Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

DERADIKALISAI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF SAYYID MUHAMMAD ALAWI AL MALIKI Azhari, Ainul; Jalil, Dul
FIKRAH Vol 8 No 1 (2024): JUNI
Publisher : Ibn Khaldun University, Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/fikrah.v8i1.20605

Abstract

Deradikalisai itu sangat penting terutama melalui pendidikan agama Islam dengan menanamkan nilai-nilai toleransi dalam berinteraksi terhadap orang lain, sehingga tidak terjadi lagi kekerasan yang mengatasnamakan agama yang dilakukan oleh para peserta didik. Maka, gerakan deradikalisasi harus dilakukan sedini mungkin terkhusus dalam dunia pendidikan ini dengan cara menata kembali Pendidikan Islam yang lebih mengedepankan sikap toleran dan humanis. Berikutnya, untuk melaksanakan deradikalisasi melalui pendidikan Islam ini dapat merujuk kepada metode dan prinsip pendidikan Islam Rasulullah Saw berdasarkan perspektif Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analitis. Data yang dikumpulkan melalui observasi, interview dan dokumentasi. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu berupa studi pustaka (library search) dan teknik analisis datanya menggunakan content analysis, karena penelitian ini bertumpu pada teks dan bertujuan untuk memberikan deskripsi hasil penelitiannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat semangat untuk mewujudkan deradikalisai pendidikan Islam ini yang dapat dilaksanakan berdasarkan metode yang disampaikan oleh Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki yang tertulis dalam kitabnya “Ushulut Tarbiyah An Nabawiyah”, sehingga dapat menciptakan pendidikan Islam yang humanis, inklusif dan multikultural. Melalui metode pendekatan perumpamaan dan metode kisah dan cerita ini dapat memperlihatkan pendidikan Islam yang humanis. Pendidikan Islam yang inklusif dari metode pendidikan Nabi Saw ini terlihat dari metode memotivasi bertanya dan metode tes dan melempar pertanyaan serta metode gradual. Dan pendidikan multikultural ini dapat terlihat pada metode mengenali kapasitas dan dialek audiens. Adapun metode pendidikan Nabi Saw secara lengkapnya adalah metode memotivasi bertanya, metode tes dan melempar pertanyaan, metode penyegaran, metode mengenali kapasitas dan dialek audiens, metode mengalihkan realitas indrawi kepada realitas kejiwaan, metode peragaan, metode ungkapan dengan bahasa kiasan, metode gradual, metode mengapresiasi pertanyaan, metode mendekatkan realitas abstrak dalam bentuk konkret, metode memperkuat pendapat dengan argumen, metode mengarahkan kepada pemikiran yang bernilai tinggi, metode kisah dan cerita, dan metode pendekatan dan perumpamaan.
DILEMA HUKUM : DAMPAK KONTRADIKSI ANTARA DISPENSASI NIKAH DAN PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA Jalil, Dul
YUSTISI Vol 12 No 2 (2025)
Publisher : Universitas Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/yustisi.v12i2.19845

Abstract

Artikel ini membahas dilema hukum yang muncul akibat kontradiksi antara Undang-Undang No 16 Tahun 2019 tentang dispensasi nikah dan Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak. Meskipun tujuan kedua undang-undang ini seharusnya sejalan, dalam praktiknya terdapat ketidaksesuaian yang berpotensi merugikan anak. Dispensasi nikah memberikan keleluasaan bagi pasangan yang ingin menikah di bawah umur, sementara undang-undang perlindungan anak menekankan pada perlindungan terhadap anak dari praktik-praktik yang berisiko, termasuk pernikahan dini. Penelitian ini menganalisis dampak sosial, psikologis, dan hukum dari konflik ini, serta implikasinya bagi kebijakan perlindungan anak di Indonesia. Melalui pendekatan kualitatif, artikel ini menyajikan wawasan tentang perlunya revisi dan harmonisasi regulasi demi memastikan perlindungan hak anak yang lebih efektif dalam konteks pernikahan. Jenis penelitian ini yaitu kualitatif lapangan, Hukum positif, Psikologi dan sosiologi. Penelitian ini untuk memahami bagaimana ketimpangan dalam penerapan kebijakan ini terjadi dan bagaimana dampaknya terhadap perlindungan anak di Indonesia. Secara umum, dampak dispensasi perkawinan terhadap remaja cukup signifikan dan kompleks. Untuk menangani masalah ini, diperlukan pendekatan yang menyeluruh, meliputi peningkatan akses dan kualitas pendidikan, program pemberdayaan ekonomi, serta penegakan hukum yang lebih tegas terkait usia minimum pernikahan. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan anak-anak dapat memperoleh peluang yang lebih baik untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara sosiologis maupun psikologis.
DILEMA HUKUM : DAMPAK KONTRADIKSI ANTARA DISPENSASI NIKAH DAN PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA Jalil, Dul
YUSTISI Vol 12 No 2 (2025)
Publisher : Universitas Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/yustisi.v12i2.19845

Abstract

Artikel ini membahas dilema hukum yang muncul akibat kontradiksi antara Undang-Undang No 16 Tahun 2019 tentang dispensasi nikah dan Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak. Meskipun tujuan kedua undang-undang ini seharusnya sejalan, dalam praktiknya terdapat ketidaksesuaian yang berpotensi merugikan anak. Dispensasi nikah memberikan keleluasaan bagi pasangan yang ingin menikah di bawah umur, sementara undang-undang perlindungan anak menekankan pada perlindungan terhadap anak dari praktik-praktik yang berisiko, termasuk pernikahan dini. Penelitian ini menganalisis dampak sosial, psikologis, dan hukum dari konflik ini, serta implikasinya bagi kebijakan perlindungan anak di Indonesia. Melalui pendekatan kualitatif, artikel ini menyajikan wawasan tentang perlunya revisi dan harmonisasi regulasi demi memastikan perlindungan hak anak yang lebih efektif dalam konteks pernikahan. Jenis penelitian ini yaitu kualitatif lapangan, Hukum positif, Psikologi dan sosiologi. Penelitian ini untuk memahami bagaimana ketimpangan dalam penerapan kebijakan ini terjadi dan bagaimana dampaknya terhadap perlindungan anak di Indonesia. Secara umum, dampak dispensasi perkawinan terhadap remaja cukup signifikan dan kompleks. Untuk menangani masalah ini, diperlukan pendekatan yang menyeluruh, meliputi peningkatan akses dan kualitas pendidikan, program pemberdayaan ekonomi, serta penegakan hukum yang lebih tegas terkait usia minimum pernikahan. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan anak-anak dapat memperoleh peluang yang lebih baik untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara sosiologis maupun psikologis.
Actualization of Understanding Children's Education at the Aqil Baligh Stage Based on the Prophet's Hadith for Millennial Muslim Generation in Karang Taruna RW 007, Sukamantri Village Azhari, Ainul; Jalil, Dul; Zakiah, Risalatu
Dimas: Jurnal Pemikiran Agama untuk Pemberdayaan Vol. 24 No. 2 (2024)
Publisher : LP2M of Institute for Research and Community Services - UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/dms.v24i2.25321

Abstract

Understanding the education of aqil baligh children is one of the important aspects in shaping the character of a good young generation, especially in the context of Islamic teachings. In the fast-paced digital era and globalisation, the challenges in educating the Muslim millennial generation are increasingly complex, especially in understanding and applying the concept of education in accordance with religious teachings. This study aims to actualise an understanding of the education of aqil baligh children based on the hadith of the Prophet Muhammad SAW in the Muslim millennial generation. The approach used is an understanding of hadith literacy relevant to the age of puberty, as well as how to implement these principles in the context of the daily life of the millennial generation today. Through counseling, discussions, and training, this community service programme educates parents, educators, and the general public about the importance of hadith-based education in preparing children to enter adulthood with solid moral, ethical, and faith. The expected results birutoto of this activity are increased public awareness and understanding of the importance of teaching in accordance with Islamic principles in the education of aqil baligh children, as well as the creation of a millennial generation of Muslims who are more qualified, noble, and ready to face the challenges of the times.
Azhari, Ainul STRATEGI ASATIDZ DALAM MEMOTIVASI SANTRI PEMBAHASAN BAHSUL MASAIL DI PONDOK PESANTREN ARRISALAH KOTA TANGERANG Azhari, Ainul; Jalil, Dul
ISLAMIKA Vol. 16 No. 1 (2022): Januari - Juni 2022
Publisher : Universitas Islam Syekh-Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33592/islamika.v16i1.7417

Abstract

This study examines the strategies used by the asatidz (Islamic teachers) to enhance students' motivation in participating in bahsul masail activities at Ar-Risalah Islamic Boarding School in Tangerang City. Using a qualitative approach, data were collected through observation, interviews, and documentation. The findings indicate that the strategies include discussion-based methods, jidalah (debate), lectures, the wahdah method, disciplinary actions, and competitions or exams. Challenges faced include lack of student interest, boredom, health issues, and difficulty recalling religious texts. As a result, student motivation increased, many achieved awards, and the boarding school gained greater trust from the community.
Azhari, Ainul Pendampingan Pemahaman Pendidikan Anak Aqil Baligh Berdasarkan Hadis Nabi Saw Bagi Generasi Muslim Milenial Pada Karang Taruna RW 007 Desa Sukamantri Azhari, Ainul; Jalil, Dul; Zakiah, Risalatu
DEDIKASI PKM Vol. 6 No. 1 (2025): DEDIKASI PKM UNPAM
Publisher : Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/dkp.v6i1.47066

Abstract

Pemahaman tentang pendidikan anak aqil baligh merupakan salah satu aspek penting dalam membentuk karakter generasi muda yang baik, khususnya dalam konteks ajaran Islam. Dalam era digital dan globalisasi yang serba cepat, tantangan dalam mendidik generasi milenial Muslim semakin kompleks, terutama dalam memahami dan mengaplikasikan konsep pendidikan yang sesuai dengan ajaran agama. Penelitian ini bertujuan untuk mengaktualisasikan pemahaman tentang pendidikan anak aqil baligh berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW pada generasi milenial Muslim. Pendekatan yang digunakan adalah pemahaman literasi hadis yang relevan dengan masa aqil baligh, serta bagaimana implementasi prinsip-prinsip tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari generasi milenial saat ini. Melalui penyuluhan, diskusi, dan pelatihan, program pengabdian masyarakat ini mengedukasi para orang tua, pendidik, dan masyarakat umum tentang pentingnya pendidikan yang berbasis hadis dalam mempersiapkan anak memasuki usia dewasa dengan bekal moral, etika, dan keimanan yang kokoh. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya pengajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dalam pendidikan anak aqil baligh, serta terciptanya generasi milenial Muslim yang lebih berkualitas, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan zaman.
DERADIKALISAI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF SAYYID MUHAMMAD ALAWI AL MALIKI Azhari, Ainul; Jalil, Dul
FIKRAH Vol 8 No 1 (2024): JUNI
Publisher : Ibn Khaldun University, Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/fikrah.v8i1.20605

Abstract

Deradikalisai itu sangat penting terutama melalui pendidikan agama Islam dengan menanamkan nilai-nilai toleransi dalam berinteraksi terhadap orang lain, sehingga tidak terjadi lagi kekerasan yang mengatasnamakan agama yang dilakukan oleh para peserta didik. Maka, gerakan deradikalisasi harus dilakukan sedini mungkin terkhusus dalam dunia pendidikan ini dengan cara menata kembali Pendidikan Islam yang lebih mengedepankan sikap toleran dan humanis. Berikutnya, untuk melaksanakan deradikalisasi melalui pendidikan Islam ini dapat merujuk kepada metode dan prinsip pendidikan Islam Rasulullah Saw berdasarkan perspektif Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analitis. Data yang dikumpulkan melalui observasi, interview dan dokumentasi. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu berupa studi pustaka (library search) dan teknik analisis datanya menggunakan content analysis, karena penelitian ini bertumpu pada teks dan bertujuan untuk memberikan deskripsi hasil penelitiannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat semangat untuk mewujudkan deradikalisai pendidikan Islam ini yang dapat dilaksanakan berdasarkan metode yang disampaikan oleh Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki yang tertulis dalam kitabnya “Ushulut Tarbiyah An Nabawiyah”, sehingga dapat menciptakan pendidikan Islam yang humanis, inklusif dan multikultural. Melalui metode pendekatan perumpamaan dan metode kisah dan cerita ini dapat memperlihatkan pendidikan Islam yang humanis. Pendidikan Islam yang inklusif dari metode pendidikan Nabi Saw ini terlihat dari metode memotivasi bertanya dan metode tes dan melempar pertanyaan serta metode gradual. Dan pendidikan multikultural ini dapat terlihat pada metode mengenali kapasitas dan dialek audiens. Adapun metode pendidikan Nabi Saw secara lengkapnya adalah metode memotivasi bertanya, metode tes dan melempar pertanyaan, metode penyegaran, metode mengenali kapasitas dan dialek audiens, metode mengalihkan realitas indrawi kepada realitas kejiwaan, metode peragaan, metode ungkapan dengan bahasa kiasan, metode gradual, metode mengapresiasi pertanyaan, metode mendekatkan realitas abstrak dalam bentuk konkret, metode memperkuat pendapat dengan argumen, metode mengarahkan kepada pemikiran yang bernilai tinggi, metode kisah dan cerita, dan metode pendekatan dan perumpamaan.
PANCASILA PERSPECTIVE MARRIAGE SYSTEM: HARMONY OF NATIONAL VALUES IN FAMILY INSTITUTIONS Jalil, Dul; Fariduddin, Ecep Ishak; Yasir, Muhammad Farhan Qurroto
JURNAL ILMU SYARIAH Vol 12 No 2 (2024): DESEMBER
Publisher : IBN KHALDUN BOGOR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/mizan.v12i2.20381

Abstract

This article attempts to explain that marriage is defined as a spiritual and physical bond between a man and a woman to achieve happiness. However, in reality, many marriages are forced, resulting in unhappiness. This goes against the purpose of marriage stated in the law. The inclusion of the phrase "Belief in the Almighty God" in the definition of marriage in Article 1 of Law no. 1 of 1974 shows that marriage is not only a personal matter, but also a legal relationship that contains religious values based on Pancasila as the Indonesian philosophy of life. The marriage law explains that marriage is a spiritual and physical bond between a man and a woman, but this explanation is different from that regulated in the Civil Code, especially Book III. This difference is the background for this research. The purpose of this research is to find out and explain that there should be no substantivedifferences between the 1974 Marriage Law and the Civil Code, especially Book III. This is necessary so that the public gets legal certainty, both in terms of the Marriage Law and the Civil Law. This research uses qualitative methods, with a type of library research that is based on library data or documentation that is relevant to the title of this research. The research results show that there is legal uncertainty in the field of marriage law, which is caused by the provisions in Article 66 of Law No. 1 of 1974 which states that colonial product legal provisions do not apply, even though the Civil Code is also a colonial product. Therefore, there needs to be legal certainty to avoid confusion in society.