Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Biodiversitas Crustaceae Di Kawasan Mangrove Tutuwoto Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara Farid SM; Siti Amalia Gobel
Jurnal Biologi Babasal Vol 2, No 1: Edisi April 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Luwuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32529/jbb.v2i1.2820

Abstract

Abstrak: Ekosistem mangrove merupakan ekosistem pesisir terdiri dari sekumpulan spesies endemik pantai yang berfungsi sebagai pendukung kehidupan daerah pantai. Luas 11 hektar merupakan Desa Tutuwoto Kabupaten Gorontalo Utara terletak di sana (KPH Gorut, 2010). Desa Tutuwoto, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara: Kawasan Mangrove dijadikan sebagai lokasi penelitian ini. Periode tiga bulan dari bulan April hingga Juni 2018 saat penelitian ini dilakukan.Sampel Krustacea dikumpulkan dengan alat tangkap sederhana berupa Jaring, Jala, dan seser. Kelimpahan jenis dihitung menggunakan rumus Odum, (1996), Perhitungan keanekaragaman menggunakan rumus (Sannon-wienner). Komposisi Crustacea berjumlah 110 individu, yang terdiri dari 7 Spesies diantaranaya, Scylla serrata sebanyak 15 Individu, Scylla olivacea 14 Individu, Scylla tranquebarica 13 Individu, Carcinus maenas 14 Individu, Metapenaeus elegans 19 Individu, Penaeus latisulcatus, 20 Individu dan Metapenaeus affinis sebanyak 15 Individu.Berdasarkan standar ODUM, nilai keanekaragaman krustasea di lokasi penelitian berkisar antara 1,10 hingga 1,39. Pada tahun 1993, krustasea di lokasi penelitian tergolong dalam kategori sedang karena nilai 1H' adalah 3. Dengan nilai 37,04%, Penaeus latisulcatus mempunyai kelimpahan terbesar, dan 26,79% famili Portunidae mendominasi Scylla serrata. jenis. Crustacea banyak berada pada kategori kelimpahan untuk semua jenis menurut kriteria Michael (1995) karena nilai K lebih dari 20. Semua lokasi umumnya memiliki kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi kehidupan krustasea dan bakau.Kata Kunci: Mangrove, Crustaceae, Kelimpahan, Keanekaragaman, Tutuwoto
ANALISIS PRODUKTIVITAS SERASAH HUTAN MANGROVE DI DESA TUTUWOTO KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA Farid SM; Siti Amalia Gobel
Jambura Edu Biosfer Journal Vol 5, No 2 (2023): Jambura Edu Biosfer Journal
Publisher : Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34312/jebj.v5i2.22012

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas serasah di kawasan mangrove Tutuwoto Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Pengambilan data dilakukan dengan metode survey menggunakan penampung serasah (litter trap) berukuran 1meter x 1meter. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan perbedaan produktivitas serasah untuk masing-masing jenis. Rhizophora mucronata memiliki produktivitas serasah tertinggi yakni 3,92 gram berat kering/m2/hari (gbk/m2/hr), Rhizophora apiculata 3,89 gbk/m2/hr, Ceriops decandra 2,87 gbk/m2/hr dan Bruguiera gymnorrhiza 1,98 gbk/m2/hr. Serasah daun memberikan kontribusi yang besar di perairan mangrove yakni daun menyumbang 53%—75%; ranting 15%-25%, serta organ bunga dan buah 4%-32%. Mangrove pada strata pohon menghasilkan produktivitas tertinggi dibandingkan dengan mangrove strata pancang. Mangrove strata pohon menghasilkan serasah 1,97—3,92 gbk/m2/hr, dan pancang 1,09—1,58 gbk/m2/hr. Produktivitas serasah di lokasi penelitian dipengaruhi oleh perbedaan spesies, perbedaan strata, dan perbedaan tingkat kerapatan jenis.
Kajian Etika Dan Kebijakan Pengelolaan Ekosistem Mangrove : (Studi Permasalahan Pengelolaan Ekositem Mangrove Di Indonesia) Farid SM; Misnawaty Wantogia; Marini Susanti Hamidun; Haris Panai; Sukirman Rahim
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol. 4 No. 1: Desember 2024
Publisher : CV. ULIL ALBAB CORP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jceki.v4i1.6290

Abstract

Indonesia, sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, memiliki sekitar 23% dari total luas hutan mangrove dunia, menjadikannya negara dengan kawasan mangrove terbesar di dunia. Meskipun demikian, kawasan mangrove di Indonesia mengalami tekanan yang semakin besar akibat konversi lahan untuk berbagai kepentingan, seperti pertanian, perikanan, dan pembangunan infrastruktur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kulitatif dengan pendekatan Literatur review. Hasil penelitian menunjukan Kebijakan hukum pengelolaan kawasan mangrove di Indonesia sudah tertuang pada beberapa produk hukum baik dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan mentri bahkan sampai peraturan daerah. Namun, terdapat permasalahan yang masih melanggar etika dan kebijakan lingkungan diantaranya di wilayah teluk Bintuni di provinsi Papua Barat yang di ulas pada hasil penelitian dari Ardiyanto (2023), selanjutnya, wilayah di pulau Bintan Kepulauan Riau. Kajian ini telah dilakukan penelitian oleh Irman dan Akbar (2021). Permasalahan juga terdapat di wilayah pesisir Negeri Amahai yang berada di Kabupaten Maluku Tengah berdasarkan hasil penelitian Ely et al (2021). Pengelolaan mangrove harus perpayung hukum dan didasarkan pada etika dan kebijakan lingkungan yang harus ditaati oleh semua pihak baik ditingkat local terkecil yaitu desa sampai ditingkat nasional. Berbagai kebijakan tersebut lahir dengan melihat kondisi social masyarakat, topografi wilayah, budaya dan kearifan local.