Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

LEARNING FROM HISTORY: PAKU BUWANA II'S ATTEMPT AT RELIGIOUS MODERATION IN SERAT CEBOLEK Permadi, Danur Putut; Yantari, Hanif Fitri; Taufiq, Muhammad
Jurnal Lektur Keagamaan Vol 22 No 1 (2024): Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 22 No. 1 Tahun 2024
Publisher : Center for Research and Development of Religious Literature and Heritage, Agency for Research and Development and Training, Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31291/jlka.v22i1.1203

Abstract

Indonesia is home to teachings and manuscripts that advocate mode­­ration in life. One such cultural manifestation is the Serat Cebolek manuscript, written by Yasadipura I. This manuscript narrates the theolo­gical conflict between Hajj Mutamakkin and Ketib Anom. The objective of this article is to examine the efforts towards religious moderation undertaken by Sunan Paku Buwana II, as depicted in the Serat Cebolek manuscript. This study employed library research, utilizing a biographical approach. Data was collected through documentation techniques, drawing from printed sources and texts pertaining to Serat Cebolek. The study reveals that Paku Buwana II’s decision to forgive Haji Mutamakkin exemplifies the characters of a moderate leader. The king pardoned Haji Mutamakkin’s actions, albeit with the stipulation that he refrain from disseminating his knowledge among the kingdom’s populace. In the context of Javanese ethical values, Sunan Paku Buwana epitomizes a “Ratu Adil” or a just ruler. This study reinforces the discourse on religious moderation, particularly through an exploration of historical contexts. The king’s attitude serves as a valuable exemplar for contemporary leaders grappling with the issue of religious fundamentalism in Indonesia.
PUNJERING NGAURIP: Understanding the Yogyakarta Palace on the Philosophical Axis of the Yogyakarta Palace in the Perspective of Cultural Philosophy Permadi, Danur Putut; Teguh; Kholis, Nur
Asketik: Jurnal Agama dan Perubahan Sosial Vol. 8 No. 1 (2024): Asketik: Jurnal Agama dan Perubahan Sosial
Publisher : Prodi Sosiologi Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/asketik.v8i1.1327

Abstract

This research is motivated by the efforts of the Yogyakarta regional government to submit the Yogyakarta Palace's Philosophical Axis as a cultural heritage to UNESCO. This axis is a road that stretches from the Krapyak Stage, the Yogyakarta Palace, and the Yogyakarta Monument. This axis is the implementation of one of the Javanese philosophies, Sangkan Paraning Dumadi. This philosophy explains that humans must be able to understand how they can be born in this world and what their goal is born. This study aims to analyze the meaning of the Yogyakarta Palace in the philosophical axis and analyze the position of the Yogyakarta Palace using the perspective of cultural philosophy. The data obtained in this study came from in-depth interviews and documentation. By using a phenomenological approach, it is found that the Yogyakarta Palace is the center of the Philosophical Axis because it symbolizes harmony and eternity between the people, nature and the king. Besides, in the Mitis stage, the palace is interpreted as a sacred complex where various traditional ceremonies take place. And at the functional stage, the palace is not only interpreted as part of the philosophical axis. And at the functional stage, the palace is not only interpreted as part of the philosophical axis. But also interpreted as the center of tourist destinations in the city of Yogyakarta. From these findings it can be concluded that there has been a shift in the meaning of the Yogyakarta Palace as the center of the philosophical axis into one of the tourist attractions that are economically valuable.
RANCANG–BANGUN PENDIDIKAN ANTI RADIKALISME: INTERNALISASI SIKAP TOLERANSI DI LEMBAGA PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Permadi, Danur Putut; Yantari, Hanif Fitri
Jurnal Perspektif Vol. 17 No. 1 (2024): Jurnal Perspektif
Publisher : Balai Diklat Keagamaan Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53746/perspektif.v17i1.172

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk dapat menganalisis serta memberikan kerangka pikir program pendidikan anti radikalisme di lembaga pendidikan formal di Provinsi Jawa Tengah. Metode penelitian yang diterapkan dalam riset ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menerapkan pendekatan studi kepustakaan. Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan metode kesinambungan historis dan hermenutika. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa Wacana intoleransi dalam lembaga pendidikan dikarenakan sebuah lembaga pendidikan mengadopsi model pendidikan luar negeri yang menjadikan paham radikalisme sebagai basis keilmuannya. Selain itu juga disebabkan karena lembaga pendidikan hanya fokus melakukan pengajaran secara tekstual-skriptualistik. Provinsi Jawa Tengah sendiri telah menyusun program “Sekolah Damai” sebagai upaya internalisasi konsep toleransi dalam lingkungan sekolah. Program ini memiliki tiga basis utama yaitu: kebijakan sekolah yang pro toleransi, praktik perdamain di sekolahan, dan manajemen organisasi kesiswaan yang toleran.
Nilai Aksiologis Pernikahan Jilu Pada Masyarakat Jawa Permadi, Danur Putut; Yantari, Hanif Fitri
Jurnal Dialog Vol 46 No 2 (2023): Dialog
Publisher : Sekretariat Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47655/dialog.v46i2.684

Abstract

Abstrak Penelitian ini membahas tentang nilai di balik mitos yang direpresentasikan oleh masyarakat Dusun Tempursari sebagai mitos pernikahan Jilu. Masyarakat Jawa dikenal dengan penduduknya yang menjaga tradisi leluhur, pernikahan adalah salah satunya. Penelitian ini menjabarkan dua hal pokok, yaitu gambaran umum mengenai mitos pernikahan Jilu di Dusun Tempursari dan bagaimana etika Jawa dalam memandang fenomena ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi lapangan. Sumber data penelitian ini adalah tokoh masyarakat dan pasangan Jilu, sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari literatur lain, seperti buku, jurnal, serta artikel yang sesuai dengan tema penelitian. Setelah itu dianalisis menggunakan teori Etika Jawa Franz Magnis Suseno. Berdasarkan dari hasil analisis didapati bahwa masyarakat Dusun Tempursari dalam kesehariannya masih tetap menghindari mitos pernikahan Jilu. Selain itu masyarakat yang menghindari larangan dikarenakan mematuhi perintah orang tua dan tidak ingin merusak kedamaian masyarakat setempat. Hal ini selaras dengan pendapat Franz Magnis bahwa prinsip kerukunan memainkan peran penting dalam kehidupan orang Jawa. Melalui prinsip kerukunan ini Suseno membagi orang menjadi manusia bodoh dan manusia bijaksana. Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat Dusun Tempursari adalah manusia bijaksana karena memilih menjalankan mitos Jilu untuk menjaga keselarasan sosial dan mencegah terjadinya konflik-konflik sosial yang mungkin saja bisa terjadi. Abstract This study discusses the value behind the myth of Jilu's wedding. Javanese people are known for their inhabitants who uphold the traditions of their ancestors, marriage is one of them. This research describes two main things, namely a general description of the myths of Jilu's wedding and how Javanese ethics in viewing this phenomenon. This research is a qualitative research. After that it was analyzed using Javanese ethical theory Franz Magnis Suseno. Based on the results of the analysis, it was found that the people of Tempursari village in their daily lives still avoid the myths of Jilu's wedding. In addition, people who avoid the prohibition are due to complying with parents' orders and don’t want to damage the peace of the local community. This is in line with Franz Magnis's opinion that the principle of harmony plays an important role in the lives of Javanese people. Through this principle of harmony, Suseno divides people into stupid and wise humans. This phenomenon shows that the people of Tempursari village are wise humans because they choose to carry out the myths of the Jilu to maintain social harmony and prevent social conflicts that might occur.
SYARAT GURU DALAM SERAT WIRID HIDAYAT JATI KARYA RADEN NGABEHI RONGGOWARSITO : (Perspektif Filsafat Jawa) Permadi, Danur Putut; Wahyudi, M. Agus
Irsyaduna: Jurnal Studi Kemahasiswaaan Vol. 2 No. 3 (2022): Desember
Publisher : LP3M STIT Al Urwatul Wutsqo Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.252 KB) | DOI: 10.54437/irsyaduna.v2i3.446

Abstract

A teacher is an important part of the world of education. For this reason, the teacher must have expertise in the teaching field. One of the skills needed by a teacher is about the personality of a teacher who is right. But today there are still teachers who have not been able to make new breakthroughs and prefer to apply traditional learning. This is one of the causes of education in our country problematic. Seeing this is considered necessary to provide an evaluation in the field of education. In Serat Wirid Hidayat Jati is explained that not everyone can become a teacher. This study analyzed the requirement to become a teacher in Serat Wirid Hidayat Jati. By using the literature study method, researchers concluded that a teacher in the Java world was a reflection of a king. He had a big influence on his followers. Javanese philosophy states that not everyone can become king, only the elected person can be king. Nevertheless, it can still be fought by  Laku Brata. Equally with the teacher, not everyone can immediately become a teacher. There are conditions for being a teacher. In Serat Wirid Hidayat Jati mentioned that there are eight things that make people deserve to be a teacher.
Ketib Anom: Etika dan Kepribadian Guru Bijaksana dalam Serat Cebolek Permadi, Danur Putut; Yantari, Hanif Fitri
PUSAKA Vol 11 No 2 (2023): Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31969/pusaka.v11i2.1243

Abstract

Serat Cebolek adalah salah satu karya yang luar biasa karya dari pujangga Keraton Surakarta, yaitu Raden Ngabehi Yasadipura I. Serat Cebolek berisi tentang pertentangan antara Haji Mutamakkin dan Ketib Anom. Haji Mutamakkin adalah yang tokoh kontroversial, beliau adalah seorang ulama yang berasal dar pesisir utara Jawa dan didakwa telah mengajarkan ilmu hakikat kepada khalayak ramai tanpa bersandar pada syariat. Atas dasar inilah perkumpulan para ulama yang dipimpin oleh Ketib Anom melaporkan kejadian ini kepada raja Kartasura agar Haji Mutamakkin diberikan hukuman mati. Dalam Serat Cebolek, Ketib Anom digambarkan sebagai seorang guru yang bijaksana, sedangkan Haji Mutamakkin digambarkan sebagai seorang guru yang tidak tahu diri. Hal inilah yang menjadi menarik untuk dikaji dengan melihat bagaimana seorang guru harus bersikap terhadap muridnya menurut etika Jawa milik Franz Magnis Suseno. Etika adalah salah satu cabang dari ilmu filsafat yang mempelajari mengenai manusia dari sudut perbuatannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, dengan mengkaji dari sumber tertulis maupun buku yang masih relevan membahasa tentang Serat Cebolek. Hasil penelitian ini memandang bahwa kaitannya dengan nilai-nilai etika dalam berperilaku, seorang guru harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi dan menjadi pribadi yang bijaksana agar dapat menuntun murid-muridnya mendapatkan ilmu pengetahuan yang jauh di atasnya. Sedangkan, guru yang tidak tahu diri adalah guru yang merasa dirinya memiliki ilmu yang melimpah, merasa dirinya paling hebat, dan angkuh dalam bersikap dan berkata-kata.
Wacana Moralitas dalam Serat Wulang Sunu dan Refleksinya Terhadap Pendidikan Karekter Yantari, Hanif Fitri; Permadi, Danur Putut
PUSAKA Vol 12 No 1 (2024): Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31969/pusaka.v12i1.1473

Abstract

Persoalan moralitas generasi muda menjadi masalah utama bangsa kita saat ini. Anak-anak muda semakin mengalami degradasi kesopanan dalam berperilaku. Untuk itulah diperlukan satu upaya pendidikan karakter bagi generasi muda. Tetapi berbagai upaya pendidikan karakter yang selama ini dilakukan, tidak memberikan dampak yang signifikan. Oleh karena itulah dibutuhkan metode lain dalam proses pendidikan karakter, salah satunya adalah dengan mengkaji kebudayaan lokal. Salah satu karya sastra Jawa klasik yang mengusung tema pendidikan karakter adalah Serat Wulang Sunu yang disusun oleh Sunan Pakubuwana IV. Hal inilah yang menjadikan penelitian ini menarik untuk dikaji dengan melihat bagaimana sebuah kebudayaan klasik dapat memberikan nuansa baru dalam proses pendidikan karakter apabila ditinjau melalui konsep etika Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pendidikan karakter yang terkandung dalam Serat Wulang Sunu serta merefleksikan pendidikan karakter masa kini. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan mengkaji secara mendalam sumber tertulis yang masih relevan mengenai naskah Serat Wulang Sunu. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan karakter setidaknya harus mengandung dua prinsip tata nilai yaitu prinsip hormat dan prinsip kerukunan. Prinsip hormat dalam pendidikan karakter yang terkandung di Serat Wulang Sunu ditunjukkan dengan nasehat untuk selalu berbakti dan larangan melawan kepada orang yang lebih tua. Prinsip kerukunan dalam pendidikan karakter yang terkandung di Serat Wulang Sunu diperlihatkan dengan adanya petuah untuk tetap menjaga hubungan baik dengan saudara kita. Melalui implementasi dua prinsip ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya pendidikan karakter yang efektif untuk mengatasi masalah moralitas anak muda.
Empat Jalan Menuju Ketuhanan: Memahami Sumbu Filosofis Keraton Yogyakarta Dalam Perspektif Filsafat Kebudayaan Permadi, Danur Putut
NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 21 No. 1 (2024)
Publisher : Research Institute and Community Engagement of UIN MADURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/nuansa.v21i1.12093

Abstract

Munculnya modernisasi membawa perubahan besar pada berbagai aspek kehidupan sebuah masyarakat. Hal ini karena kebudayaan luar dapat masuk ke dalam kebudayaan lokal, yang kadangkala kebudayaan luar ini merubah atau bahkan menghapus kebudayaan lokal sebuah masyarakat. Akibatnya adalah banyak anggota masyarakat yang mulai tidak memahami kebudayaan lokal mereka. Realitas ini tentu dirasa miris, hal ini karena kebudayaan lokal seringkali memiliki nilai-nilai pengajaran bagi anggota masyarakatnya. Salah satu bentuk kebudayaan lokal yang sarat akan nilai ajarannya adalah konsep Sangkan Paraning Dumadi yang terdapat pada Sumbu Filosofis Keraton Yogyakarta. Sumbu ini adalah garis lurus yang menghubungkan Panggung Krapyak, Keraton Yogyakarta, dan Tugu Yogyakarta. Penelitian ini fokus menganalisis Sumbu Filosofis pada Jalan Margautama, Jalan Maliabara, Jalan Margamulya, dan Jalan Pangurakan yang membentang dari Tugu Yogyakarta sampai Keraton melalui perspektif filsafat kebudayaan dari van Peursen. Melalui metode penelitian kualitatif deskriptif, disimpulkan bahwa empat jalan tersebut dalam tahap ontologis dimaknai sebagai “ilmu” mengenai bagaimana seorang Muslim mendekat kepada Allah. Dan pada tahapan fungsional, empat jalan tersebut oleh masyarakat setempat dimaknai sebagai lokasi bisnis. Dari yang semula dijadikan sebagai simbolisasi dakwah Islam, kemudian bergeser dijadikan sebagai lokasi bisnis.
Enhancing Knowledge Management Quality in School through the SECI Model Ahmad Yahya Alchilma; Nahdhiana, Izzah Zulfa; Shabrina, Nabila Nur; Permadi, Danur Putut
JENTRE Vol. 5 No. 2 (2024): JENTRE: Journal of Education, Administration, Training and Religion
Publisher : Balai Diklat Keagamaan Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38075/jen.v5i2.491

Abstract

Education plays a crucial role in shaping the personality and character of students. Knowledge management is a key component in education aimed at enhancing human resource quality. However, implementing knowledge management can be challenging in Indonesia. This study aims to analyze the knowledge management system at SMP Muhammadiyah 1 Surakarta using the SECI model (Socialization, Externalization, Combination, and Internalization). This research adopts a qualitative approach with a field study methodology. Data were collected through documentation, interviews, and observations involving the principal, educators, vice principals, teachers, students, and the school's social media platforms such as Instagram, TikTok, and YouTube. To ensure data validity, qualitative descriptive analysis was applied. The findings indicate that SMP Muhammadiyah 1 Surakarta has implemented a knowledge management system within its curriculum, but it is not yet fully effective. The school employs two curricula: the Merdeka Curriculum and the K13 Curriculum, each tailored to the needs of the students. Key challenges include human resources, infrastructure, budget, and technology. Through the application of the SECI model, knowledge management has proven to be beneficial in generating new knowledge and improving the quality of education in the institution. This study concludes that optimizing knowledge management using the SECI model can enhance both the quality of education and the overall knowledge management system at SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. This is achieved through the principal’s delegation of tasks and the provision of training to educators, aimed at enhancing their technological skills and teaching methodologies.
PUNJERING NGAURIP: Understanding the Yogyakarta Palace on the Philosophical Axis of the Yogyakarta Palace in the Perspective of Cultural Philosophy Permadi, Danur Putut; Teguh; Kholis, Nur
Asketik: Jurnal Agama dan Perubahan Sosial Vol. 8 No. 1 (2024): Asketik: Jurnal Agama dan Perubahan Sosial
Publisher : Prodi Sosiologi Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/asketik.v8i1.1327

Abstract

This research is motivated by the efforts of the Yogyakarta regional government to submit the Yogyakarta Palace's Philosophical Axis as a cultural heritage to UNESCO. This axis is a road that stretches from the Krapyak Stage, the Yogyakarta Palace, and the Yogyakarta Monument. This axis is the implementation of one of the Javanese philosophies, Sangkan Paraning Dumadi. This philosophy explains that humans must be able to understand how they can be born in this world and what their goal is born. This study aims to analyze the meaning of the Yogyakarta Palace in the philosophical axis and analyze the position of the Yogyakarta Palace using the perspective of cultural philosophy. The data obtained in this study came from in-depth interviews and documentation. By using a phenomenological approach, it is found that the Yogyakarta Palace is the center of the Philosophical Axis because it symbolizes harmony and eternity between the people, nature and the king. Besides, in the Mitis stage, the palace is interpreted as a sacred complex where various traditional ceremonies take place. And at the functional stage, the palace is not only interpreted as part of the philosophical axis. And at the functional stage, the palace is not only interpreted as part of the philosophical axis. But also interpreted as the center of tourist destinations in the city of Yogyakarta. From these findings it can be concluded that there has been a shift in the meaning of the Yogyakarta Palace as the center of the philosophical axis into one of the tourist attractions that are economically valuable.