Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

NASKAH FATHU AL-ARIFIN: SEBUAH AJARAN TASAWUF TAREKAT QADIRIYAH NAQSYABANDIYAH Sugandi, Rafid; Hidayat, Ahmad Taufik; Riza, Yulfira
Metahumaniora Vol 13, No 3 (2023): METAHUMANIORA, DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v13i3.48388

Abstract

Tulisan ini membahas tentang ajaran tasawuf tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah dalam naskah berjudul Fathu Al-Arifin yang ditulis oleh Syekh Ahmad Khatib Sambas tanggal 9 Jumadil Awwal 1287 Hijriyah. Selain membahas tentang ajaran tasawuf, tulisan ini juga mendeskripsikan kondisi fisik naskah yang dalam ilmu filologi dikenal dengan kodikologi. Penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif dengan menggunakan metode studi literatur dalam mengumpulkan datanya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kodikologi. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat tata cara (panduan berzikir) bernuansa tasawuf dalam naskah Fathu Al-Arifin. Panduan zikir itu diwujudkan dalam praktik tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah. Di samping itu, naskah Fathu Al-Arifin juga memuat tentang baiat dan talkin dalam tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah. Syekh Ahmad Khatib Sambas menggabungkan dua tarekat (Qadiriyah dan Naqsyabandiyah) menjadi satu yaitu tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah sehingga ada dua teknik zikir dalam tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yaitu nafi isbat (zikir bersuara keras) dan siiri ism dzat (zikir dalam hati). Tarekat Qadiriyah berzikir jahr nafi itsbat (bersuara keras), sedangkan tarekat Naqsyabandiyah berzikir sirri ism dzat (zikir dalam hati). Ada empat metode zikir dalam tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yaitu kesempurnaan suluk, adab, zikir dan muraqabah. Naskah ini berasal dari Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat dan disimpan di Lembaga Suaka Luhung Naskah (SULUAH) Padang.
Cultuurstelsel kopi Mandailing: antara aroma, derita kerja paksa, dan jalan raya Sugandi, Rafid; Hakim, Lukmanul; Erasiah, Erasiah
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 18, No 1 (2024): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v18i12024p78-89

Abstract

This research reveals the history of Cultuurstelsel in Mandailing. The problems are the history of Cultuurstelsel, the practice of forced labor, and the construction of roads. The method used is the historical method. The stages of the historical method are source collection, source criticism, interpretation, and writing. The results showed that the coffee Cultuurstelsel (forced planting system) in Mandailing began in 1841 AD. The Mandailing coffee forced planting system is successful and dominates the world market. Mandailing coffee is the best quality coffee in the world. It is exported to America and Europe. The forced planting of Mandailing coffee and the delivery of coffee from Mandailing to Natal caused many residents to suffer, especially the laborers (coffee transporters). To speed up and multiply the slow coffee transportation, the Natal roadway was built, which was inaugurated by Van Swieten in March 1851 AD. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan Cultuurstelsel di Mandailing. Permasalahannya ialah sejarah Cultuurstelsel, praktik kerja paksa, dan pembangunan jalan raya. Metode yang digunakan adalah metode sejarah. Tahapan metode sejarah yaitu pengumpulan sumber, kritik sumber, penafsiran dan penulisan. Hasil penelitian menunjukkan Cultuurstelsel (sistem tanam paksa) kopi di Mandailing telah dimulai pada 1841 M. Sistem tanam paksa kopi Mandailing berhasil dan merajai komoditi ekspor pasar dunia terutama, Amerika dan Eropa. Kopi Mandailing “Mandheling Coffee” dinobatkan sebagai kopi dengan kualitas terbaik di dunia. Dalam prosesnya kopi dari Mandailing diangkut ke pelabuhan Natal, Padang, dan ke Eropa. Eksploitasi manusia secara paksa selama tanam paksa kopi Mandailing dan pengiriman kopi dari Mandailing ke Natal menyebabkan banyak penduduk yang menderita, terutama para buruh (pengangkut kopi). Oleh karena itu, untuk mempercepat dan memperbanyak pengangkutan kopi sebelumnya berjalan lambat, maka dibangunlah jalan raya Natal (penghubung dari Mandailing ke Natal) yang diresmikan oleh Van Swieten pada bulan Maret 1851 M.
CULTUURSTELSEL KOPI MANDAILING: Dampak Terhadap Pembangunan Jalan Lintas Natal Sugandi, Rafid
ISTORIA : Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah Vol. 20 No. 2 (2024): ISTORIA Edisi September 2024, Vol. 20. No.2
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/istoria.v20i2.70973

Abstract

Abstrak-Persoalan perekonomian kolonial Belanda di Indonesia (dahulu Hindia-Belanda) yang buruk karena kesalahan pengurusan keuangan, pengeluaran biaya selama perang Belgia, perang Dipenonegoro, perang Padri yang berdampak pada tingginya hutang kolonial Belanda saat itu. Maka, untuk memperbaiki kondisi keuangan tersebut, diterapkanlah Cultuurstelsel (sistem tanam paksa). Di Mandailing, Sumatra Utara Cultuurstelsel diwujudkan dalam bentuk penanaman kopi. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang dampak kebijakan Cultuurstelsel kopi Mandailing terhadap pembangunan jalan lintas Natal. Metode yang digunakan adalah metode sejarah. Adapun tahap-tahapan dalam metode sejarah yaitu pengumpulan sumber (heuristik) dengan menggunakan teknik studi kepustakaan yaitu mengumpulkan segala informasi yang berkaitan dengan penelitian yang didapatkan dari perpustakaan maupun dari website penyedia sumber sejarah berupa buku-buku, catatan ilmiah, arsip, dan lainnya. Tahapan selanjutnya, kritik sumber (verifikasi) terdiri dari kritik eksternal dan internal yaitu mengkritik kondisi fisik luar (eksternal) dan isi (internal) sumber dengan cara membandingkannya dengan sumber yang lainnya, lalu tahapan penafsiran (interpretasi) yaitu memberikan pemaknaan setelah tahapan kritik. Interpretasi dengan menggunakan ilmu bantu ekonomi dengan menelaah bagaimana "kepentingan ekonomi" kolonial Belanda yang kemudian melahirkan kebijakan Cultuurstelsel kopi di Mandailing, sehingga menimbulkan dampak pada pembangunan jalan lintas Natal. Terakhir, tahapan historiografi yaitu penulisan sejarah dengan menghadirkan hasil temuan berupa kebijakan Cultuurstelsel kopi Mandailing yang berdampak pada pembangunan jalan lintas Natal. Hasil penelitian ini menunjukkan kebijakan Cultuurstelsel (sistem tanam paksa) oleh kolonial Belanda di Mandailing 1841 M berupa sistem tanam paksa tanaman kopi. Penanaman kopi Mandailing mengalami keberhasilan yang luar biasa, sehingga kopi dari wilayah Mandailing tersebut diekspor ke pasar dunia internasional, teruatama ke Amerika dan Eropa, sehingga dalam dunia internasional kopi yang berasal dari Mandailing terkenal dengan sebutan "Mandheling Coffee" (kopi Mandailing) sebagai kopi terbaik di dunia yang kemudian melahirkan gagasan untuk membangun jalan raya yaitu jalan lintas Natal penghubung dari Mandailing ke Natal (Pelabuhan Natal). Pembangunan jalan lintas Natal bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat pengiriman kopi dari Mandailing ke pelabuhan Natal. Pembangunan jalan lintas Natal diresmikan oleh Van Sweiten pada bulan maret 1851 M. Sampai pada saat ini jalan lintas Natal masih digunakan oleh penduduk dan menjadi jalan utama penghubung dari Mandailing ke Natal.Kata Kunci: Cultuurstelsel, kopi, mandailing, natal, jalan. Abstract-The Dutch colonial economy in Indonesia (formerly Dutch East Indies) was poor due to financial mismanagement, expenses during the Belgian War, Dipenonegoro War, Padri War, which had an impact on the high Dutch colonial debt at that time. So to improve the financial condition, Cultuurstelsel (forced planting system) was implemented. In Mandailing, North Sumatra, Cultuurstelsel was implemented in the form of coffee plantation. This paper aims to explain the impact of Mandailing Coffee Cultuurstelsel policy on the construction of Natal Crossing Road. The method used is the historical method. The stages in the historical method are source collection (heuristics) using literature study techniques, namely collecting all information related to research obtained from libraries and websites that provide historical sources in the form of books, scientific records, archives, and others. The next stage, source criticism (verification), consists of external and internal criticism, namely criticizing the physical condition (external) and content (internal) of the source by comparing it with other sources, then the interpretation stage, namely giving meaning after the criticism stage. The interpretation is based on economic science by examining how Dutch colonial "economic interests" then gave birth to the Coffee Cultuurstelsel policy in Mandailing, which had an impact on the construction of the Natal Crossing Road. Finally, the historiography stage writes history by presenting the findings in the form of the Mandailing Coffee Cultuurstelsel policy, which has an impact on the construction of the Natal Causeway. The results of this study show that the Cultuurstelsel policy (forced planting system) of the Dutch colonial in Mandailing in 1841 AD was in the form of a forced planting system for coffee plants. The coffee plantation in Mandailing was so successful that the coffee from the Mandailing region was exported to the international world market, especially to America and Europe, so that the coffee from Mandailing was famous in the international world as "Mandheling Coffee" (Mandailing coffee) as the best coffee in the world, which then gave birth to the idea of building a highway, namely the Natal Cross Road connecting Mandailing to Natal (Natal Port). The construction of the Natal Cross Road aims to facilitate and speed up the delivery of coffee from Mandailing to the Port of Natal. The construction of the Natal Cross Road was inaugurated by Van Sweiten in March 1851 AD. To this day, the Natal Crossing Road is still used by the local people and is the main connecting road from Mandailing to Natal.Keywords: Cultuurstelsel, coffee, mandailing, natal, road.
SEJARAH PERADABAN ISLAM: Menguak Keberadaan Minoritas Muslim Jerman Sugandi, Rafid; Azizah, Faras Puji; Darmawan, Budi; Arvionita, Diah
TOLERANSI: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama Vol 16, No 1 (2024): Januari - Juni
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/trs.v16i1.29754

Abstract

AbstrakMasuknya Islam ke Jerman mempunyai sejarah yang panjang, dimulai pada masa Daulah Abbasiyah (Khalifah Harun Al-Rasyid), yang menjalin hubungan dengan penguasa kaum Frank, Raja Charlemagne (Charles atau Charlemagne Agung), wilayah kekuasaan kaum Frank di Jerman. saat itu adalah Jerman dan sekitarnya. Islam mengikuti Perang Salib, kekuasaan Prusia, dan mencapai puncaknya setelah Perang Dunia Kedua. Kekalahan Jerman oleh Sekutu pada Perang Dunia II membuat Jerman harus membangun kembali negaranya dan membutuhkan banyak tenaga kerja. Oleh karena itu, Turki yang mempunyai hubungan baik dengan Jerman menyediakan tenaga kerja dari Turki. Imigran Turki datang ke Jerman dalam jumlah besar dan tinggal serta menetap di kawasan industri Jerman seperti Berlin, Munich, Frankfurt, Hessen, Hamburg dan lain-lain. Lambat laun, para imigran Turki ini akhirnya membentuk komunitas Muslim dan terus berkembang hingga saat ini dan terdapat sekitar 6 juta umat Islam di Jerman. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan dan bersifat kualitatif-deskriptif dengan analisis isi. Pendekatan historis digunakan. Perkembangan komunitas muslim terjadi di beberapa bidang seperti bidang politik muslim yang bebas menggunakan hak pilihnya dalam pemilu, kebebasan berpendapat dan persamaan hak di mata hukum. Dalam bidang keagamaan, umat Islam diberikan dan dijamin kebebasan beragama dan beribadah. Di bidang ekonomi telah diberikan izin untuk menerapkan ekonomi Islam, seperti pembukaan bank syariah pertama kali di kota Frankfurt, Jerman. Di bidang pendidikan, diberikan izin untuk memasukkan pendidikan Islam di sekolah umum; sebelumnya pendidikan Islam hanya diberikan di masjid dan kelompok masyarakat. Kata Kunci: Islam; Muslim; kecil; Jerman; peradaban; AbstrakMasuknya Islam ke Jerman telah melewati waktu yang panjang, dimulai dari masa Daulah Abbasiyah (Khalifah Harun Al-Rasyid) yang menjalin hubungan dengan penguasa kaum Frank yaitu Raja Charlemagne (Charles atau Karolus Agung), wilayah kaum Frank saat ini adalah wilayah Jerman dan sekitarnya. Setelah itu, Islam pada masa perang salib, kerajaan Prusia dan puncaknya terjadi pada masa setelah perang dunia II. Kekalahan Jerman atas sekutunya dalam perang dunia II, membuat Jerman harus kembali membangun negaranya, Jerman membutuhkan banyak tenaga kerja. Oleh karena itu, Turki yang sudah berhubungan baik dengan Jerman menyediakan tenaga kerja dari Turki. Kedatangan imigran Turki ini ke Jerman dalam jumlah yang banyak, tinggal dan menetap di sekitar daerah industri di Jerman seperti Berlin, Munich, Frankfurt, Hessen, Hamburg dan lainnya. Lambat laun, akhirnya imigran Turki ini membentuk komunitas muslim dan terus berkembang sampai saat ini dan tercatat ada sekitar 6 juta muslim di Jerman. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kepustakaan ( Library Reseacrh ) dan bersifat kualitatif-deskriptif dengan analisis isi ( Content Analysis ). Menggunakan pendekatan sejarah ( Historical Approach ). Perkembangan komunitas muslim terjadi dalam beberapa bidang seperti bidang politik muslim bebas menggunakan hak pilihnya dalam pemilu, bebas berpendapat dan kedudukan haknya sama rata di mata hukum. Bidang agama muslim diberikan dan dijamin kebebasan dalam beragama dan beribadah. Bidang ekonomi diberikan izin untuk menerapkan ekonomi Islam seperti dibukanya bank syariah untuk pertama kalinya di kota Frankfurt, Jerman. Bidang pendidikan diberikan izin untuk memasukkan pendidikan Islam ke sekolah-sekolah negeri, sebelumnya pendidikan Islam hanya diadakan di Masjid-masjid dan kelompok masyarakat. Kata Kunci: Islam; Muslim; kecil; Jerman; peradaban;