La Niampe
Dosen pada Jurusan Tradisi Lisan, FIB, UHO

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

TUTURAN DALAM TRADISI SANGIA PADA MASYARAKAT KAMBOWA BUTON UTARA Hartati Muslihi Zimani; La Niampe; Ajeng Kusuma Wardani
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli-Desember 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i2.474

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses tradisi sangia masyarakat Kambowa di Buton Utara,mendeskripsikan makna tuturan tradisi sangia pada masyarakat Kambowa di Buton Utara, dan mendeskripsikannilai-nilai yang terkandung dalam tradisisangia pada masyarakat Kambowa di Buton Utara.Penelitian ini di Kecamatan Kambowa, Kabupeten Buton Utarapada bulan Februari sampai April 2018menggunakan pendekatan kualitatif. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi,wawancaramendalam, dandokumentasi.. Informandalampenelitianiniberjumlahlima orang, yaknidua orangpemimpin ritual atau bhisa, dantiga orang penari dalam tradisi sangia. Yang ditentukan melalui teknik purposivesampling. Teknik analisis data terdiri atas tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikankesimpulan.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses tradisi sangiamemiliki dua tahapan utama yaitu tahap persiapan dantahap proses pelaksanaan. Tahap persiapan yaitumelakukan musyawarah antara bhisa dan pemerintah desa denganmenentukan hari dan tanggal baik pelaksanaan tradisi sangia. Tahap proses pelaksanaan meliputi (1) ziarah kemakam Wa Ode Kalantue, (2) menuju wamalau atau tepi pantai, (3) penanda dahi, (4) memutari kamali sangia, (5)haroa atau baca-baca,(6)tarian sarungga atau mesarungga, (7) tarian mangaru, (8) pekolilima, (9) pembersihan,(10) batatombi, dan (10) pembagian ketupat.Makna pada setiap tuturannya menjelaskan adanya keinginanmasyarakatnya untuk mendapatkan keberkahan dan rahmat agar terlindungi dari berbagai bencana atau malapetakayang menimpa kampung dan dirinya. Nilai yang terkandung pada tradisi sangia mencakup empat nilai yaitu nilaireligi, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai etika.
RITUAL TUMPEK LANDEP PADA MASYARAKAT SUKU BALI: (STUDI DI DESA PUUDONGI KECAMATAN POLINGGONA KABUPATEN KOLAKA) Saraswati Saraswati; La Niampe; Ajeng Kusuma Wardani
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 2 No 2 (2019): Volume 2 Nomor 2, Juli-Desember 2019
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v2i2.753

Abstract

Ritual Tumpek Landep merupakan hari peringatan turunnya kekuatan Sang Hyang Widhi ke dunia, yang dikhususkan untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Dewa Senjata atau dengan kata lain ritual Tumpek Landep merupakan rasa syukur umat Hindu terhadap Sang Hyang Widhi yang telah memberikan ketajaman pemikiran kepada manusia, adapun ketajaman itu disimbolkan layaknya senjata yang berbentuk lancip/runcing. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah, (1) mendeskripsikan prosesi pelaksanaan ritual Tumpek Landep pada masyarakat suku Bali di Desa Puudongi, (2) menguraikan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam ritual Tumpek Landep pada masyarakat suku Bali di Desa Puudongi, (3) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dalam ritual Tumpek Landep pada masyarakat suku Bali di Desa Puudongi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Pengumpulan data, dilakukan dengan teknik pengamatan (observasi), wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Data dianalisis dengan teknik sebagai berikut: reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat suku Bali Desa Puudongi Kecamatan Polinggona Kabupaten Kolaka masih melakukan ritual Tumpek Landep. Karena masyarakat Bali masih percaya bahwa dengan mendoakan setiap benda pusaka dan alat alat yang diupacarai pada ritual Tumpek Landep maka akan membawa keselamatan bagi penggunanya. Adapun prosesi pelaksanaan ritual Tumpek Landep diantaranya (1) tahap persiapan yaitu mengumpulkan seluruh benda atau alat alat yang akan diupacarai, (2) tahap pelaksanaan yaitu menghaturkan doa kepada Sang Hyang Pasupati yang dipimpin oleh manggala upacara, (3) tahap akhir yaitu sembahyang bersama sampai selesai metirtha dan memakai bija. Dalam ritual Tumpek Landep mempunyai nilai-nilai budaya diantaranya (1) nilai budaya religius (2) nilai budaya keselarasan hidup dengan alam dan (3) nilai budaya kerja sama. Kemudian faktor perubahan yang terjadi dalam ritual Tumpek Landep itu disebabkan oleh adanya penemuan baru atau inovasi.
TRADISI MOMBOLASUAKO (KAWIN LARI) DALAM PERKAWINAN ADAT TOLAKI DI DESA TIRAOSU KECAMATAN KOLONO KABUPATEN KONAWE SELATAN Sista Sista; La Niampe; Nurtikawati Nurtikawati
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 2 No 2 (2019): Volume 2 Nomor 2, Juli-Desember 2019
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v2i2.755

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menjelaskan dan mendeskripsikan proses penyelesaian tradisi mombolasuako dalam perkawinan adat suku Tolaki, Untuk memahami faktor penyebab terjadinya perkawinan mombolasuako, Untuk mengetahui implikasi yang disebabkan akibat dari perkawinan mombolasuako. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan berbagai metode yang ada. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi (pengamatan), wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif melalui pendekatan ini yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat tahap 1) proses penyelesaian perkawinan mombolasuako (kawin lari), yakni tahap awal mowoka obiri (memberi kabar), tahap mesokei (membentengi), mesambepe (pembahasan uang mahar) dan tahap akhir mowindahako. Dalam perkawinan mombolasuako digunakan kalosara sebagai penyelesaiannya masalah adat istiadat maupun konflik sosial salah satunya perkawinan mombolasuako meskipun dianggap sebagai bentuk pelanggaran adat namun bukan berarti tidak dapat selesaikan secara adat. 2) Faktor penyebab terjadinya perkawinan mombolasuako diantaranya: tidak mendapat restu dari orang tua, menghemat waktu dan biaya, perempuan telah hamil di luar nikah, paksaan atau ditipu. 3) Implikasi yang disebabkan akibat dari perkawinan mombolasuako yaitu: hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua, pengaruh pada kondisi rumah tangga sering bertengkar, kesulitan dalam ekonomi dan perceraian.
TRADISI ANTAMA BALLA PADA SUKU BUGIS MAKASSAR DI KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA Suci Ayu Anggraeni; La Niampe; Sitti Hermina
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli-Desember 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i2.766

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi antama balla dan dapat mendeskripsikan makna simbolik yang terkandung dalam tradisi antama balla.Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Penentuan informan menggunakan purposive sampling. Cara pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada saat tradisi antama balla dilakukan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif melalui tiga alur yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa tahapan pada proses pelaksanaan tradisi antama balla, tahapan yang pertama, tahap awal yaitu accini allo (pemilihan hari yang baik) berdasarkan bulan-bulan yang telah dipilih oleh panrita balla, buritta (mengundang sanak keluarga), menyiapkan alat dan bahan yang terdiri dari kain putih dan baki sedangkan bahannya yaitu jajjakkang dan pasa’bi. Tahapan yang kedua, pelaksanaan appasili balla (mensucikan rumah) yang dilakukan oleh panrita balla yang mendoakan dan mensucikan rumah dengan tujuan mengusir roh halus, dilanjutkan dengan akkaliling balla (berkeliling rumahsetelah itu acaranganre-nganre (makan bersama), tahapan ketiga tahap akhir yaitu barazanjimerupakan puji-pujian terhadap Allah SWT dan NabiMuhammad SAW. Makna pada setiap prosesi tradisi antama balla adalah sebagai bentuk rasa syukur terhadapAllah SWT dan Nabi Muhammad SAW karena tuan rumah mengharapkan kebaikan, keberkahan, kesehatan, rezeki,agar dapat menjadi perantara untuk tujuan yang mereka inginkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semua prosesitradisi antama balla yang dilakukan oleh panrita balla pada setiap prosesnya mengandung makna agar mendapatkanpertolongan dan terhindar dari hal-hal yang negatif, yang tidak baik untuk keluarga yang akan menempati rumahbaru tersebut.Kata