The aim of this research is to determine the role of mentoring in the adoption of SRI (System of Rice Intensification) organic farming technology by descriptively looking at the extent to which the adoption of this technology can be done to overcome agricultural problems. The problems faced include a planting period that is only once a year, wasteful use of water, excessive use of chemical fertilizers and pesticides (7 quintals/Ha and 2 Liters/Ha), not utilizing livestock waste properly, the quality of rice with small grains, and the quality of soil fertility decreases. The research was conducted in Rahayu village, Tuban Regency, East Java for four months, namely from September 2023 to January 2024, involving 50 active farmers from representatives of 2 farmer groups (Poktan Mulyo and Makmur). The data collection technique was carried out qualitatively by conducting interviews and then analyzed descriptively using the Sustainability Compass concept. The results of this research are that the Nature (N) aspect has succeeded in saving water use by 40%, and can carry out farming practices three times a year. The economic (E) aspect has succeeded in increasing the income of land owners by an average of IDR 22,000,000/Ha, increasing the income of farm workers by an average of IDR 8,800,000/Ha, and saving agricultural production costs of IDR 2,317,688/Ha for each planting season. The social (S) impact is in the form of farmer groups being more aware of their concern for environmental preservation by preventing pollution, intensifying institutional synergy meetings between farmer groups, and increasing social cohesiveness. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pendampingan dalam adopsi teknologi pertanian organik SRI (System of Rice Intensification) dengan melihat secara deskriptif sejauh mana adopsi teknologi tersebut dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah pertanian. Permasalahan yang dihadapi berupa masa tanam yang hanya satu kali dalam satu tahun, boros penggunaan air, penggunaan pupuk dan pestisida kimia berlebih (7 kwintal/Ha dan 2 Liter/Ha), tidak termanfaatkannya limbah kotoran hewan ternak dengan baik, kualitas padi dengan bulir kecil, serta kualitas fisika kesuburan tanah menurun. Penelitian dilakukan di Desa Rahayu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur selama empat bulan, yaitu mulai September 2023 hingga Januari 2024, dengan melibatkan 50 petani aktif dari perwakilan dua kelompok tani (Poktan Mulyo dan Makmur). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengambilan data dilakukan melalui wawancara, kemudian dianalisis secara deskriptif dengan konsep Sustainability Compass. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek nature/alam (N) berhasil menghemat penggunaan air sebanyak 40%, serta dapat melakukan praktik tani tiga kali dalam satu tahun. Aspek ekonomi (E) berhasil melakukan peningkatan pendapatan pemilik lahan rata-rata sebesar Rp 22.000.000/Ha, peningkatan pendapatan buruh tani rata-rata sebesar Rp 8.800.000/Ha, dan penghematan biaya produksi pertanian sebesar Rp2.317.688/Ha setiap musim tanam. Dampak sosial (S) berupa kelompok tani semakin sadar akan kepeduliannya terhadap pelestarian lingkungan dengan mencegah terjadinya pencemaran, mengintensifkan pertemuan sinergi kelembagaan antar kelompok tani, dan meningkatkan kekompakan sosial.