun 2013,yaitu jumlah anemia tertinggisebanyak 24 orang (40%) dari 60 orang siswi, terdapat di Sekolah MA Athoriyah Cikatomas danSMA Serba Bakti Suryalaya Pagerageung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan polamakan dan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di MA Athoriyah KecamatanCikatomas Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016. Manfaat penelitian ini berkontribusi dalamkeilmuan Gizi masyarakat dan Ilmu Perilaku dan menjadi dasar dalam penyusunan programperencanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja.Jenis penelitian ini kuantitatif dengan metode analitik, dan rancangan cross sectional.Populasi adalah seluruh siswi putri pada Athoriyah Cikatomas kelas X dan XI. Sampeldiambil dengan teknik Total Sampling, yaitu sebanyak 41 orang. Instumen menggunakankuesioner sebanyak 10 soal. Data diuji menggunakan analisis univariat dan bivariat denganuji Chi-Square.Hasil penelitian diperoleh hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia (p sama dengan 0,005), nilai OR sama dengan 17,600, artinya remaja putri dengan pola makan kurang baik memilikipeluang 17,6 kali mengalami anemia dibandingkan dengan remaja putri yang polamakannya baik. Serta ada hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia (p sama dengan 0,031),nilai OR sama dengan 7,733, artinya remaja putri dengan pola menstruasi beresiko memiliki peluang7,733 kali mengalami anemia dibandingkan dengan remaja putri yang pola menstruasinyatidak beresiko.Diharapkan remaja putri memperbaiki perilaku hidup sehat, diantaranya: merubah polamakan yang sehat dan berkualitas, mencegah anemia pada saat terjadi menstruasi denganmengkonsumsi tablet tambah darah, dan mencari informasi terkait penanggulangan anemiauntuk mempersiapkan kesehatan reproduksinya menjelang pernikahan dan proses kehamilan.Adapun bagi sekolah dan tenaga kesehatan lebih intensif memberikan pendidikankesehatan/penyuluhan tentang gizi dan anemia kepada remaja putri, melakukanpemeriksaan rutin kadar Hb dan pemberian tablet tambah darah (TTD) dan asam folat.
PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA KECAMATAN SINGAPARNA TAHUN 2017 Hariyani Sulistyoningsih; annisa Rahmidini; Fenty Agustini; Hapi Apriasih; erwina sumartini; Lia Yuliastuti
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 1 (2019): April 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i1.134

Abstract

Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah keadaan gizi yang kurang baik bahkan buruk. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal settiap tahun akibat buruknya kualitas nutrisi. Sebuah riset juga menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena kekurangan gizi serta buruknya kualitas makanan. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54 persen kematian anak disebabkan oleh karena keadaan gizi yang buruk. Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 persen kematian anak (WHO, 2011). Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Balita hidup penderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10 persen. Keadaan ini memberi petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk masih menjadi salah satu masalah di Kabupaten Tasikmalaya, pada tahun 2016 jumlah kasus gizi buruk berjumlah 63 kasus, sementara tahun 2017 turun menjadi 41 kasus. Kasus ini dari tahun ke tahun mengalami penurunan, akan tetapi permasalahan gizi kurang masih menjadi masalah nasional yang perlu penanganan serius. Berdasarkan data yang didapat dari profil Puskesmas Singaparna tahun 2016 didapatkan bahwa kasus gizi buruk di Kecamatan Singaparna berjumlah 5 orang. STIKes Respati sebagai satu-satunya sekolah tinggi ilmu kesehatan di Kabupaten Tasikmalaya memiliki tanggung jawab untuk memberikan kontribusi terhadap permasalahan terkait dengan kesehatan di Kabupaten Tasikmalaya melalui kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi salah satunya dengan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Salah satu upaya nyata STIKes Respati adalah dengan melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema Pemantauan Tumbuh Kembang Balita sebagai upaya peningkatan status gizi untuk dapat membantu terwujudnya kesehatan masyarakat secara umum dan perbaikan status gizi secara khususnya.
PROGRAM LANSIA WILAYAH PUSKESMAS SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2017 Santi Susanti; Hariyani Sulistyoningsih; Fenty Agustini; Tupriliany Danefi; wuri Ratna Hidayani
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 1 (2019): April 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i1.135

Abstract

Persoalan kesehatan reproduksi bukan hanya mencakup persoalan kesehatan reproduksi perempuan secara sempit dengan mengaitkannya pada masalah seputar perempuan usia subur, kehamilan dan persalinan. Secara lebih spesifik, berbagai masalah dalam kesehatan reproduksi mulai dari perawatan kehamilan, pertolongan pada persalinan, infertilitas, penggunaan kontrasepsi, kehamilan tidak diinginkan dan aborsi, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, pelecehan dan kekerasan pada perempuan, perkosaan, layanan dan informasi pada remaja, serta menopause pada perempuan dewasa, merupakan bagian dari upaya memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya kesadaran kesehatan reproduksi bagi individu, khususnya bagi perempuan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seluruh tingkatan hidup perempuan merupakan fokus persoalan kesehatan reproduksi itu sendiri. Menurut Manuaba sampai akhir abad 21, diperkirakan antara 8%- 10% penduduk Indonesia adalah lansia dan lansia perempuan akan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Badan Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa ledakan menopause pada tahun-tahun mendatang sulit sekali dibendung dan diperkirakan di tahun 2030 nanti ada sekitar 1,2 miliar perempuan yang berusia diatas 50 tahun. Sebagian besar dari mereka (sekitar 80%) tinggal di negara berkembang dan setiap tahunnya populasi perempuan menopause meningkat sekitar tiga persen. 3 Artinya kesehatan perempuan khususnya patut mendapatkan perhatian, sehingga akan meningkatkan angka harapan hidup dan tercapainya kebahagiaan serta kesejahteraan secara psikologis. Dalam rangkaian disnatalis STIKes Respati Tasikmalaya ke-15 dilaksanakan program pengabdian masyarakat pemeriksaan status kesehatan lanjut usia di wilayah kerja puskesmas Singaparna Kabupaten Tasikmalaya tahun 2017.
PEMBERDAYAAN KADER DALAM UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DAN KANKER PAYUDARA, DI DESA CIKUNIR 2018 widya maya ningrum; Fenty Agustini; Lilis Lisnawati
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 1 No. 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v2i1.154

Abstract

Kanker adalah terjadinya pertumbuhan sel tidak terkontrol sehingga ditemukan sel tubuh yang abnormal (sel kanker). Menurut Globacan, pada tahun 2008 kanker yang paling sering terjadi pada wanita adalah kanker payudara dan kanker serviks. Setiap tahun kanker payudara mencapai 1.1 juta perempuan dan jumlah ini merupakan 10% dari kasus baru seluruh kanker. Dengan angka kematian sebesar 410.000 setiap tahun dan menjadikan lebih dari 1,6% sebagai penyebab kematian perempuan di seluruh dunia. Kanker serviks menempati urutan yang kedua setelah kanker payudara. Kejadian kanker serviks 15 per 100.000 wanita dan 7,8 persen nya mengalami kematian. (Globocan, 2012). Kanker serviks masih menjadi permasalahan kesehatan dengan kejadian kematian tertinggi. Keterlambatan dalam mendiagnosis menyebabkan kanker sudah pada stadium lanjut, dan hal ini merupakan salah satu penyebab tidak tertanganinya kanker serviks. Sebanyak 99,7 % penyebab kanker serviks adalah Human Paviloma Virus Onkogenik , dan yang menjadi faktor risikonya adalah Menikah Muda (kurang dari 20 tahun ), Mitra seksual multiple, Infeksi Menular Seksual, Merokok , Defisiensi Vit A./Vit C/VitE (Kemenkes, 2016). Sebanyak 50 - 80% wanita aktif seksual mengalami infeksi HPV dalam hidupnya tanpa disadarinya, tetapi 90% hilang dengan daya tahan tubuh. Untuk itu sebenarnya kanker serviks dapat dicegah. Pencegahan yang dapat dilakukan terhadap kanker serviks adalah pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer dilakukan pada perempuan yang sehat yang belum terkena suatu penyakit. Contoh pencegahan primer untuk kanker serviks adalah dengan melakukan promosi dan edukasi atau kampanye kanker serviks dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks serta Vaksinasi HPV untuk mencegah perempuan dari kanker serviks. Pencegahan sekunder adalah dengan cara melakukan deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan pap smear dan atau iva test. (National Cancer Institute, 2017) Tidak seperti kanker serviks yang dapat diketahui etiologi dan perjalanan penyakitnya secara jelas, etiologi dan perjalanan penyakit kanker payudara terutama berhubungan dengan keadaan hormonal (estrogen dominan) dan genetik. Untuk mengatasi masalah pada kanker payudara, maka dikebangkan tatacara deteksi dini dan diagnosis serta penatalaksnaaan yang “cost effective” dengan “evidence based best practies wuth limited resources”. Hal dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker payudara adalah dengan cara melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) yang dilakukan rutin setelah menstruasi, selanjutnya setahun sekali dianjurkan untuk SADANIS (periksa Payudara Klinis) yang dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten. Selain itu deteksi dini bisa dilakukan dengan cara Mammografi, USG, dll.(Kemenkes, 2016) Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pencegahan kanker payudara dan kanker serviks sebagai salah satu faktor penyebab rendahnya cakupan deteksi dini di wilayah Desa Cikunir. Berdasarkan Laporan Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2017 didapatkan data cakupan deteksi kanker payudara dan kanker serviks di Desa Cikunir sebesar 0, 00 %. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran wanita usia subur untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker payudara dan serviks sangatlah rendah. Sejalan dengan hasil survey yang dilakukan pada 20 wanita usia subur, sebagian besar pengetahuan wus tentang kanker payudara dan kanker serviks sangatlah kurang, dan semua WUS yang dilakukan survey belum pernah melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker payudara dan kanekr serviks.( Laporan PKN, 2018) Agar pengetahuan perempuan tentang kanker payudara dan kanker serviks dan perilaku deteksi dini meningkat yang berdampak kepada tercapainya cakupan deteksi dini kanker payudaradan kanker serviks maka perlu dilakukan suatu program pemberdayaan masyarakat dengan membentuk Komuitas Kader Peduli Kanker (KKPK). KKPK ini dibentuk dengan tujuan agar dapat meningkatkan kepedulian masyarakat khususnya perempuan terhadap pentingnya pencegahan kanker payudara dan kanker serviks. Dengan KKPK diharapkan pengetahuan masyarakat akan kanker payudara dan serviks meningkat yang berdampak kepada peningkatan kepedulian untuk melakukan deteksi pencegahan kanker payudara dan kanker serviks. Untuk lebih jelasnya dalam laporan ini akan dijelaskan kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka Pemberdayaan Kader Dalam Upaya Peningkatan Cakupan Deteksi Dini Kanker Serviks Dan Kanker Payudara Di Desa Cikunir 2018.