Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Tinjauan Hukum Pemberian Upah Pada Buruh Dibawah Upah Minimum Provinsi Aprilsesa, Tri Dian; Tahir, Muhammad; Aminah, Siti; Marnita, Marnita
AL-MANHAJ: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam Vol 5 No 1 (2023)
Publisher : Fakultas Syariah INSURI Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/almanhaj.v5i1.1997

Abstract

Getting a decent job and livelihood is a basic right of every citizen as a citizen that must be obtained. In its implementation, it cannot be denied that there are problems in employment, one of which concerns wages. However, in principle employers are prohibited from paying wages to workers/employees lower than the minimum wage. The purpose of analyzing the implementation of the provision of the minimum wage is expressly regulated in Article 23 paragraph (3) of Government Regulation Number 36 of 2021 concerning Wages as the Implementing Regulation of Law Number 11 of 2020 concerning Job Creation. If in the agreement, the wages paid are found to be lower or contrary to laws and regulations, the agreement may be null and void and the wage arrangements are carried out in accordance with the provisions of laws and regulations. The research method is normative juridical to analyze data by means of literature studies on secondary data which specifically discusses the norms contained regarding the Minimum Wage Provisions. Obstacles in the application of wages, both the UMP (Provincial Minimum Wage) and the UMK (Regency/City Minimum Wage), namely lower and middle-level companies that are unable to carry out the provisions of the UMP and UMK provisions themselves so that there is a gap between workers and companies. Even though the UMP is smaller than the UMK, there are small and medium-sized companies that are unable to provide good wages to workers according to the stipulations of the UMP. The welfare of workers in Indonesia has always increased from time to time because the magnitude of the increase in the minimum wage as a whole is lower than the increase in the price of the minimum necessities of life, so that workers cannot live a decent life.
The Sharia Funding Risk Issues in Fintech Securities Crowdfunding: Realization of Legal Certainty in the Shari'ah Perspective Alhadiansyah, Alhadiansyah; Djun'astuti, Erni; Susila, Sugeng; Marnita, Marnita; Aprilsesa, Tri Dian
SASI Volume 29 Issue 4, December 2023
Publisher : Faculty of Law, Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47268/sasi.v29i4.1733

Abstract

Introduction: In the era of globalization and information technology, fintech is transforming the financial sector, including fintech securities crowdfunding, which is a funding model based on the participation of many small investors. In the context of sharia, sharia principles regulate financial transactions and services, while crowdfunding fintech securities is a popular phenomenon in sharia funding, but requires investor protection regarding investment risk and legal protection.Purposes of the Research: To analyze the legal certainty of protection for investors who invest in Islamic funding through fintech securities crowdfunding in Indonesia and analyze the risks faced by investors in this context.Methods of the Research: This study uses qualitative normative legal research methods to understand legal certainty and investor protection in Islamic funding through Fintech Securities Crowdfunding. Data collection was carried out through literature study and then analyzed qualitatively to identify patterns, themes and related issues.Results of the Research: Sharia funding through Fintech Securities Crowdfunding in Indonesia provides attractive Islamic investment opportunities but also involves various risks such as business risk, liquidity, legal, sharia, and others. Legal certainty regulated by Financial Services Authorityand Sharia Supervisory Board is the key in providing protection to investors. OJK regulations ensure information transparency and compliance with sharia principles, so that investors can invest with confidence according to sharia values. Thus, an investment ecosystem that has integrity and is inclusive within the sharia framework can be realized.
Virtual Police in the Indonesian Constitutional System: A Restorative Justice Approach to Cybercrime Prevention (An Empirical Study in Sambas Regency) Saliro, Sri Sudono; Aminah, Siti; Jamaludin, Jamaludin; Aprilsesa, Tri Dian; Kusryat, Dheanita
Jurnal Mahkamah : Kajian Ilmu Hukum dan Hukum Islam Vol. 10 No. 1 June (2025)
Publisher : Institut Agama Islam Ma'arif NU (IAIMNU) Metro Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25217/jm.v10i1.5813

Abstract

The Virtual Police Approach as Restorative Justice Prioritizes Preventive Efforts. Indeed, there is a close relationship between preventive policing and crime prevention. Preventive policing is part of crime prevention; however, crime prevention encompasses a broader scope than preventive policing alone. This study aims to analyze the implementation of virtual police within the Indonesian constitutional system as part of cybercrime prevention efforts, as regulated in the Electronic Information and Transactions Law (UU ITE), and to describe the effectiveness of virtual police in this context. This research employs a qualitative method and is classified as empirical legal research, utilizing both normative legal and descriptive-analytical approaches. Data were obtained through interviews and observations, using purposive sampling techniques. The results of the study reveal that the implementation of virtual police is a manifestation of the enforcement of the Electronic Information and Transactions Law (executive function) as a legal effort to prevent cybercrime. The presence of virtual police as law enforcers has made cybercrime prevention more effective, supported by a strong legal framework. However, challenges remain in the form of societal legal culture, particularly the public's lack of awareness and compliance in the digital space.
Politik Hukum Terhadap Masyarakat Dilarang Memberi Uang Kepada Pengemis (Studi Kasus : Kota Pontianak, Kalimantan Barat) Aprilsesa, Tri Dian; Suasono, Edy; Aminah, Siti; Abunawas, Abunawas
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 5 (2023): Innovative: Journal of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada dasarnya pemerintah Kota Pontianak sudah berupaya untuk melakukan sosialisasi penertiban umum terhadap masyarakat untuk tidak memberi uang pada pengemis dan pengamen di beberapa titik di Kota Pontianak. Tetapi masih banyak masyarakat memberi uang ke pengemis dan gelandangan tidak dikenakan sanksi denda atau administrasi. Penelitian ini bersifat deskriptif. Sumber datanya menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh melalui proses wawancara dan dokumentasi. Pelaksanaan Pasal 42 Huruf e Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 19 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Ketenteraman, Ketertiban Umum Dan Perlindungan Masyarakat masih belum terlaksana sepenuhnya. Jika masyarakat masih memberi uang kepada pengemis dan pengamen maka semakin banyak pula pengamen dan pengemis di tempat-tempat umum di Kota Pontianak karena mereka merasa sebagai pengemis dan pengamen sebuah pekerjaan yang mendapatkan penghasilan yang lebih banyak. Diharamkan bagi mengeksploitasi orang untuk meminta-minta ataupun mengamen. Dan bagi pemberi, haram memberi kepada peminta-minta di jalanan dan ruang publik karena itu mendukung pihak yang mengeksploitasi pengemis serta tidak mendidik karakter yang baik untuk warga negara. Upaya yang diharapkan pemerintah lebih bijak lagi untuk menegakkan aturan yang ada kepada masyarakat yang memberi uang pada pengemis dan pengamen agar fenomena sosial ataupun masalah sosial berupa pengamen dan pengemis tidak semakin berkembang.
Peraturan Desa Sebagai Landasan Hukum Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Aminah, Siti; Aprilsesa, Tri Dian; Marnita, Marnita
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 1 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i1.7928

Abstract

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan tidak menyebutkan secara eksplisit Peraturan Desa sebagai salah satu jenis peraturan perundang-undangan. Akan tetapi, kedudukan Peraturan Desa diakui keberadaannya, mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. Peraturan desa pun wajib diadakan oleh pemerintahan desa untuk digunakan sebagai landasan hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Oleh karena itu, Peraturan Desa menjadi penting untuk diadakan oleh pemerintah desa sebagai landasan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Terhadap  desa yang belum mengadakan peraturan desa, dapat melakukan upaya seperti melakukan musyawarah antara perangkat desa dan masyarakat yang ada di desa untuk menyelesaikan masalah, melakukan koordinasi dan komunikasi kepada pemerintah daerah yang lebih tinggi untuk membantu dalam penyelenggaraan pemerintahan atau dapat pula menggunakan peraturan daerah dimana desa tersebut berada.
Analisis Yuridis Terhadap Pengaturan Peraturan Bersama Kepala Desa Aprilsesa, Tri Dian; Mintarsih, Endah; Damayanti, Alfina
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 3 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i3.10958

Abstract

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa tidak mengatur tempat pengundangan Peraturan Bersama tentang Kepala Desa. Namun Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa yang merupakan perintah langsung pasal 89 PP No 43 Tahun 2014 dalam pasal 25 ayat (3) menegaskan Peraturan Bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hokum mengikat sejak tanggal diundangkan. Eksistensi Peraturan Menteri diatur dalam Pasal 8 ayat (1) UU No 12 Tahun 2011 mempunyai kekuatan hukum mengikat berkualifikasi sebagai peraturan perundang-undangan sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan (pasal 8 ayat 2). Berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa Peraturan Menteri sebagai peraturan yang kedudukannya lebih rendah, menerima pendelegasian secara tegas peraturan perundang-undangan yang kedudukannya lebih tinggi (mendelegasikan).a
Tinjauan Hukum Pemberian Upah Pada Buruh Dibawah Upah Minimum Provinsi Aprilsesa, Tri Dian; Tahir, Muhammad; Aminah, Siti; Marnita, Marnita
AL-MANHAJ: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam Vol. 5 No. 1 (2023)
Publisher : Fakultas Syariah INSURI Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/almanhaj.v5i1.1997

Abstract

Getting a decent job and livelihood is a basic right of every citizen as a citizen that must be obtained. In its implementation, it cannot be denied that there are problems in employment, one of which concerns wages. However, in principle employers are prohibited from paying wages to workers/employees lower than the minimum wage. The purpose of analyzing the implementation of the provision of the minimum wage is expressly regulated in Article 23 paragraph (3) of Government Regulation Number 36 of 2021 concerning Wages as the Implementing Regulation of Law Number 11 of 2020 concerning Job Creation. If in the agreement, the wages paid are found to be lower or contrary to laws and regulations, the agreement may be null and void and the wage arrangements are carried out in accordance with the provisions of laws and regulations. The research method is normative juridical to analyze data by means of literature studies on secondary data which specifically discusses the norms contained regarding the Minimum Wage Provisions. Obstacles in the application of wages, both the UMP (Provincial Minimum Wage) and the UMK (Regency/City Minimum Wage), namely lower and middle-level companies that are unable to carry out the provisions of the UMP and UMK provisions themselves so that there is a gap between workers and companies. Even though the UMP is smaller than the UMK, there are small and medium-sized companies that are unable to provide good wages to workers according to the stipulations of the UMP. The welfare of workers in Indonesia has always increased from time to time because the magnitude of the increase in the minimum wage as a whole is lower than the increase in the price of the minimum necessities of life, so that workers cannot live a decent life.
PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KARTU IDENTITAS ANAK (STUDI DI KABUPATEN KAPUAS HULU) Pratama, Fachrian Nanda; Syafei, Muhammad; Aprilsesa, Tri Dian
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 7 No. 2 (2024): Volume 7 No. 2 Tahun 2024
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v7i2.26465

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan serta menganalisis faktor pendorong dan faktor penghambat pelaksanaan program Kartu Identitas Anak (KIA) sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016 di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris dengan sifat penelitian deskriptif, cara pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara, dan studi dokumen, serta teknik analisis datanya menggunakan teknik kuantitatif. Hasil dari penelitian ini ialah kepemilikan Kartu Identitas Anak (KIA) bagi anak di Kabupaten Kapuas Hulu sudah mencapai 70%, namun dalam penerapannya masih terdapat kendala-kendala seperti kurangnya informasi yang didapatkan masyarakat, kurangnya pemahaman masyarakat, kurangnya dukungan & koordinasi antar instansi, serta wilayah kabupaten Kapuas Hulu yang luas dan sulit dijangkau menjadi kendala-kendala dalam pengimplementasiannya. Selain itu, kemanfaatan yang dirasakan masyarakat dengan adanya Kartu Identitas Anak masih kurang. Saran dari penulis adalah Pemerintah diharapkan untuk mengkaji kembali terkait dengan program Kartu Identitas Anak ini terlebih kemanfaatan dan kegunaannya agar program ini dapat berjalan dengan efektif, serta perlu ditingkatkan kembali sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui dan mengerti tentang program Kartu Identitas Anak (KIA).
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK (STUDI DI KOTA PONTIANAK) Pratama, Patris Nanda; hamdani, hamdani; aprilsesa, tri dian
Tanjungpura Legal Review Vol 1, No 2 (2023): Tanjungpura Legal Review
Publisher : Faculty of Law, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/tlr.v1i2.64961

Abstract

Abstrack  The use of information and communication technology in various sectors of human life, apparently carries its own risks, especially for the Protection of Personal Data of a person in an Electronic System. This, of course, threatens the right to privacy of Personal Data Owners, which is guaranteed by the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945. Actually, the provisions of Article 2 paragraph (1) of the Regulation of the Minister of Communication and Information Technology of the Republic of Indonesia, have regulated the scope of Personal Data Protection in Electronic Systems. In fact, problems related to Personal Data Protection in this Electronic System, also occur in Pontianak City. Therefore, this study aims to find out clearly and definitely about the Implementation of Personal Data Protection in Pontianak City, then to find out the factors and causes of Personal Data Protection in Pontianak City that are still not optimal, as well as efforts that can be made to provide optimal protection of Personal Data in Pontianak City. This research uses empirical legal research methods, which are exploratory in nature, with qualitative data analysis methods. The results showed that, the implementation of Personal Data Protection in Pontianak City, is still not fully running optimally, because various problems were found. This is due to various factors and causes, including the lack of strict and firm Government in supervising and/or controlling Electronic System Operators who process and/or manage Public Personal Data. Meanwhile, efforts that can be made to provide optimal protection of Personal Data in Pontianak City, among others, the Government must be more assertive and tighten supervision and/or control over Electronic System Operators who process and/or manage Public Personal Data.  Abstrak  Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai sektor kehidupan manusia, rupanya membawa resiko tersendiri, khususnya bagi Perlindungan Data Pribadi seseorang dalam suatu Sistem Elektronik. Hal ini, tentunya mengancam hak atas privasi Pemilik Data Pribadi, yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebenarnya, pada ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, sudah mengatur mengenai cakupan Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik. Bahwasannya, Permasalahan terkait Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik ini, juga terjadi di Kota Pontianak. Oleh karena itu, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan pasti mengenai Pelaksanaan Perlindungan Data Pribadi di Kota Pontianak, lalu untuk mengetahui faktor-faktor dan penyebab Perlindungan Data Pribadi di Kota Pontianak yang masih belum optimal, serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan perlindungan optimal terhadap Data Pribadi di Kota Pontianak. Penelitian ini, menggunakan metode penelitian hukum empiris, yang sifatnya eksploratif, dengan metode analisis data kualitatif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa, Pelaksanaan Perlindungan Data Pribadi di Kota Pontianak, masih belum sepenuhnya berjalan dengan optimal, karena ditemukan berbagai permasalahan. Hal ini, dikarenakan berbagai faktor dan penyebab, diantaranya, kurang ketat dan tegasnya Pemerintah dalam melakukan pengawasan dan/atau kontrol terhadap Penyelenggara Sistem Elektronik yang memproses dan/atau mengelola Data Pribadi Masyarakat. Adapun, upaya-upaya yang dapat dilakukan guna memberikan perlindungan optimal terhadap Data Pribadi di Kota Pontianak, diantaranya, Pemerintah harus lebih tegas dan memperketat pengawasan dan/atau kontrol terhadap Penyelenggara Sistem Elektronik yang memproses dan/atau mengelola Data Pribadi Masyarakat.
Pengawasan Terhadap Peredaran Barang Bekas Lainnya Ke Wilayah Indonesia (Provinsi Kalimantan Barat) Saptomo, Priyo; Anjani, Aliefia Putri; Aprilsesa, Tri Dian
Journal of Innovative and Creativity Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/joecy.v5i3.3464

Abstract

Peredaran sepatu sepatu bekas impor yang sekarang ini marak sekali dan bahkan sudah merambah keselirih wilayah negea Indonesia sudah cukup memprihatinkan kafrena secara tidak langsung akan mempengaruhi tata niaga perdagangan khususnya dalam usah perdagangan separtu baik yang berasal daru usaha rumah tangga maupu sepatu sepatu yang mempunyai kualitas import yang mempunyai keas dan terjamin keberadaannya dengan merk merk yang sangat berkualitas. Untuk mengantisipasi semakin maraknya peredaran sepatu sepatu bekas impor ini maka pemerintah telah mengeluarkan aturan tentang larangan yang berhubungan dengan sepatu sepatu bekas impor dimaksud sebagaimana yang diatur dalam dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40 Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang dilarang Ekspor dan Barangdilarang Impor yang tertera dengan Kode HS 6309.00.00 pakaian bekas dan barang bekas lainnya dilarang untuk di impor ke negera Indonesia Dalam hal pengawasan terhadap masuknya sepatu sepatu bekas (impor0 ini maka sebenarnya pemerintah melalui Departeen Perdagangan telah menetapkan bidang yang berwenang untuk mengawasi masuknya dan beredarnya sepatu sepatu bekas (impor) ini ke wilalayah negara Indonesia yaitu menjadi kewenangan dari Bidang Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN), namun kewenangannya hanya sebatas mengawasi saja dan tidak mempunyai hak untuk mengambil tindak lanjut seperti tentang penertibannya sehingga maraknya pererdaran sepatu sepatu bekas (impor) tidak akan mengganggu tata niaga usaha perdagangan di bidang usaha sepatu khususnya.