Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Kebutuhan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Akseptor KB Suntik Berdasarkan Penggunaan Kontrasepsi Rasional di Puskesmas Wirang Fathiyah, Fathiyah; Lathifah, Nur; Hateriah, St
Jurnal Rumpun Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 1 (2024): Maret: Jurnal Rumpun Ilmu Kesehatan
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jrik.v4i1.2870

Abstract

One of the strategies for the Family Planning (KB) program to reduce maternal and infant mortality is to minimize the 4T conditions. Contraceptive use is still dominated by short-term contraceptive methods, especially injections and pills. Only a quarter of family planning participants use long-term methods of contraception, such as IUDs and implants. The Research objective is to analyze the need for long-term contraceptive methods for injection acceptors based on rational contraceptive use at the Wirang Public Health Center. The method is types of descriptive research. Time of study January 2023. The sample is 168 people. The data source for this research was secondary data in October 2022 regarding injecting birth control acceptors which were analyzed univariately. This study obtained the results of MKJP contraceptive needs based on the phase of contraceptive use (rational contraception), is in the phase of ending the pregnancy as many as 93 people (55.36%). Concluded that contraceptives used by WUS injecting family planning acceptors are not in accordance with rational use of contraception. With age > 35 years or having > 2 children and the pregnancy termination phase, the contraceptive method needed is MKJP contraception.
Analisis Pengetahuan tentang Toilet Training (TT) terhadap Intensitas Penggunaan Diapers Hestiyana, Nita; Hateriah, St
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 14, No 2 (2023): Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/dksm.v14i2.913

Abstract

Latar belakang: Latar belakang: Toilet training merupakan usaha untuk melatih anak dalam buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Keterampilan mengontrol buang air yang gagal diperoleh dalam rentang waktu toilet training dapat menimbulkan gangguan berkemih berupa sembelit, enuresis, serta anak menolak untuk ke toilet. Jika diapers dipakai dengan intensitas yang sering/setiap saat, maka akan mempersulit latihan buang air/toilet training. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan diapers dan toilet training adalah pengetahuan ibu.Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan tentang toilet training dengan intensitas penggunaan diapersMetode: Rancangan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal. Sampel dalam penelitian berjumlah 53 ibu batita dengan teknik pengambilan Accidental Sampling. Penelitian ini menggunakan alat bantu kuesioner dan dianalisis menggunakan uji Chi square.Hasil: Pengetahuan tentang toilet training paling banyak pada kategori baik: 20 orang (37,7%) dan intensitas penggunaan diapers paling banyak pada kategori tidak pernah: 19 orang (35,8%). Hasil uji chi-square diperoleh p=0,029, terdapat hubungan pengetahuan tentang Toilet Training terhadap Intensitas Penggunaan Diapers.Simpulan: Dengan pemahaman yang baik tentang toilet training, orang tua dapat melakukan praktik toilet training dengan tepat, sehingga diharapkan anak menjadi mandiri dan tidak tergantung dengan diapers ketika buang air. Background: Toilet training is an attempt to train children to urinate and defecate. Failure to acquire toilet control skills during toilet training can lead to urinary disorders such as constipation, enuresis, and refusal to go to the toilet. If diapers are used frequently/every time, it will complicate toilet training. One of the factors that can influence the use of diapers and toilet training is maternal knowledge.Objective: To determine the relationship between knowledge about toilet training and the intensity of diapers use.Methods: The design in this study was an analytic survey with a cross sectional approach. The research location is in the Terminal Health Center Working Area. The sample in the study amounted to 53 mothers of toddlers with Accidental Sampling technique. This study used a questionnaire tool and analyzed using the Chi square test.Results: Knowledge about toilet training is mostly in the good category: 20 people (37.7%) and the intensity of using diapers is mostly in the never category: 19 people (35.8%). The results of the chi-square test obtained p=0.029, there is a relationship between knowledge about toilet training and the intensity of diaper use.Conclusion: With a good understanding of toilet training, parents can practice toilet training appropriately, so that it is expected that children become independent and do not depend on diapers when defecating. 
Faktor Determinan yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan (Analisis Data Indonesia Family Life Survey 5 Tahun 2014) Oktaviannoor, Husda; Hidayat, Ahmad; Hateriah, St
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 12, No 2 (2021): Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/dksm.v12i2.744

Abstract

Latar Belakang: Prevalensi Diabetes Mellitus terdiagnosis dokter usia ≥ 15 tahun sebesar 2%. Kalimantan Selatan merupakan prevalensi tertinggi ke-3 setelah Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur yaitu sebesar 1,8% dan terjadi peningkatan prevalensi dibandingkan dengan hasil penelitian Riskesdas 2013 sebesar 1,4% (meningkat 0,4%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor determinan yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 di Provinsi Kalimantan Selatan.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 1.423. Analisis yang dilakukan yaitu univariat untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel, bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel determinan dengan diabetes mellitus tipe 2, serta multivariat untuk membuat model prediksi faktor risiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2.Hasil: Umur ≥ 45 tahun, 35-44 tahun dan 25-34 tahun mempunyai risiko masing-masing 4,21 kali (POR=4,21; 95%CI 2,765-6,396), 1,68 kali (POR=1,68; 95%CI 1,047-2,692) dan 1,77 kali (POR=1,77; 95%CI 1,126-2,776) lebih besar untuk terjadi diabetes mellitus dibandingkan umur 15-24 tahun. Orang yang tidak bekerja mempunyai risiko 1,84 kali (POR=1,84; 95%CI 1,309-2,599) lebih besar untuk terjadi diabetes mellitus dibandingkan dengan orang yang bekerja. Model prediksi didapatkan indikator sebesar 16% untuk mengetahui kondisi seseorang berdasarkan faktor risiko umur dan pekerjaan.Simpulan: Faktor umur dan pekerjaan mempunyai peran penting dalam kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Provinsi Kalimantas Selatan. Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan berupa perhitungan prediksi dari analisis data kepada masyarakat yang mungkin mempunyai risiko untuk mengalami Diabetes Mellitus Tipe 2 sehingga masyarakat dapat segera melakukan pemeriksaan dini faktor risikonya. Kata Kunci: Diabetes Mellitus Tipe 2; IFLS-5; Kalimantan Selatan Determinant Factors Associated with Type 2 Diabetes Mellitusin South Kalimantan(Data Analysis of Indonesia Family Life Survey 5 of 2014)Introduction: Prevalence of Diabetes Mellitus diagnosed by doctors aged 15 years is 2%. South Kalimantan is the 3rd highest prevalence after North Kalimantan and East Kalimantan, which is 1.8% and there is an increase in prevalence compared to the results of the 2013 Riskesdas study of 1, 4% (an increase of 0.4%). The purpose of this study was to determine the determinant factors associated with the incidence of type 2 diabetes mellitus in South Kalimantan Province.Methods: This study used a cross sectional design. The sample in this study was 1,423. The analysis carried out was, bivariate  and multivariate.Results: Age 45 years, 35-44 years and 25-34 years had a risk of 4.21 times (POR=4.21; 95%CI 2.765-6.396), 1.68 times (POR=1.68; 95 %CI 1.047-2.692) and 1.77 times (POR=1.77; 95%CI 1.126-2.776) were higher for diabetes mellitus than those aged 15-24 years. People who do not work have a risk of 1.84 times (POR=1.84; 95%CI 1.309-2.599) greater for diabetes mellitus than people who work. The prediction model obtained an indicator of 16% to determine a person's condition based on the risk factors of age and occupation.Conclusions: Age and occupation factors have an important role in the incidence of Type 2 Diabetes Mellitus in South Kalimantan Province. The prediction model aims to provide input to the South Kalimantan Provincial Government in the form of predictive calculations from data analysis to people who may have a risk of experiencing Type 2 Diabetes Mellitus. Keywords: Type 2 Diabetes Mellitus; IFLS-5; South Kalimantan.
Determinan Perilaku Konsumsi Makanan Fast Food Dengan Pendekatan Social Cognitive Theory Upaya Preventif Obesitas Pada Siswa Smait Ukhuwah Banjarmasin Hateriah, St; Sarkiah, Sarkiah; Yuandari, Esti
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 15, No 1 (2024): Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/dksm.v15i1.944

Abstract

Latarbelakang : Makanan cepat saji (fast food) merupakan makanan praktis yang kurang serat dan nutrisi. Dampak yang akan dirasakan berupa gangguan kesehatan dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang, seperti obesitas.Tujuan : Menganalisis faktor determinan yang mempengaruhi perilaku remaja dalam mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food) sebagai upaya pencegahan obesitas pada remaja dengan pendekatan Social Cognitive Theory.Metode : Jenis penelitian kuantitatif menggunakan deskriptif observasional dengan desain cross sectional. Objek penelitian adalah siswa SMAIT Ukhuwah Banjarmasin dengan populasi 462 siswa,  penarikan sampel menggunakan sampel acak sederhana (Simple Random sampling) yang berjumlah 82 orang.Hasil : Ada pengaruh faktor karakteristik terhadap konsumsi makanan siap saji yaitu jenis kelamin dengan p value 0,018 dan uang saku dengan p value 0,04, sedangkan variabel status gizi tidak berpengaruh. Analisis Kognitif/Efikasi diri yaitu pengetahuan dengan p value 0,86, dan sikap dengan p value 0,75 kedua variabel ini terbukti tidak berpengaruh terhadap perilaku siswa dalam mengkonsumsi makanan fast food. Analisis faktor lingkungan sosial adalah pengaruh orangtua dengan p value 0,92 artinya tidak ada pengaruh orangtua terhadap perilaku dalam mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food), pengaruh teman denga p value 0,01 dan pengaruh Media dengan p value 0,013 kedua variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku siswa dalam mengkonsumsi makanan fast food.Kesimpulan : Efikasi diri yang tinggi tidak menjamin perilaku konsumsi makanan fast food baik karena dipengaruhi oleh faktor karakteristik dan lingkungan sosial. Perlu dilakukan sosialisasi kepada siswa berupa penyuluhan kesehatan tentang konsusmi makanan cepat saji  (fast food) sebagai upaya preventif obesitas pada siswa.Determinants Of Fast Food Consumption Behavior Using A Social Cognitive Theory Approach To Obesity Preventive Efforts In Smait Ukhuwah Banjarmasin StudentsBackground : Fast food is convenience food that lacks fiber and nutrients. The impact that will be felt will be health problems in the short and long term, such as obesity.Objective : Analyzing the determinant factors that influence adolescent behavior in consuming fast food as an effort to prevent obesity in adolescents using a Social Cognitive Theory approach.Methode : This type of quantitative research uses descriptive observational with a cross sectional design. The research object was SMAIT Ukhuwah Banjarmasin students with a population of 462 students, sampling using a simple random sampling, totaling 82 people.Result : There is an influence of characteristic factors on fast food consumption, namely gender with a p value of 0.018 and pocket money with a p value of 0.04, while the nutritional status variable has no effect. Cognitive analysis/self-efficacy, namely knowledge with a p value of 0.86, and attitude with a p value of 0.75, these two variables were proven to have no effect on students' behavior in consuming fast food. The analysis of social environmental factors is the influence of parents with a p value of 0.92, meaning there is no influence of parents on behavior in consuming fast food, the influence of friends with a p value of 0.01 and the influence of the media with a p value of 0.013. These two variables have a significant influence. significant impact on students' behavior in consuming fast food.Conclusion : High self-efficacy does not guarantee good fast food consumption behavior because it is influenced by characteristics and social environmental factors. It is necessary to provide outreach to students in the form of health education about fast food consumption as an effort to prevent obesity in students. 
Identifikasi Perilaku Bullying Pada Remaja Di SMP Negeri 10 Banjarbaru Hateriah, St; Yuandari, Esti
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 14, No 1 (2023): Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/dksm.v14i1.893

Abstract

Latar belakang : Fenomena  perundungan  telah  lama  menjadi  bagian dari     dinamika     sekolah Perilaku bullying adalah perilaku yang bersifat negatif karena menyebabkan eseorang merasa tidak nyaman, tertekan atau bakan terancam akibat seseorang yang melakukan intimidasi. Kota Banjarmasin sebagai salah satu ibu kota propinsi di Indonesia tidak terlepas dari dari fenomena bulliyng dan kekerasan pada anak-anak. Perilaku bullying masih banyak terjadi di kalangan pelajar terutama di Sekolah Menengah Pertama. Pencegahan di lingkungan sekolah bisa berupa tindakan memperbaiki hubungan interpersonal individu dalam sekolah dengan melibatkan partisipasi guru, orang tua, pelajar, serta orang dewasa lain yang ada dalam sekolah.Tujuan : Mengidentifikasi perilaku bullying pada remajaMetode : Jenis penelitian yang dilakukan adalah dengan pendekatan kuantitatif menggunakan desain deskriptif dengan rancangan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII yang berjumlah 70 orang.Hasil : Pengetahuan responden dengan kategori Baik sebanyak 63 orang (90%), ada 25 orang (35,71 %) pernah menjadi pelaku bullying, dan 56 orang (80%) menjadi korban bullying. Jenis perilaku bullying yang paling banyak adalah bullying fisik 42 orang (60%), Verbal 13 orang (19%), bullying relasional/sosial, cyber, seksual masing-masing5 orang (7%).Simpulan : Pengetahuan siswa tergolong dalam kategori baik tentang perilaku bullying. Jenis perilaku bulliyng yang paling banyak dilakukan adalah bullying fisik dan bullying verbal. Diharapkan bagi pihak sekolah lebih memberikan perhatian ekstra bagi siswa terkait perilaku bullying dengan memberikan pemahaman melalui penyuluhan perilaku bullying untuk mengurangi kejadian dan dampak dari perilaku bullying. Identification Of Bullying Behavior In Adolescents At SMP Negeri 10 Banjarbaru Background : The phenomenon of bullying has long been part of school dynamics. Bullying behavior is negative behavior because it causes someone to feel uncomfortable, pressured or even threatened by someone who is bullying. Banjarmasin City as one of the provincial capitals in Indonesia is inseparable from the phenomenon of bullying and violence against children. Bullying behavior still occurs a lot among students, especially in junior high schools. Prevention in the school environment can be in the form of actions to improve individual interpersonal relationships in schools by involving the participation of teachers, parents, students, and other adults in the school.Objective : Identify bullying behavior in adolescentsMethod : This type of research is a quantitative approach using a descriptive design with a cross sectional design. The sample in this study were students of class VII, totaling 70 peopleResult : Knowledge of respondents in the Good category was 63 people (90%), there were 25 people (35.71%) who had been bullies, and 56 people (80%) had been victims of bullying. The most common type of bullying behavior was physical bullying 42 people (60%), verbal 13 people (19%), relational/social bullying, cyber, sexual bullying each 5 people (7%).Conclusion : Student knowledge belongs to the good category about bullying behavior. The most common types of bullying behavior are physical bullying and verbal bullying. It is hoped that the school will pay more attention to students regarding bullying behavior by providing understanding through counseling on bullying behavior to reduce the incidence and impact of bullying behavior. Keyword : Bullying, Behavior, Teenagers, Students