I Nyoman Piartha
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGUNAAN GAMELAN BHATARA BAGUS SELONDING DALAM TRADISI MEGERET PANDAN DI DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN KECAMATAN MANGGIS KABUPATEN KARANGASEM: Perspektif Teologi Hindu Gusnadi, Gusti Ngurah Arya; I Nyoman Subrata; I Nyoman Piartha
Pangkaja: Jurnal Agama Hindu Vol 27 No 1 (2024)
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/pjah.v27i1.3049

Abstract

Gamelan Bhatara Bagus Selonding is a gamelan which is sacred by the people of Tenganan Pegringsingan Village. Gamelan Bhatara Bagus Selonding has an important role in religious activities in Tenganan Pegringsingan Village, especially in the Megeret Pandan tradition. This research was formulated in 3 problems, namely: 1) What is the shape of the Bhatara Bagus Selonding Gamelan instrument in the Megeret Pandan Tradition in Tenganan Pegringsingan Village, Manggis District, Karangasem Regency? 2) What is the function of Gamelan Bhatara Bagus Selonding in the Megeret Pandan Tradition in Tenganan Pegringsingan Village, Manggis District, Karangasem Regency? 3) What does the meaning of Gamelan Bhtara Bagus Selonding in the Megeret pandan Tradition in Tenganan Pegringsingan Village, Manggis District, Karangasem Regency?The problem is examined with three theories namely, the principle of religious principles, aesthetic theory, and symbol theory. The method used in this study is a qualitative method, the process consists of determining the location of research, using qualitative data sourced from informants and relevant written sources, determining research instruments, informants are determined on a representative basis. Data collection through observation, in-depth interviews, literature study and documentation.The results showed that (1) The form of Bhatara Bagus Selonding Gamelan is slonding barungan tools including: 1) Atungguh Paenem, 2) Atungguh patuduh, 3) Atungguh nyongnyong Ageng, 4) Aungguh Nyongnyong Alit, 5) Atungguh Gong Ageng, 6) Atungguh Gong Alit, 7) Atungguh Kempul Ageng, 8) Atungguh Kempul Alit.2) The function of Bhatara Bagus Selonding is as a Superintendent and Pengerahan Megerert pandan. As forming the feeling of courage when playing Gending Kelor curry Gug-curry.3) The meaning contained in the Gamelan Bhatara Bagus Selonding in the Megerert Pandan Tradition is Gamelan Bhatara Bagus Selonding is very purified and made into God (God).
LONTAR TUTUR ANGKUS PRANA (Kajian Teologi Hindu): Lontar Tutur Angkus Prana Merta, I Made; Ni Kadek Surpi; I Nyoman Piartha
Pangkaja: Jurnal Agama Hindu Vol 28 No 2 (2025)
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lontar Tutur Angkus Prana memiliki nilai dengan mengunakan simbol sebagai prinsip kehidupan Hindu, seperti karmaphala dan moksa (pembebasan dari siklus kehidupan), sumber ajaran spiritual juga sebagai media penyembuhan atau usada, yang menjelaskan konsep kesehatan fisik dan mental saling berhubungan dalam perspektif Hindu. Ini menunjukkan lontar Tutur Angkus Prana memiliki relevansi yang tidak hanya bersifat religius tetapi juga praktis, karena memberikan panduan untuk menghadapi tantangan kehidupan secara menyeluruh. Hasil penelitian 1. Ajaran tattwa dapat dipahami dalam konteks teologi Hindu meliputi ; Henotheisme Sang Hyang Siwa Tiga sebagai dewa tertinggi dari sekian banyaknya nama dewa. Animisme setiap benda memiliki roh. Polytheisme esensi Tuhan dalam bentuk immanent (Saguna Brahman). Monotheisme Bhatara siwa disebutkan dalam banyak nama. Namun sesungguhnya tunggal jatinia. Teologi siwaistik tercermin dalam kutipan Saisining jagat kabeh lwih ing putus, meraga Siwa. Teologi Bali disebutkan dalam dimensisaguna dan nirguna yaitu bape ibu dan shang Hyang titah. 2. Praktik ajaran etika meliputi: Ajaran kawisesan dituangkan dalam beberapa tutur diantaranya angkusprana mengenai yoga,tapa dan brata, prana jati menguraikan wujud pikiran, jati ening moral dan etika, samuscaya menjabarkan manifestasi Tuhan dalam organ tubuh, bhagawan kasyapa mengenai pabersihan, jagatnatha dan jagatguru mengetahui tentang hari kematian, tutur Kanda Phat Catur Sudiksa tentang aksara dan saudara lahir. Praktik ajaran kamoksan dirangkum dalam tutur upadesa, kadharman samuscaya dan adnyana siwa nirmala dan panglepasan Siwer Mas. Praktik ajaran aguron-guron. 3. Aspek susila meliputi:  aspek pengendalian diri, tri kaya parisudhatifa perilaku yaitu pikiran perkataan dan pebuatan, budaya bebagai macam adat-istiadan, upacara yadnya meliputi persembahkan.