Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

THE CHARACTER OF BU PRANI IN THE FILM “BUDI PEKERTI”: A SEMIOTIC ANALYSIS STUDY BY CHARLES SANDERS PEIRCE Rizki Wahyu Arif Hidayatulloh; Rustim; Choiru Pradhono
EZRA SCIENCE BULLETIN Vol. 2 No. 1 (2024): January-June 2024
Publisher : Kirana Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58526/ezrasciencebulletin.v2i1.129

Abstract

This study aims to reveal the signs of Mrs. Prani's character in the film 'Budi Pekerti' using Charles Sanders Peirce's semiotic analysis. The research method used is descriptive qualitative with an in-depth case study. Data collection techniques include observation, interviews, and documentation. The results of the study show that there are 27 signs that depict the four main characteristics of Mrs. Prani: honest, patient, intelligent, and responsible. These signs were identified through visual and audio analysis of scenes in the film. Peirce's semiotic approach is effective in understanding how visual and audio signs are used to build character and convey moral messages in the film. This research contributes to a deeper understanding of the use of semiotics in film analysis, particularly in analyzing characters and conveying moral messages through visual and audio signs.
FUNGSI ARTISTIK UNTUK MENUNJUKAN PERIODE WAKTU PADA FILM KAMBODJA SUTRADARA RAKO PRIJANTO Saputra, Ade; Choiru Pradhono; Ezriani
EZRA SCIENCE BULLETIN Vol. 2 No. 2 (2024): July-December 2024
Publisher : Kirana Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58526/ezrasciencebulletin.v2i2.132

Abstract

Film merupakan sebuah produksi karya seni yang inovatif dari sebuah media pada saat ini. Artistik sangat diperlukan dalam sebuah produksi film, dimana penciptaan karya seni yang memiliki nilai artistik sangat tergantung kepada penciptanya. Semua unsur dalam tata artistik seperti setting, properti, kostum dan make-up harus memiliki kesatuan yang utuh. Tata bentuk artistik yang secara visual terlihat, dapat menggambarkan suasana dan keadaan, maka dari itu penataan artistik merupakan bagian dari mise en scene. Penataan artistik dalam sebuah film tidak hanya berbicara tentang setting atau latar tempat saja, namun harus mampu memberikan gambaran tentang ruang dan waktu. Film Kambodja sutradara Rako Prijanto, mengambil latar waktu pada tahun 1955 di Jakarta, lebih tepatnya pada masa pemilu pertama di Indonesia setelah sepuluh tahun merdeka. Penggambaran suasana tahun 1955 mulai terlihat dari setting rumah dan properti yang dihadirkan hingga kostum dan handproperty yang digunakan oleh tokoh dalam film. Rumah bergaya Belanda dengan pintu besar dan jendela yang banyak lengkap dengan gorden yang identik dengan warna cokelat susu dan putih. Kostum yang digunakan oleh para tokoh dalam film Kambodja pada umumnya menggunakan warna-warna yang tidak mencolok, seperti warna biru langit, coklat tua, coklat muda, putih, pink baby, hijau dan kuning lembut. Tidak hanya pemilihan warna, detail motif pada kostum dan aksesoris yang digunakan oleh para tokoh dalam film dihadirkan sesuai dengan karakter dan status sosial masing-masing tokoh. Adapun beberapa properti yang digunakan dalam film Kambodja, adalah mesin tik, radio lama, lampu meja, bell telephone (telepon putar), gramaphone (alat pemutar musik).
Riset Dalam Penciptaan Film Dokumenter “Tungku Pembakaran: Simbol Ketahanan Gudang Ransum” Dira Ayu Miranda; Choiru Pradhono
Nusantara Journal of Multidisciplinary Science Vol. 2 No. 4 (2024): NJMS - November 2024
Publisher : PT. Inovasi Teknologi Komputer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Film sebagai bentuk seni visual dan komunikasi memiliki berbagai jenis dan kategori yang mencerminkan ragam pendekatan, tujuan, dan teknik penyajian. Beberapa jenis film yang umum dikenal antara lain film fiksi, film dokumenter, dan film eksperimental. Film fiksi, yang mencakup drama, komedi, thriller, dan sebagainya, berfokus pada penceritaan cerita imajinatif, sementara film dokumenter bertujuan untuk menggambarkan kenyataan secara objektif, baik itu melalui investigasi, wawancara, atau observasi langsung. Film dokumenter khususnya, merupakan jenis film yang tidak hanya mendokumentasikan peristiwa, fenomena, atau subjek kehidupan nyata, tetapi juga berupaya untuk menyampaikan pesan tertentu, mengedukasi, atau memberikan wawasan baru kepada penontonnya. Dengan penggunaan teknik sinematik yang berbeda, film dokumenter sering kali menyelidiki isu sosial, budaya, politik, atau sejarah, dengan mengandalkan bukti visual dan narasi yang berlandaskan fakta. Jenis film ini bisa meliputi dokumenter sosial, sejarah, alam, atau biografi, dan sering kali mengedepankan integritas dalam penyajian data serta memberikan sudut pandang yang mendalam terhadap topik yang diangkat. Dalam penciptaan film dokumenter pastinya akan melalui beberapa tahapan yaitu, mulai dari menentukan ide, Riset, pra produksi, produksi dan pasca produksi. Melakukan riset merupakan tahapan yang penting dalam penciptaan film dokumenter. Riset dilakukan untuk mengumpulkan data-data maupun informasi dari topik yang akan diangkat.
PENATAAN KAMERA DENGAN TEKNIK RACK FOCUS UNTUK MEMPERKUAT DRAMATIK PADA FILM DIAH Septian Asniyardi; Choiru Pradhono
EZRA SCIENCE BULLETIN Vol. 3 No. 1 (2025): January-June 2025
Publisher : Kirana Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58526/ezrasciencebulletin.v3i1.214

Abstract

Director of phtography memegang peran penting dalam menciptakan pengalaman visual yang mendukung kekuatan narasi dalam sebuah karya sinematik, Dalam skenario Diah penerapan konsep rack focus memiliki peran penting dalam memperkuat elemen dramatik, terutama mengingat genre horor yang diusung. Teknik ini memungkinkan perhatian penonton untuk beralih antara dua fokus yang berbeda dalam satu shot. Dalam konteks skenario Diah penggunaan rack focus dapat digunakan untuk memperlihatkan wajah karakter yang menunjukkan ketakutan, sementara latar belakang menampakkan ancaman yang semakin mendekat. rack focus memerlukan perencanaan yang matang, karena setiap perubahan fokus harus memiliki akurasi yang baik hasilnya juga bergantung pada keakuratan lensa dan keterampilan camera operator. rack focus mampu menambah lapisan visual yang kaya, membantu penonton terhubung lebih dalam dengan cerita dan karakter yang ada. Dengan mengunakan teknik rack focus pada skenario Diah dapat memperkuat dramatik pada cerita seperti susprise suspens curiosity, konflik, dikarenakan skenario Diah bergenre horror membuat penonton masuk merasakan adegan di dalam film.
DOKUMENTER EKSPOSITORI HARMONI RIMBA KEHIDUPAN BERDAMPINGAN ANTARA MANUSIA DAN GAJAH DI DESA MUARA SEKALO Rifai, Ahmad; Choiru Pradhono
EZRA SCIENCE BULLETIN Vol. 3 No. 1 (2025): January-June 2025
Publisher : Kirana Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58526/ezrasciencebulletin.v3i1.238

Abstract

Konflik antara manusia dan gajah di Desa Muara Sekalo, Jambi, menjadi permasalah penting karena dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat dan kelangsungan hidup gajah Sumatera. Pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertanian di sekitar bentang alam Bukit Tigapuluh menyebabkan hilangnya habitat alami gajah, memaksa gajah memasuki area pemukiman dan merusak tanaman pertanian, yang menimbulkan kerugian ekonomi. Mengangkat isu ini untuk meningkatkan kesadaran akan kerusakan habitat dan pentingnya keseimbangan antara manusia dan alam. Film ini menggunakan pendekatan dokumenter ekspositori untuk menyampaikan informasi faktual dan terstruktur tentang konflik tersebut. Dengan narasi puitis dan visual yang mendalam, film ini menggambarkan bagaimana pembukaan lahan mengancam kelangsungan hidup gajah dan dampaknya terhadap kehidupan mereka. Penggunaan voice over memudahkan pemahaman tentang konteks dan dampak konflik ini, serta hubungan antara aktivitas manusia dan kerusakan lingkungan. Pendekatan ini menyampaikan pesan dengan jelas, objektif, dan efektif, meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Film ini menegaskan perlunya upaya bersama untuk mengurangi konflik antara manusia dan satwa liar demi keberlanjutan ekosistem.
PENERAPAN CAMERA MOVEMENT UNTUK MEMBANGUN MOOD PADA FILM DRAMA MUSICAL “PANGLIMO GAGA” Fadhila, Reyhan; Choiru Pradhono; Adri Yandi
EZRA SCIENCE BULLETIN Vol. 3 No. 1 (2025): January-June 2025
Publisher : Kirana Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58526/ezrasciencebulletin.v3i1.241

Abstract

Film Panglimo Gaga bertemakan drama musikal yang menceritakan saudagar kaya raya yang mencintai seorang wanita, namun cinta tersebut tidak terbalas. Cerita ini diadaptasi dari cerita kesenian Randai Sumatra Barat. Proses produksi film ini, pengkarya berperan sabagai Director of Photography (DOP) dalam penerapan Camera Movement untuk membangun mood pada film Panglimo Gaga. Selain produksi film, pada film drama musikal juga memproduksi koreografi dan musik. Director of Photography (DOP) memiliki peran krusial untuk eksplorasi shot untuk menyajikan penekanan mood dalam film serta mendukung koreografi musikal yang menarik dan film yang berjalan sesuai naskah, dengan teknik kamera dalam film Panglimo Gaga. Camera movement menjadi konsep kamera yang efektif diterapkan dalam film drama musikal dalam membangun mood film. Konsep ini didukung dengan teori Himawan (2008) dan Thompson (2008) dalam penggunaan kategori camera movement yang mencakup complex shot dan developed shot serta teknik kamera seperting panning, tilting, zooming dan tracking. Penerapan camera movement secara efektif mampu menekankan mood dalam cerita, sekaligus mendukung dinamika pergerakan koreografi yang menjadi elemen penting dalam film. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman tentang penggunaan gerakan kamera dalam mendukung narasi dan estetika drama musikal.