Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Kesehatan Tambusai

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGIRIMAN LAPORAN RL-4A PADA APLIKASI SIRS ONLINE DI RS ARTHA MEDICA BINJAI TAHUN 2024 Daeli, Cosmas Samuel; Sitorus, Mei Sryendang; Hutasoit, Theresia; Valentina, Valentina; Hulu, Mery Windhy Kristina
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.46056

Abstract

Pembuatan laporan rumah sakit menggunakan aplikasi yang disebut dengan SIRS Online dan setiap rumah sakit wajib untuk melaksanakannya. Formulir RL4a adalah formulir untuk data keadaan morbiditas pasien rawat inap yang merupakan formulir rekapitulasi dari jumlah pasien keluar Rumah Sakit (hidup dan mati) untuk periode tahunan. 2. Data dikumpulkan dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember setiap tahunnya. Tujuan penelitian Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab keterlambatan pengiriman laporan RL-4a pada aplikasi SIRS Online di RS Artha Medica Binjai. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab keterlambatan pengiriman laporan RL-4a pada aplikasi SIRS Online di RS Artha Medica Binjai. Untuk Mengetahui pengaruh keterlambatan laporan pada Rekapitulasi Laporan 4A Rawat Inap dalam pelaksanaan pengiriman laporan RL4A di RS Artha Medica Binjai. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam hasil penelitian diperoleh unsur manajemen 5M man, Machine, material Method, dan Money. Adapun faktor yang menyebabkan keterlambatan pengiriman laporan RL 4a di Rumah Sakit Artha Medica Binjai antara lain kurangnya ketersediaan data sehingga pelaporan menjadi tertunda namun untuk sarana dan prasarana sudah di RSU Artha Medica sudah mencukupi.
FAKTOR – FAKTOR PENENTU KETEPATAN KODE DIAGNOSA CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM IMELDA PEKERJA INDONESIA TAHUN 2023 Hutasoit, Theresia; Sitorus, Mei Sryendang; Erlindai, Erlindai; Christy, Johanna; Syahputri, Melati Adila
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.37033

Abstract

Ketepatan dalam pemberian kode diagnosis merupakan hal yang harus diperhatikan oleh perekam medis khususnya coder. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perekam medis adalah kodefikasi penyakit dan tindakan medis. Ketepatan kode diagnosis pada penyakit CKD sangat dipengaruhi oleh kelengkapan rekam medis. Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan terdapat 37 rekam medis yang lengkap yaitu (60,65%) kode diagnosis pada penyakit CKD sesuai dengan ICD-10 dan terdapat 24 rekam medis yang tidak lengkap yaitu (39,34%).  Bertujuan untuk mengetahui apa saja faktor penentu ketepatan kode diagnosa CKD pada pasien rawat inap. Jenis penelitian ini adalah deksriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu mendeksripsikan dan menggambarkan secara rinci permasalahan yang diteliti dengan mempelajari semaksimal mungkin suatu kejadian. Populasinya yaitu petugas koding rawat inap yang berjumlah 5 orang. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 31 rekam medis CKD rawat inap. Cara pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan wawancara. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, dari 31 rekam medis CKD rawat inap terdapat 12 rekam medis yang memiliki kode kurang tepat (38,70%) dan 19 rekam medis yang tepat (61,30%). Faktor penentu ketepatan kode seperti Man kurang telitinya petugas dalam kelengkapan pengisian berkas rekam medis, Material ketidaklengkapan pengisian dan tidak ditulisnya diagnosis penyakit, Method masih ditemukannya petugas yang kurang memahami SPO, dan Machine gangguan jaringan komputer. Berdasarkan hasil penelitian, diharapakan untuk diberikannya pelatihan coding terkait tatacara mengkode yang tepat sesuai panduan SPO, ICD-10 dan perlu ditingkatkan komunikasi antar petugas coding dan dokter yang memberi diagnosis serta melengkapi bagian pemeriksaan penunjang agar dapat menghasilkan kode yang tepat.