Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Influence temperature to Flavonoid stability of palm sugar ( Arenga pinnata Merr .) as antioxidant: english Hadi, Samsul; Aulia Ramadani, Rizka; Rahmadina, Nazwa; Qadry Sukmana, M. Laily; Nastiti, Kunti
Journal of Midwifery and Nursing Vol. 6 No. 2 (2024): May: Health Science
Publisher : Institute Of Computer Science (IOCS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35335/jmn.v6i2.4950

Abstract

Palm sugar is the resulting liquid from flower tree sugar palm (Arenga pinnata Merr . ) through a thickening process . One of Content main are Flavonoids as antioxidant . Research purposes This is set flavonoid levels in various type temperature making brown sugar . Method used in study This is AlCl3 that is formation complex color on difference temperature in making palm sugar . Temperature used in study This is 55; 65; 75; 85; 100 0 C. Materials used is roomie palm oil , methanol , AlCl 3 , potassium acetate and equipment used is spectrophotometer. Accuracy results Flavonoid levels in sugar processing at a temperature of 55 0 C were obtained flavonoid content 1.72 ± 0.013; at a temperature of 65 0 C is 2.46 ± 0.023; at 75 0 C 1.32 ± 0.031; at a temperature of 85 0 C 1.18 ± 0.012; at 100 0 C 0.88 ± 0.012 mg QE/g sugar. Research conclusions This based on determination flavonoid levels in the process of making brown sugar, then along with increase temperature can make sugar lower Flavonoid levels in brown sugar
Alternatif Pewarnaan Benang Tenun Menggunakan Daun Tudung Laut (Aegiceras corniculatum) Hadi, Samsul; Ramadani, Rizka aulia; Rahmadina, nazwa; Nastiti, Kunti
Jurnal Farmasi SYIFA Vol 2 No 1 (2024): Jurnal Farmasi SYIFA
Publisher : CV. Wadah Publikasi Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63004/jfs.v2i1.378

Abstract

Tudung laut mengandung zat warna yang dapat digunakan sebagai sumber bahan pewarna yang dapat diekstraksi dengan metode ekstraksi padat-cair, dengan menggunakan air sebagai pelarut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu ekstraksi dengan warna yang dihasilkan. Metode yang digunakan secara experimental yaitu penyiapan bahan baku, tahap ekstraksi dan penguapan, dan tahapan warna. Variabel yang digunakan adalah suhu 25°C, 50°C, 75°C dan 100°C serta waktu ekstraksi 1,5; 2.5; 3,5 dan 4,5 jam, ukuran serbuk 40 mesh. Perbandingan pelarut dengan air adalah 1:10. Untuk membentuk bubuk pewarna, larutan hasil ekstraksi dikeringkan dalam oven pada suhu 105˚°C selama 3 jam. Kadar zat warna maksimum diperoleh pada kondisi proses dengan suhu ekstraksi 100°C dan waktu ekstraksi 4 jam yaitu 1,85 gram. Warna yang dihasilkan adalah hijau muda-hijau tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu ekstraksi berpengaruh terhadap peningkatan zat warna yang dihasilkan. Simpulan pewarna terbanyak diperoleh pada suhu 100°C dengan waktu ekstraksi 4 jam pada mesh 30 dengan berat endapan zat warna 1,85 gram.
Pemberdayaan Desa Manurung Sebagai Sentra Tenun Kaliman Selatan menggunakan ATBM Hadi, Samsul; Setiawan, Deni; Ramadani, Rizka Aulia; Rahmadina, Nazwa; Febriani, Noor Rahmi; Khadijah, Nor; Sukma, M. Laily Qadry; Yusri, Yusri
Indonesia Berdaya Vol 5, No 4 (2024)
Publisher : UKInstitute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/ib.2024946

Abstract

Tenun merupakan karya manusia bernilai estetika dan memuat simbol dengan berbagai makna yang dituangkan ke dalam bentuk helaian kain berbahan dasar benang, dibuat dengan proses yang lama melalui cara menyatukan benang pakan melintang secara berulang-ulang. Salah satu sentra desa tenun di Kalimantan Selatan adalah Desa Manurung. Tehnik tenun yang dilakukan di Desa ini menggunakan tehnik gedog. Salah satu kelemahan tehnik gedog yaitu untuk memproduksi 1 kain dengan ukuran 2 meter diperlukan waktu satu bulan. Sehingga diperlukan tehnik lain untuk mempercepat produksi kain tenun. Salah satu tehnik tenun yang sederhana adalah menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin.  Metode pengabdian yang dilakukan dimulai dengan Identifikasi Kebutuhan dan Potensi Masyarakat; Perencanaan Program Pelatihan ATBM; Pelaksanaan Pelatihan; Pelatihan Managerial. Hasil dari kegiatan ini adalah ketertarikan generasi muda berjumlah dua belas orang untuk mempelajari menenun menggunakan ATBM, dari dua belas orang yang terampil menggunakan ATBM lima orang, sehingga di Desa manurung yang terampil menggunakan ATBM delapan orang. Berdasarkan pelatihan managerial terdata aset Mitra 1 sebesar Rp 159.500.000,- dan Mitra II sebesar Rp 15.900.000,-. Kesimpulan Kegiatan Pengabdian berupa pelatihan penggunaan Alat Tenun Bukan Mesin dan managerial terhadap Mitra 1 dan Mitra 2 dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mitra dalam hal tehnik menenun dan managerial dapat menjadi peluang pekerjaanAbstract. Tenun is a human work that has aesthetic value and contains symbols with various meanings that are poured into the form of strands of cloth made from yarn, made with a long process by repeatedly uniting the weft threads across. One of the centers of weaving villages in South Kalimantan is Manurung Village. The Tenun technique used in this village uses the gedog technique. One of the weaknesses of the gedog technique is that it takes one month to produce 1 cloth measuring 2 meters. So other techniques are needed to speed up the production of woven fabrics. One of the simple Tenun techniques is using Alat Tenun Bukan Mesin. The community service method used begins with Identifying Community Needs and Potential; ATBM Training Program Planning; Training Implementation; Managerial Training. The result of this activity is the interest of the young generation totaling twelve people to learn to weave using ATBM, of the twelve people who are skilled at using ATBM five people, so that in Manurung Village eight people are skilled at using ATBM. Based on the managerial training, the assets of Partner 1 were recorded at IDR 159,500,000 and Partner II at IDR 15,900,000. Conclusion Community Service Activities in the form of training on the use of Alat Tenun Bukan Mesin and managerial for Partners 1 and 2 can improve the knowledge and skills of partners in terms of tenun techniques and managerial can be a job opportunity
Pengolahan Limbah Organik Menggunakan Maggot Black Soldier Fly di Pokmas Landasan Ulin Tengah, Landasan Ulin Hadi, Samsul; Rahmadina, Nazwa; Ramadani, Rizka Aulia; Nastiti, Kunti
Kayuh Baimbai: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1 No 2 (2024): Mei : Kayuh Baimbai : Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69959/kbjpm.v1i2.35

Abstract

Waste management in Indonesia faces big challenges with thousands of tons of waste produced every day, including the condition of the Central Ulin Landscaping, the waste ends up in landfill without processing, causing environmental problems such as ground air pollution, methane emissions and the spread of disease. To overcome this, processing organic waste with Black Soldier Fly (BSF) maggots is an innovative and effective solution. BSF maggots can decompose organic waste quickly, produce quality compost and animal feed, while opeing up new economic opportunities for the community. The method used begins with preparation and planning, outreach and education, technical training, implementation and mentoring, market development and marketing, impact measurement and reporting. There was a reduction in the volume of organic waste by up to 60% within three months of implementing the program. The waste is processed into compost and animal feed. Produces around 200 kg of high quality compost per week which is used by local farmers and sold to local markets. The community produces around 50 kg of maggots per week as animal feed, thereby reducing dependence on commercial feed. People get additional income of IDR 500,000 to IDR 1,000,000 per month. This waste program increases public awareness about sustainable waste management through education and training, changing behavior in managing household waste. BSF Maggot is very effective in decomposing organic waste more quickly and efficiently than traditional composting methods. Changing people's behavior in separating organic waste from inorganic waste requires intensive education and outreach. In conclusion, the community service program carried out was able to overcome the problem of organic waste and provide significant economic and environmental benefits.
Potensi Madu Kelulut (Heterotrigona Itama) Sebagai Inhibitor IL6 Dengan pendekatan In Silico Samsul Hadi; Rahmadina, Nazwa; Ramadani, Rizka
JFARM - Jurnal Farmasi Vol. 2 No. 1 (2024)
Publisher : Yayasan Rahmatan Fiddunya Wal Akhirah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58794/jfarm.v2i1.628

Abstract

Inflamasi merupakan kondisi peradangan yang disertai rasa sakit dan demam. Pada umumnya obat antiinflamasi bekerja dengan inhibitor enzim siklooksigenase dan phospholipase A2 yang berperan dalam mensintesis mediator inflamasi seperti prostaglandin dan tromboksan. Berbagai penelitian dikembangkan untuk mencari agen terapi yang lebih efektif dan memiliki resiko yang lebih rendah baik gejala peradangan akut ataupun konsekuensi jangka panjang dari penyakit radang kronis. Salah satu pendekatan yang dilakuan adalah mengembangkan inhibitor IL6. Metode yang dilakukan adalah screening senyawa aktif menggunakan in silico. Software docking yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah PLANTS dan visualisasi interaksi menggunakan discovery studio, bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah senyawa yang terkandung dalam madu kelulut (Heterotrigona itama) dan protein IL6 dengan kode 5FUC. Hasil dari penelitian ini adalah skor docking bernilai negative dibawah - 40, sehingga reaksi yang terjadi antara ligand dan protein akan berjalan spontan yaitu Ferulic acid: -45.783; p-Coumaric acid: -51.803; trans-Cinnamic acid: -75.999; Salicylic acid: -60.056. Kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan senyawa dengan nilai skor terendah yaitu trans-Cinnamic acid.
Processing Of Liquid Waste From Dyeing Woven Yarns Using Activated Charcoal Ramadani, Rizka Aulia; Rahmadina, Nazwa; Samsul Hadi
JFARM - Jurnal Farmasi Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : Yayasan Rahmatan Fiddunya Wal Akhirah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58794/jfarm.v2i2.681

Abstract

Textile liquid waste containing various chemicals and pollutants is a serious problem because it is difficult to achieve waste water quality standards in accordance with Minister of Health Regulation No. 416/1990. This research uses a literature review method to analyze various studies related to the use of activated charcoal in treating industrial liquid waste. Activated charcoal, with a carbon composition of 85-95%, is known to have high adsorption capabilities thanks to its porosity which can reach hundreds to thousands of square meters per gram. The process of making activated charcoal involves carbonization and activation of carbon materials at high temperatures. The method used was a review of articles between 2015 and 2023. The research results showed that activated charcoal was effective in reducing Chemical Oxygen Demand (COD) by up to 98.74%, which indicates a significant reduction in pollutant content. The adsorption process, which is an exothermic reaction, occurs more efficiently at low temperatures and increases with the length of contact time between activated charcoal and liquid waste. Conclusion: Textile industry liquid waste and variations in activated charcoal dosage and shaking time provide concrete data on the efficiency of activated charcoal in dealing with water pollution, offering a sustainable solution for industrial liquid waste management.
Use Of Natural Dyes From Plants In Coloring Woven Yarns Rahmadina, Nazwa; Ramadani, Rizka Aulia; Samsul Hadi
JFARM - Jurnal Farmasi Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : Yayasan Rahmatan Fiddunya Wal Akhirah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58794/jfarm.v2i2.682

Abstract

The use of natural dyes as an environmentally friendly alternative to reduce the use of synthetic dyes which have a negative impact on the environment. Natural dyes can be obtained from various natural sources such as plants, animal waste, and minerals, with plants being the most common source. Plant pigments such as anthocyanins, tannins, flavonoids, and chlorophyll provide a variety of colors that can be used for coloring. The natural dyeing process involves four stages: making the dye solution, fabric preparation, dyeing, and fixation. Testing the quality of natural dyes includes color visualization tests, color aging, color differences and fastness to washing. The methodology for writing this article is a literature study, reviewing various related research from 2013 to 2023. The results show that several plants such as Tarum, Coconut, Secang, Noni, Turmeric, and Shallots can produce colors such as dark blue, brownish cream, red , yellow, and brownish orange on fabric. In conclusion, natural dyes not only support environmental sustainability but also offer a safe and low-cost coloring alternative, although there are challenges in the manufacturing and application process of these natural dyes.
Prediksi Toksisitas Ginjal Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl.) Dengan Metode In Silico Samsul Hadi; Setiawan, Deni; Rahmadina, Nazwa; Ramadani, Rizka Aulia; Nastiti, Kunti
JFARM - Jurnal Farmasi Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : Yayasan Rahmatan Fiddunya Wal Akhirah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58794/jfarm.v2i2.1022

Abstract

Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) dikenal sebagai bahan baku pembuatan dalam herbal. Dengan manfaat yang begitu luas, diperlukan penelitian mengenai toksisitas P. retrofractum khususnya terhadap ginjal. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan skrining senyawa kimia dari P. retrofractum yang berpotenssi menyebabkan gangguan ginjal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan docking PLANTS dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh darai knapsackfamily. Hasil dari penelitian ini diperoleh skore docking masing masing ligand sebagai berikut (+)-Sesamin (-83.8785); L-Sesamin (-85.9199); Guineensine (-104.444); Pipercide (-95.8947); Retrofractamide A (-92.7619); Methyl piperate (-75.2266); 3, 4, 5-Trimethoxy dihydrocinnamic acid (-43.388).  Kesimpulan penelitian ini adalah senyawa yang berpotensi dari P.retrofractum yang berpotensi menyebabkan gangguan ginjal adalah Guineensine.