Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Stress in Angkola Batak Language: An Acoustic Phonetic Approach Tengku, Syarfina; Hasibuan, Alika Sandra; Sinaga, Lusiana
Linguistik Terjemahan Sastra (LINGTERSA) Vol. 4 No. 2 (2023): Linguistik Terjemahan Sastra (LINGTERSA)
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/lingtersa.v4i2.13451

Abstract

The purpose of this study was to analyze the prosody of stress in declarative utterances of the Angkola Batak language using an acoustic phonetic approach. This research used an experimental phonetic approach, namely by performing manipulations aimed at determining the effects of manipulation on the observed behavior of individuals (Latipun, 2002). Experimental measurements of speech sounds were carried out using spectrum analysis using a computer. The recordings used came from a Sony ICD-PX 470 recorder in WAV format, and Praat software version 6.0.54 was used to analyze suprasegmental or prosodic features. The suprasegmental or prosodic features analyzed include pitch, intensity, and duration of speech. The results of this study showed that the stress position of declarative utterances in the Angkola Batak language was located at the beginning of the word or the first syllable. Like the word mangan, which consisted of two syllables, namely the words ma and ngan, the emphasis occured at the beginning of the word or the first syllable, namely ma with a frequency of 175.9 Hz, a duration of 0.582 seconds and an intensity of 73.99 decibels. Then the word utte which consisted of two syllables, namely the words ut and te, the emphasis occured at the beginning of the word or the first syllable, namely ut with a frequency of 323.6 Hz, a duration of 0.167 seconds and an intensity of 65.4 decibels. In addition, with the same findings in words consisting of three syllables, such as the word mamasu, which consisted of three syllables, namely the words ma, ma and su, the emphasis occured in the first syllable, namely ma with a frequency of 200.3 Hz, a duration of 0.198 seconds and an intensity of 72.65 decibels. The stress on the first syllable in declarative sentences was based on the high frequency value produced by Angkola Batak native speakers.
Mengupas Politik Lewat Animasi Pak Tani & Mawar Kecil, serta Rahasia di Baliknya Mahriyuni, Mahriyuni; Tausya, Resi Syahrani; Hasibuan, Alika Sandra; T.Syarfina, T.Syarfina; Pramuniati, Isda
Bahasa: Jurnal Keilmuan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 6, No 1 (2024): Bahasa: Jurnal Keilmuan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : ppjbsip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/bahasa.v6i1.937

Abstract

This research aims to describe the meaning of connotation, denotation, and political myth through the animation "Pak Tani & Mawar Kecil". This research uses a qualitative approach to analyze the meaning of connotation, denotation and political myth in the animation "Pak Tani & Mawar Kecil". Data was collected from the animation video, as well as additional information from literature and internet studies. Data analysis was conducted using descriptive techniques and Roland Barthes' semiotic analysis method. The results showed that the connotation meaning in the animated film "Pak Tani and Mawar Kecil" refers to the interpretation of symbols and narratives in an animated film that creates political meaning. Denotatively, the images depict physical scenes such as roses, farmers, buffaloes, and others. Then, connotatively, the symbols are associated with certain political parties and political dynamics in Indonesia. Furthermore, the ideology that can be concluded based on the myths in the animation is that each scene creates a political metaphor, such as a rose symbolizing the PSI Party, a buffalo stepping on a rose as a representation of the PDIP Party, and an eagle grabbing a rose as a symbol of the Gerindra Party.There is complexity in the interpretation of these symbols, creating a political narrative related to struggle, competition, and dedication in the Indonesian political arena. The conclusion of this research is that the animation "Pak Tani & Mawar Kecil" contains political messages conveyed through the use of symbols enriched with political connotations.  AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna konotasi, denotasi, dan mitos politik lewat animasi “Pak Tani & Mawar Kecil”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menganalisis makna konotasi, denotasi dan mitos politik dalam animasi "Pak Tani & Mawar Kecil". Data dikumpulkan dari video animasi tersebut, serta informasi tambahan dari studi pustaka dan internet. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif dan metode analisis semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna konotasi pada dalam film animasi “Pak Tani dan Mawar Kecil” tersebut mengacu pada interpretasi simbol-simbol dan narasi dalam sebuah film animasi yang menciptakan makna politik. Sedangkan secara denotatif, gambar-gambar tersebut menggambarkan adegan fisik seperti bunga mawar, petani, kerbau, dan lainnya. Kemudian, secara konotatif, simbol-simbol tersebut dihubungkan dengan partai politik tertentu dan dinamika politik di Indonesia. Selanjutnya, ideologi yang dapat disimpulkan berdasarkan mitos yang ada dalam animasi tersebut adalah setiap adegannya menciptakan metafora politik, seperti bunga mawar yang melambangkan Partai PSI, kerbau yang menginjak mawar sebagai representasi Partai PDIP, dan elang yang menyambar mawar sebagai simbol Partai Gerindra.Terdapat kompleksitas dalam penafsiran simbol-simbol tersebut, menciptakan narasi politik yang terkait dengan perjuangan, persaingan, dan dedikasi dalam arena politik Indonesia. Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa animasi "Pak Tani & Mawar Kecil" mengandung pesan politik yang disampaikan melalui penggunaan simbol-simbol yang diperkaya dengan konotasi politik.
INTERJEKSI EMOTIF “WI BAYA” DALAM BAHASA BATAK ANGKOLA Hasibuan, Alika Sandra; Tausya, Resi Syahrani; Mulyadi
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Vol. 13 No. 3 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbsi.v13i3.67948

Abstract

Studi ini bertujuan untuk menganalisis bentuk dan makna interjeksi emotif “Wi baya!” dalam bahasa Batak Angkola. Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian diperoleh melalui pengamatan narasumber yang menggunakan bahasa Batak Angkola dalam percakapan sehari-hari, dengan fokus pada penemuan interjeksi “Wi baya!”. Selain itu, data intuitif juga digunakan oleh peneliti sebagai penutur asli bahasa Angkola. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tujuh makna dari interjeksi “Wi baya!”, yaitu keterkejutan, simpati, rasa sakit, kekesalan, kekecewaan, pujian, dan terima kasih. Makna-makna tersebut mengekspresikan dua unsur perasaan, yaitu perasaan positif dan negatif tergantung pada konteksnya. Perasaan positif meliputi keterkejutan, simpati, pujian, dan terima kasih, sedangkan perasaan negatif meliputi rasa sakit, kekesalan, dan kekecewaan
Kategorisasi semantik interjeksi dalam bahasa Batak Angkola Hasibuan, Alika Sandra; Mulyadi, Mulyadi; Widayati, Dwi
Jurnal Genre (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Vol. 6 No. 2 (2024): JURNAL GENRE: (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26555/jg.v6i2.10452

Abstract

The aim of this study was to describe the categorization of interjections in the Angkola Batak language. The Metalanguage Penelitian ini bertujuan untuk mengkategorisasikan interjeksi dalam bahasa Batak Angkola. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Metabahasa Semantik Alami (MSA). Metode pengumpulan data  yang digunakan adalah metode cakap dan metode simak. Metode analisis data yang digunakan adalah metode padan dan agih. Hasil penelitian disajikan dengan metode formal dan informal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis interjeksi dalam bahasa Batak Angkola yaitu kognitif, volitif dan emotif yang direalisasikan atas (14 jenis) komponen semantis interjeksi dalam bahasa Batak Angkola. Kategori kognitif membagi interjeksi menjadi(5 kategori), kategori volitif membagi interjeksi menjadi (5 kategori) dan kategori emotif membagi interjeksi menjadi (4 kategori). Interjeksi dalam bahasa Batak Angkola dapat menduduki dua kategori sekaligus, tetapi dengan konteks dan makna yang berbeda.