Alwizar Alwizar
UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Perbandingan Pemikiran Imam Al Mawardi dan Imam Al Ghazali Tentang Adab Pendidik Rusli Halomoan Pohan; Kadar Kadar; Alwizar Alwizar; Yusmaneli Yusmaneli; Husnel Nofrita; Sri Wahyuni Hakim
AL-USWAH: Jurnal Riset dan Kajian Pendidikan Agama Islam Vol 6, No 2 (2023): Mei - Agustus 2023
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/au.v6i2.24973

Abstract

This study aims to find out the Comparison of the Thoughts of Imam Al Mawardi and Imam Al Ghazali About Educator's Adab. This research needs to be done, bearing in mind that the main educator's etiquette is that it can be formed by the factor of an educator. This means that an educator becomes a major determinant for sustainability in that education. In this study the authors used library research methods or (library research). Namely research that originates from the results of library data collection because the objects of study are the Adabud dunya book written by Imam Al Mawardi and the book Ihya Ulumuddin, Bidayatul hidayah, Minhajul Abidin, Ayyuhal Walad, written by Imam Al Ghazali. Therefore, the data that is needed is textual data, namely books about the manners of educators contained in these books and books. The data collection technique in this study was by digging up information from literary sources, data sources that have been collected, both primary and secondary. The data analysis technique used in this study is content analysis (content analysis). The end result of this research is that the etiquette of educators according to Imam Al Mawardi is fear of Allah SWT, an educator must practice what he knows, the educator must say what he does not do, like to spread and teach his knowledge to people who are studying . Meanwhile, the etiquette of educators according to Imam Al Ghazali is fear of Allah SWT, educators must be humble, and may not be arrogant, accepting people who want to learn from him, both young and old, because a student of knowledge is a very noble person.TRANSLATE with x EnglishArabicHebrewPolishBulgarianHindiPortugueseCatalanHmong DawRomanianChinese SimplifiedHungarianRussianChinese TraditionalIndonesianSlovakCzechItalianSlovenianDanishJapaneseSpanishDutchKlingonSwedishEnglishKoreanThaiEstonianLatvianTurkishFinnishLithuanianUkrainianFrenchMalayUrduGermanMalteseVietnameseGreekNorwegianWelshHaitian CreolePersian //  TRANSLATE with COPY THE URL BELOW Back EMBED THE SNIPPET BELOW IN YOUR SITE Enable collaborative features and customize widget: Bing Webmaster PortalBack//
Gender Dalam Pendidikan Islam: Peluang dan Tantangan Asri Yanti Siregar; Djeprin E. Hulawa; Alwizar Alwizar
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol. 4 No. 2: Februari 2025
Publisher : CV. ULIL ALBAB CORP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jceki.v4i2.6643

Abstract

Pendidikan merupakan hak dasar yang dijamin dalam Islam bagi setiap individu tanpa memandang jenis kelamin. Namun, di beberapa negara Muslim, perempuan sering menghadapi hambatan dalam mengakses pendidikan yang setara. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tantangan kesetaraan gender dalam pendidikan Islam serta mencari solusi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif, memanfaatkan sumber primer seperti Al-Qur'an dan Hadits, serta sumber literatur sekunder seperti artikel jurnal, buku, dan laporan kebijakan pendidikan. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa hambatan gender dalam pendidikan disebabkan oleh interpretasi agama yang tidak fleksibel, norma sosial yang membatasi, dan kebijakan pendidikan yang kurang inklusif. Meskipun demikian, beberapa negara seperti Indonesia, Turki, dan Tunisia berhasil mengurangi kesenjangan gender melalui kebijakan pendidikan yang mendukung Perempuan. Islam sebagai agama yang menempatkan keadilan sebagai prinsip utama, memiliki potensi besar untuk menjadi solusi atas permasalahan ini. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kesetaraan gender dalam pendidikan dapat terwujud melalui pemahaman Islam yang inklusif dan formasi kebijakan yang berpihak kepada kaum perempuan.
Rekonstruksi Pendidikan Islam: Analisis Pemikiran Muhammad Abduh dan KH. Ahmad Dahlan dalam Konteks Modernisasi Sri Rezki; Djeprin E. Hulawa; Alwizar Alwizar
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol. 4 No. 2: Februari 2025
Publisher : CV. ULIL ALBAB CORP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jceki.v4i2.7084

Abstract

Jurnal ini mengkaji rekonstruksi pendidikan Islam melalui analisis pemikiran Muhammad Abduh dan KH. Ahmad Dahlan dalam konteks modernisasi. Modernisasi di sini diartikan sebagai upaya pembaruan pendidikan Islam agar relevan dengan dinamika sosial dan budaya, tanpa menghilangkan nilai-nilai spiritual Islam. Muhammad Abduh menekankan pentingnya reformasi institusi pendidikan seperti Al-Azhar dengan mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan modern, membuka ijtihad, serta memperbarui metode pembelajaran. Di sisi lain, KH. Ahmad Dahlan mengimplementasikan modernisasi pendidikan Islam di Indonesia melalui organisasi Muhammadiyah, dengan fokus pada penggabungan kurikulum agama dan umum serta pembentukan karakter berbasis nilai-nilai Al-Qur'an dan Sunnah. Studi ini menyoroti persamaan visi kedua tokoh dalam memperjuangkan pendidikan yang holistik, meskipun konteks dan pendekatannya berbeda. Kajian ini menegaskan relevansi pemikiran mereka dalam membangun pendidikan Islam yang progresif dan adaptif terhadap kebutuhan era modern.