Helmiyatinnisa, Helmiyatinnisa
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Konsep Fisika Pada Teknologi Hasil Pertanian Wahyuni, Nur; Helmiyatinnisa, Helmiyatinnisa; Sudarti, Sudarti; Mahmudi, Kendid
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 11 No 11.A (2025): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penerapan konsep fisika dalam teknologi pertanian seperti pada mesin pengering hasil pertanian (grain dryer) dan alat pemisah biji-bijian (grain separator), menunjukkan betapa pentingnya pemahaman prinsip-prinsip fisika dalam mengembangkan teknologi pertanian. Proses pengeringan hasil pertanian bergantung pada prinsip perpindahan panas melalui konduksi dan konveksi, di mana udara panas membantu menguapkan kelembaban dari bahan, sehingga proses pengeringan bisa berlangsung dengan efisien dan hemat energi. Konduksi terjadi saat panas mengalir dari permukaan logam pemanas ke bahan pertanian yang bersentuhan langsung, sementara konveksi terjadi ketika udara panas bersirkulasi dan membawa uap air keluar dari bahan. Sementara itu, pada alat pemisah biji-bijian, konsep fluida dinamik dan mekanika digunakan, dengan memanfaatkan perbedaan massa jenis dan gaya sentrifugal untuk memisahkan biji dengan lebih efektif. Gaya sentrifugal bekerja saat biji-bijian diputar dalam wadah berputar, sehingga biji yang lebih berat terdorong ke tepi, sedangkan yang lebih ringan tertahan di bagian dalam. Selain itu, hukum kekekalan energi juga terlibat dalam proses perubahan energi listrik menjadi energi panas atau gerak. Oleh karena itu, pemahaman mengenai hukum kekekalan energi, perpindahan panas (konduksi dan konveksi), dan mekanika fluida sangat penting untuk meningkatkan efisiensi, kualitas, dan hasil pertanian.
Kontribusi Teknologi Terhadap Etika Sains Helmiyatinnisa, Helmiyatinnisa; Syabani, Kallinda Bunga; Laili, Nurul Maghfirotul; Ernasari, Ernasari; Mahardika, I Ketut; Handoko, Sri
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 10 No 11 (2024): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.12593375

Abstract

Era globalisasi dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini digambarkan seperti pedang bermata dua. Di satu sisi teknologi memberikan kemudahan dan percepatan, sehingga pekerjaan manusia menjadi lebih efektif dan efisien. Di sisi lain, iklim keterbukaan di era global dan kecanggihan teknologi telah menggeser nilai-nilai budaya lokal dan mendorongnya ke arah degradasi moral seperti yang kita lihat dalam kehidupan nyata akhir-akhir ini. Sedangkan sains (Fisika, Biologi, Kimia) dengan sifat keilmuannya berkaitan erat dengan kehidupan, fenomena alam semesta, serta hakikat pembelajaran yang mengutamakan 4 ranah: sikap, proses, produk, dan teknologi sebagai bentuk penerapan ilmu, keberadaannya. sangatlah penting khususnya untuk mengembangkan nilai-nilai sikap ilmiah seperti: kejujuran, keuletan, tanggung jawab, disiplin, rasa ingin tahu, dan lain-lain sebagaimana sikap yang dimiliki oleh seorang ilmuwan (scientist). Pengintegrasian nilai-nilai etika dalam pembelajaran IPA merupakan solusi alternatif yang strategis untuk mengatasi degradasi moral di masyarakat dan di lingkungan pendidikan masyarakat. Pengintegrasian nilai-nilai karakter pada jenjang pendidikan formal dapat dimulai dalam pembelajaran intrakurikuler di tingkat kelas atau dalam kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan sekolah, pendidikan keluarga (pendidikan informal), dan pendidikan di lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal). Pengintegrasian karakter dalam pembelajaran IPA sejalan dengan pendekatan saintifik yang diamanatkan dalam Kurikulum 2013 yang mencakup 5 hal: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Keberhasilan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA tidak terlepas dari peran guru IPA sebagai faktor kuncinya. Untuk menghadapi tantangan “siswa masa kini” dengan segala karakteristiknya, guru harus beradaptasi menjadi “guru sains modern” dengan segala konsekuensinya terutama dalam hal paradigma pengajaran antara lain: penentuan metode, media, penilaian, sumber bahan ajar, dan lain-lain.