Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISIS PERBANDINGAN PENGUKURAN JARAK MENGGUNAKAN THEODOLITE DAN WATERPASS PADA MEDAN MIRING (SLOPE) DI AKMIL Aditiawan Wisnu Susilo Putra; Luluk Kristanto; Anung Nugroho; Nur Asnah; Arifianto
JURNAL TEKNIK SIPIL PERTAHANAN Vol. 11 No. 1 (2024): JANUARI 2024
Publisher : PPM Sdirjianbang Akademi Militer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63824/jptsp.v11i1.155

Abstract

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi satuan Zeni dan Topografi TNI AD di lapangan khususnya dalam mendukung penyelesaian tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP) seperti pemetaan lahan, salah satunya diperlukan metode pengukuran efisien dengan kapasitas alat sesuai kondisi lapangan penugasan. Lokasi penelitian terletak di Area Gedung M. Lily Rochly Akmil menggunakan referensi pengujian metode Waterpassing yang dilakukan pada ring 1-2-3 dengan titik pangkal BM dan ujung titik pangkal yang sama. Ketelitian perhitungan dilakukan dengan perataan kuadrat terkecil untuk mendapatkan standar deviasi alat Theodolite KT 440LR Series dan Waterpass Topcon B2. Hasil pengukuran jarak vertikal (beda tinggi) dari Waterpass memiliki ketelitian lebih baik daripada Theodolite, dimana kesalahan penutup tinggi Waterpass yakni 4 mm (ring 1), 9 mm (ring 2) dan 10 mm (ring 3). Sementara pada Theodolite yakni 7 mm (ring 1), 11 mm (ring 2) dan 14 mm (ring 3). Pada Waterpass standard deviasi adalah 0,02 mm, sedangkan standard deviasi pada Theodolite yakni 0,03 mm. Waktu pengukuran Theodolite terbukti lebih efisien dibandingkan dengan Waterpass, dimana waktu pengukurannya 1/3 kali lebih pendek dari waktu pengukuran alat Waterpass.
ANALISIS MITIGASI BENCANA ALAM DENGAN PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI MAGELANG Sujatmiko; Aditiawan Wisnu Susilo Putra; Jan Tarigan
JURNAL TEKNIK SIPIL PERTAHANAN Vol. 11 No. 2 (2024): JULI 2024
Publisher : PPM Sdirjianbang Akademi Militer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63824/jptsp.v11i2.206

Abstract

Secara geografis Magelang terletak antara 110001’51” dan 110026’58” Bujur Timur dan antara 7019’13” dan 7042’16” Lintang Selatan. Secara administratif, terbagi ke dalam 13 Kecamatan. Topografi Karisidenan Kedu secara umum merupakan dataran tinggi yang berbentuk basin (cekungan). Diapit oleh gunung Merbabu, Merapi, Andong, Telomoyo, Sumbing dan Pegunungan Menoreh,dengan dua sungai besar yang mengalir ditengahnya yaitu sungai Progodan dan sungai Elo. Tersusun dari formasi batuan Andesit tua dengan jenis tanah Aluvial, Regosol dan Latosol. Tingkat kemiringan lereng yang cukup curam dan dengan kondisi jenis tanah yang ada di Magelang dapat memicu kerentanan bencana alam. Tingkat curah hujan yang cukup tinggi dapat memicu bencana tanah longsor didaerah pegunungan dan lereng gunung, sedangkan di daerah yang lebih rendah terjadi bencana banjir. Oleh karena itu, berangkat dari factor internal dan eksternal tersebut maka diperlukan analisis mitigasi bencana geologi dengan pendekatan SIG dalam meminimalisir korban harta dan jiwa.
KARAKTERISTIK BETON TULANGAN ANYAMAN BAMBU PETUNG TERHADAP LEDAKAN TNT Aditiawan Wisnu Susilo Putra; Muhammad Al Faroqi; Suprapto Siswosukarto
JURNAL TEKNIK SIPIL PERTAHANAN Vol. 11 No. 2 (2024): JULI 2024
Publisher : PPM Sdirjianbang Akademi Militer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63824/jptsp.v11i2.210

Abstract

Beton merupakan salah satu pilihan sebagai bahan struktur dalam konstruksi bangunan karena relatif mudah di bentuk dibandingkan dengan baja. Selain itu, beton dapat di aplikasikan dengan berbagai macam bahan tambahan. Pemanfaatan bahan alternatif selain tulangan baja ialah bambu, karena bambu adalah tanaman yang banyak tumbuh subur di kawasan Indonesia. Fungsi dari bahan alternatif ini adalah untuk mengganti bahan yang sulit di dapat dan mampu menggantikan disaat keadaan terdesak maupun untuk mengubah sifat-sifat beton agar menjadi cocok untuk pekerjaan tertentu, atau ekonomis, atau tujuan lain sebagai penghemat energi terutama pada bidang militer. Penelitian ini dilakukan dengan menguji beton yang menggunakan tulangan bambu, dengan jarak antar tulangan 15 cm dan 10 cm dengan benda uji pembanding yaitu beton tanpa tulangan atau beton normal. Untuk mengetahui hasil pengujian beton yang memiliki dampak terkecil dari ledakan TNT, pengujian dilakukan dengan cara meledakan variasi benda uji beton dengan TNT 450 gr. Berdasarkan pengujian tersebut didapatkan hasil bahwa, dengan jarak antar tulangan didapatkan jarak 10 cm yang memiliki dampak paling ringan dibandingkan dengan benda uji lain, dimana benda uji dengan jarak tulangan 10 cm memiliki skala kerusakan retak dari kecil hingga sedang. berbeda dengan tulangan dengan jarak 15 cm yang mengalami dampak kerusakan retak hingga hancur dengan skala sedang hingga besar