Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

A Perkawinan Dini di Era Modern: Analisis Relevansi, Tantangan Penetapan dan Implementasi Batas Minimal Usia Nikah Anwar, Wirani Aisiyah; Wahyu Sururie, Ramdani; Fautanu , Idzam; Makkulau Wahyu, Andi Rio; Yaekaji, Aisyah
DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum Vol 22 No 1 (2024): DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum
Publisher : Fakultas Syariah dan Hukum Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35905/diktum.v22i1.10362

Abstract

This article explores the relevance and challenges in implementing marriage age limits to address early marriage issues in the modern era, as stipulated in Article 7 of Law No. 16 of 2019 concerning Marriage in Indonesia. The research aims to reduce the incidence of early marriage and identify obstacles in applying marriage age limits within the Indonesian legal context. The study employs a qualitative method supported by literature review, focusing on normative law through statutory, analytical, and conceptual approaches. The findings indicate that early marriage persists due to societal support and the regulation of marriage age limits under Article 7 of Law No. 16 of 2019, which sets the minimum age for marriage at 19 years for both males and females. In contrast, Thailand sets the minimum age at 17 years for both sexes, reflecting a more egalitarian approach. Despite the age differences, both countries share similarities in technical-administrative procedures. Marriages below the specified age require written permission from the authorities, aimed at providing legal protection and ensuring the readiness of those marrying. These minimum age variations reflect cultural, social, and legal factors in each country, while procedural similarities demonstrate collaborative efforts in regulating early marriages.
The Relevance of Interpretation, Argumentation, and Exposition Methods in Contemporary Legal Practice Ilham Pratama, Muhammad; Wahyu Sururie, Ramdani; Nur Muslimah, Adilla; Yudha Pratama, Brilyan
Jurisprudensi: Jurnal Ilmu Syariah, Perundang-Undangan dan Ekonomi Islam Vol 17 No 2 (2025): Jurisprudensi: Jurnal Ilmu Syariah, Perundang-Undangan dan Ekonomi Islam
Publisher : State of Islamic Institute Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/jurisprudensi.v17i2.10440

Abstract

Ideally, in legal practice, the application of the methods of interpretation, argumentation, and exposition should create justice and legal certainty. However, in reality, these three methods are often applied inconsistently in various court rulings. This research aims to analyze the relevance of applying the methods of interpretation, argumentation, and exposition in contemporary legal practice in Indonesia. The methodology used is normative legal research with a qualitative approach and phenomenological study, analyzing relevant court decisions. The research findings indicate that although these three methods play an important role in upholding justice, their application remains varied, with some cases showing inconsistencies in the proper use of interpretive methods, resulting in legal uncertainty.
Dimensi Restitusi dan Penemuan Hukum dalam Kasus DNA PRO: Studi Atas Putusan Nomor 3/PID.RES/2023/PN Bandung Sofari Hafid, Nu'man; Rusmana, Dian; Rahfiansyah Lubis, Alvan; Wahyu Sururie, Ramdani
Jurnal Pendidikan Indonesia Vol. 6 No. 1 (2025): Jurnal Pendidikan Indonesia
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/japendi.v6i1.7368

Abstract

Artikel ini membahas dimensi restitusi dan penemuan hukum dalam kasus DNA Pro, berdasarkan analisis Putusan Nomor 03/Pid.Res/2023/PN Bandung. Kasus ini menyoroti tantangan korban tindak pidana dalam memperoleh restitusi yang adil, terutama dalam konteks sistem hukum Indonesia yang belum sepenuhnya mengakomodasi hak-hak korban. DNA Pro, yang beroperasi dengan skema piramida, menyebabkan kerugian finansial besar bagi lebih dari 3.000 korban, dengan total kerugian mencapai 551 miliar rupiah. Proses hukum kasus ini mengungkap adanya ambiguitas dalam peraturan restitusi, yang menyebabkan pengadilan dan LPSK saling melempar tanggung jawab. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan analisis deskriptif untuk mengevaluasi kelemahan regulasi dan implementasi hukum yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem restitusi di Indonesia masih didominasi mekanisme lama seperti KUHAP, dengan kurangnya harmonisasi antara peraturan baru dan praktik di lapangan. Selain itu, kurangnya pemahaman hakim terhadap bukti yang diajukan korban memperburuk situasi. Penemuan hukum dianggap penting dalam kasus ini, tetapi praktiknya menghadapi banyak kendala karena kelemahan interpretasi hukum. Penelitian ini merekomendasikan reformasi regulasi yang mengintegrasikan mekanisme restitusi dengan sistem peradilan pidana secara lebih jelas, serta pelatihan bagi aparat penegak hukum. Hal ini penting untuk memastikan akses yang lebih baik bagi korban terhadap keadilan, tanpa menghadapi hambatan prosedural dan kelembagaan