Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pajanan Pestisida yang Menyebabkan Gangguan Keseimbangan pada Petani di Kabupaten Semarang Shalihat Afifah Dhaningtyas
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 5 (2022): Inovasi Riset dan Pengabdian Masyarakat Guna Menunjang Pencapaian Sustainable Developm
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan pestisida dalam sektor pertanian masih sering terjadi khususnya di pulau Jawa. Pestisida dapat menyebabkan keracunan akut yang merupakan masalah di seluruh negara. Perkiraan jumlah kasus per tahun yaitu 1-3 juta. Angka kematian mulai dari 1% sampai 9% kasus yang datang berobat. Beberapa kasus keracunan pestisida yang tidak disengaja adalah di kalangan petani dan keluarga petani. Penelitian ini bertujuan untuk menganilisis hubungan pajanan pestisida yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan pada petani di Kabupaten Semarang. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu nonprobability sampling dengan purposive sampling. Jumlah sampel penelitian yaitu 50 petani.Hasil penelitian yaitu ada hubungan kadar kolinesterase (p = 0,016), RP = 3,865 (CI) 95% = 1,051 – 14,214 dan ada hubungan jumlah varietas pestisida (p = 0,022), RP = 3 (CI) 95% = 1,052 – 8,553 dengan gangguan keseimbangan pada petani di Kabupaten Semarang. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan kadar kolinesterase dan jumlah varietas pestisida pada petani di Kabupaten Semarang.  Kata Kunci : pestisida, petani, gangguan keseimbangan, kadar kolinesterase, jumlah varietas
Man Management Household Food Waste : Processing and Characteristic Compost: Pengelolaan Sampah Makanan Rumah Tangga: Pengolahan dan Karakteristik Kompos Shalihat Afifah Dhaningtyas; Amin, Zulfa Kamalia; Tetelepta, Mark Leynard J; Putra, Ezi Dwi Arwindo; Triyani, Nunik
Envirous Vol. 5 No. 1 (2024): Jurnal Envirous
Publisher : UPN "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/envirous.v5i1.209

Abstract

Nasi yang tidak dikonsumsi menjadikannya limbah rumah tangga, tapi dapat dimanfaatkan kembali. Salah satunya dengan menjadikan limbah nasi sebagai kompos. Nasi merupakan material organik yang mengandung unsur karbohidrat dan dapat digunakan sebagai bahan utama kompos. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kompos cair yang dihasilkan dari limbah nasi. Desain penelitian bersifat pra eksperimen dengan post test only design. Metode dalam pengomposan ini yaitu semi anaerobik. Jumlah kompos cair yang dihasilkan yaitu 11 liter dari 38 kg nasi. Untuk nilai C/N rasio melebihi nilai maksimum, sedangkan parameter yang lain seperti nilai tembaga, nitrogen, seng, fecal coliform, karbon organik, fosfor, kalium kurang dari nilai maksimum dan minimum, nilai Salmonella sp negatif/25 ml, pH 3 termasuk asam. Untuk nilai BOD yaitu >3000 mg/l dan COD yaitu >1500 mg/l. Hasil BOD dan COD dibandingkan dengan baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan yang belum memiliki baku mutu air limbah yang ditetapkan. Untuk nilai BOD, lebih dari standar golongan I dan golongan II begitupula dengan nilai COD. Kompos cair dari limbah nasi memiliki karakteristik yang melebihi nilai maksimum serta kurang dari nilai maksimum dan minimum.
Program GERPIS (Gerakan Pemilahan Sampah) dan Pencegahan Penyakit Berbasis Lingkungan Shalihat Afifah Dhaningtyas; Pusparini, Dewi Munta Riris; Pratiwi, Melinda Ayu; Febriyanti, Lisa Amelia; Fitria, Ika Dian; Hidayah, Anis Nur; Adhim, Muhammad Fadlil; Amanda, Putri Navissa; Ningrum, Widya Cahya; Bayyan, Muhammad Hafidz Haqul; Ainurrohmah, Dinda Luthfina; Akbar, Muhammad Syahrul
Jurnal ETAM Vol. 4 No. 2 (2024): JUNE
Publisher : Politeknik Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46964/etam.v4i2.736

Abstract

Konsep paradigma sehat menurut H.L. Blum menyatakan bahwa terdapat 4 faktor determinan yaitu perilaku 30%, lingkungan 40%, pelayanan Kesehatan 20%, dan genetik/ keturunan 10%. Masalah utama yang terjadi di Dusun Losari dan Dusun Tambaksari yaitu kurangnya pengetahuan tentang masalah lingkungan. Tujuan dari dilakukannya pemberdayaan masyarakat ini yaitu agar masyarakat di Dusun Losari dan Tambaksari menjadi berdaya. Berdasarkan hasil observasi dan FGD di Dusun Losari dan Dusun Tambaksari, Kabupaten Temanggung, prioritas masalah yaitu lingkungan dengan kasus TPA open dumping dan penyakit berbasis lingkungan yaitu scabies. Jumlah TPA di Indonesia yang dioperasikan secara open dumping adalah 56% dari seluruh TPA di Indonesia. Di Indonesia, skabies merupakan salah satu penyakit kulit tersering di puskesmas. Solusi yang diberikan yaitu dengan gerakan pemilahan sampah dan penyuluhan tentang penyakit berbasis lingkungan. Anak – anak mengetahui dan memahami bagaimana cara melakukan pemilahan sampah serta ibu – ibu mengetahui penyakit berbasis lingkungan dengan melakukan pre test dan post test dengan p value 0.002 menunjukkan korelasi signifikan.
Rumput Laut Sebagai Detoksifikasi Kromium di Area Pesisir: The Seaweed as a Chromium Detoxification in Coastal Community Shalihat Afifah Dhaningtyas; Safira Ahlina; Maya Sari Aprilina
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 8 No. 11: November 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v8i11.7402

Abstract

Toksisitas logam berat secara signifikan mempengaruhi kelangsungan hidup organisme, termasuk manusia, menyebabkan kerusakan jaringan, terutama dalam proses detoksifikasi organ. Banyak penelitian telah mengeksplorasi berbagai pendekatan untuk mengurangi masalah ini, termasuk penggunaan tanaman sebagai detoksifikasi logam berat potensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat rumput laut sebagai agen detoksifikasi khusus untuk kromium logam berat dalam tubuh manusia. Penelitian ini mengadopsi desain pra-eksperimental, menerapkan kerangka kerja pra-test-posttest satu kelompok. Sampel abu rambut dikumpulkan baik sebelum dan setelah intervensi. Para peserta dipilih dari komunitas pesisir Kartini Jepara, Jawa Tengah. Massa rambut berkurang setelah proses pengabuan. Dari 3 kg Eucheuma sp. menghasilkan sekitar 300 gram bubuk ekstraksi. Penelitian ini memberikan bukti penurunan substansial dalam tingkat kromium rata-rata dalam sampel setelah intervensi. Hasil ini mendukung potensi bubuk ekstraksi Eucheuma sp. selama berendam sebagai sarana detoksifikasi kromium.
Efektivitas Arang Cangkang Kopi dalam Penurunan Kadar Besi (Fe) pada Air Sumur Meika Wafiq Wikansari; Wulandari Meikawati; Shalihat Afifah Dhaningtyas; Mifbakhuddin, Mifbakhuddin
Sehat Rakyat: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 4 No. 4 (2025): November 2025
Publisher : Yayasan Pendidikan Penelitian Pengabdian Algero

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54259/sehatrakyat.v4i4.5620

Abstract

Well water is one of the main water sources to meet the needs of the community, especially in rural areas. However, the quality of well water often does not meet health standards because it contains heavy metals such as iron (Fe). Therefore, a simple and environmentally friendly alternative technology is needed that can be utilized by the community. One method used is filtration using natural adsorbent media, one of which is coffee shell charcoal. This study aims to determine the effectiveness of coffee shell charcoal in reducing Fe levels in well water. The research design used was a true-experimental with a one-group pre-test and post-test. Well water samples were tested for Fe levels before and after filtration using coffee shell charcoal with varying media thicknesses (40, 50 & 60 cm) and contact times (30, 45 & 60 minutes). Laboratory analysis was carried out using the Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) method. The results showed that the average percentage of Fe reduction reached 75,36%. Media thickness and contact time significantly affected the effectiveness of Fe reduction with p values ​​of 0,03 and 0,01, respectively (p < 0,05). A medium with a thickness of 60 cm and a contact time of 60 minutes provided the most optimal results, with final Fe levels below the threshold set by Minister of Health Regulation No. 32 of 2017 (≤ 1 mg/L). In conclusion, coffee husk charcoal has proven effective as a simple filtration medium for reducing Fe levels in well water.