Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Cedera Kepala Sedang setelah Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) Tunggal : Sebuah Laporan Kasus Putri, Intan Utami; Putri , Pratiwi Hendro; Agiestya, Milla Monica; Fa’dlillah, Dwi Noor; Paranggai, Elhi Andi; Windiyani, Firly
Medula Vol 14 No 3 (2024): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v14i3.863

Abstract

According to the Brain Injury Association of America, a head injury is damage to the head, not congenital or degenerative, but caused by an external physical attack or impact, which can reduce or change consciousness which can cause damage to cognitive abilities and physical function. Traffic accidents are the main cause of head trauma or head injuries. A 23 year old man came to the emergency room at Jendral Ahmad Yani Metro Hospital accompanied by his family with complaints of a single post-KLL headache in the Pekalongan area, East Lampung on August 20 2023, because he hit a monument and fell from a motorbike without wearing a helmet. History of fainting for 30 minutes, vomiting without spraying 3x after waking up. Complaints accompanied by difficulty opening the left eye, swelling and pain. On physical examination, vulnus excoriation, vulnuslaceratum and vulnuscontussum were found. The diagnosis of moderate head injury (CKS) accompanied by secondary injury and sinistra oculi hematoma can be confirmed by history taking, physical examination, neurological examination, and supporting examinations in the form of laboratory examinations, CT scans and MRI. Management in this case includes primary survey, secondary survey, observation of general condition and vital signs. The patient received further treatment in the Neurology ward for 3 days.
Hubungan Karakteristik Lansia yang Divaksinasi Booster Pfizer Covid-19 Dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar Lampung Paranggai, Elhi Andi; Yulyani, Vera; Mustofa, Festy Ladyani; Hermawan, Dessy
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 6 (2023): Volume 3 Nomor 6 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.089 KB) | DOI: 10.33024/mahesa.v3i6.10444

Abstract

ABSTRACT The elderly are one of priority groups for vaccine recipients after health worker.  COVID-19 vaccination is an effort to break the chain of COVID-19 transmission of COVID-19. Vaccine booster aims to increase individual protection, because there is a decrease in antibodies after 6 months of receiving the primary dose. However, vaccine booster can cause Adverse Event Following Immunization (AEFI). Rajabasa Indah Health Center is a health service that provides Pfizer COVID-19 booster vaccinations. To know the correlation characteteristics of elderly who had been vaccinated Pfizer booster COVID-19 with adverse event following immuniation in the working ares of Rajabasa Indah Health Center, Bandar Lampung City, 2022. Quantitative study with an analytic approach using a cross-sectional and the instrument used is a questionnaire. Based on the results, there are correlation between monthly income (p=0,019<0,05) and comorbid history (p=0,048<0,05) over AEFI in elderly and there are no correlation between gender (p=0,956<0,05), age (p=0,380<0,05) and COVID-19 history (p=0,788<0,05) over AEFI at working area of Rajabasa Indah Health Center, Bandar Lampung City in 2022. There are correlation between monthly income and comorbid history over AEFI in elderly and there are no correlation between gender, age and COVID-19 history over AEFI at working area of Rajabasa Indah Health Center, Bandar Lampung City in 2022. Keyword: Adverse Event Following Immunization, Booster, COVID-19, Elderly  ABSTRAK Lanjut usia (lansia) menjadi salah satu kelompok prioritas penerima vaksin setelah tenaga kesehatan. Vaksinasi COVID-19 merupakan upaya untuk memutus rantai penularan COVID-19 Vaksinasi COVID-19 Dosis Lanjutan (booster) bertujuan untuk meningkatkan proteksi individu, karena terjadi penurunan antibodi setelah 6 bulan menerima vaksin dosis primer. Namun, pemberian vaksin dapat menimbulkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Puskesmas Rajabasa Indah merupakan layanan kesehatan yang melayani vaksinasi booster Pfizer COVID-19. Mengetahui hubungan karateristik lansia yang divaksinasi booster Pfizer COVID-19 dengan kejadian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah Banadr Lampung tahun 2022. Penelitian kuantitatif yang bersifat analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional dan instrument yang digunakan adalah kuesioner. Pengambilan sampel yang digunakan dengan menggunakan teknik total sampling dengan jumlah 124 responden. Berdasarkan hasil pada penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan (p=0,019<0,05) dan riwayat komorbid (p=0,048<0,05) terhadap KIPI pada lansia dan tidak ada hubungan antara jenis kelamin (p=0,956>0,05), usia (p=0,380>0,05) dan riwayat COVID-19 (p=0,788>0,05) terhadap KIPI di wilayah kerja Puskesmas Indah Kota Bandar Lampung tahun 2022. Terdapat hubungan antara pendapatan dan riwayat komorbid terhadap KIPI pada lansia dan tidak ada hubungan antara jenis kelamin, usia dan riwayat COVID-19 dengan kejadian KIPI pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar Lampung tahun 2022.   Kata Kunci: Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi,  Booster, COVID-19, Lansia.
Penyuluhan Mengenali dan Mencegah Penyakit Mumps (Gondongan) Di Panti Asuhan Putri Tunas Harapan Aisyiyah Pringsewu Pinilih, Astri; Paranggai, Elhi Andi; Susilo, Ajeng Ishelina; Hadi, Dimas Surya; Fadhillah, Dwi Noor; Sisti, Chintia Florentina; Aldiansyah, Aditia Randi; Rustandi, Fitriya Wulandari; Ramadhani, Aditya
Jurnal Abdimas Kedokteran & Kesehatan Vol 3, No 2 (2025): Volume 3 Nomor 2
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jakk.v3i2.19726

Abstract

Mumps atau gondongan merupakan suatu infeksi virus akut yang digambarkan akibat terjadinya proses inflamasi atau peradangan pada kelenjar parotis dan kelenjar lainnya. Manifestasi klinis dari penyakit ini meliputi adanya nyeri dan pembengkakan pada kelenjar parotis dan dapat melibatkan jaringan atau organ lainnya, sehingga dapat menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan sulitnya untuk menelan. Penyakit gondongan (mumps) di Indonesia belum mendapatkan perhatian besar dikarenakan dari sifatnya penyakit ini yang self-limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga belum terdapat data epidemiologi yang memadai. Penyakit mumps dapat terjadi pada semua umur dan paling sering terjadi pada anak-anak usia 5-15 tahun, sebanyak 85% terjadi pada kasus anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan untuk kasus pada orang tua jarang dijumpai. ). Penatalaksanaan mumps berupa terapi simptomatik. Dapat diberikan analgesik, serta pemeberian kortikosteroid pada kasus berat. Memperbanyak minum air putih serta diet lunak dan bed rest. Tujuan dilaksanakannya penyuluhan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pengenalan serta pencegahan pada penyakit mumps (gondongan).