Sujoto, Vincent Sutresno Hadi
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Penentuan kondisi optimum pembuatan silica gel menggunakan silika geothermal dengan metode sol-gel Sujoto, Vincent Sutresno Hadi; Tangkas, I Wayan Christ Widhi Herman; Astuti, Widi; Sumardi, Slamet; Jenie, Siti Nurul Aisyiyah; Tampubolon, Aron Pangihutan Christian; Syamsumin, Syamsumin; Utama, Andhika Putera; Petrus, Himawan Tri Bayu Murti; Kusumastuti, Yuni
Jurnal Rekayasa Proses Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.77696

Abstract

Salah satu permasalahan yang muncul di lapangan pembangkit listrik panas bumi (PLTP) adalah terjadinya silica scaling dalam sistem pemipaaan akibat konsentrasi padatan terlarut yang tinggi pada air geotermal (geothermal brine). Silica scalling dapat menyebabkan penurunan efisiensi pembangkitan energi listrik dari panas bumi. Pada penelitian ini lumpur silika yang dihasilkan dari lapangan pembangkit listrik panas bumi akan dimanfaatkan sebagai raw material sintesis silica gel. Silica gel disintesis menggunakan metode sol-gel dengan variasi rasio natrium silikat dan air (1:3 ; 1:4 ; dan 1:5) dan konsentrasi asam klorida ( 0,5 M ; 1 M; dan 2 M). Karakteristik silica gel dilihat menggunakan analisis Forier Transform Infra Red (FTIR). Secara umum, pita serapan yang muncul pada spektra sample silica gel menunjukkan bahwa gugus fungsional yang terdapat pada silica gel adalah gugus silanol (Si-OH) dan gugus siloksan (Si-O-Si). Panjang gelombang 1055,86 cm-1­ menunjukkan gugus Si-O, yang mengindikasikan adanya vibrasi SiO4 dan polimerisasi Si-O-Si saat pembentukan silica gel. Selain itu, kapasitas penjerapan air oleh silika gel menunjukkan bahwa sampel dengan kode A7 memiliki kapasitas penjerapan air terbesar, yaitu mencapai 0,9331 gr air/ gram silica gel. Analisis Response Surface Methodology (RSM) mengindikasikan bahwa konsentrasi asam memberikan pengaruh singnifikan terhadap pembentukan silica gel dibandingkan dengan variasi pengenceran natrium silikat.
Pengaruh penambahan fly ash PLTU Cirebon dan temperatur pengeringan terhadap kuat tekan material konstruksi beton High Volume Fly Ash (HFVA) Anggara, Ferian; Sujoto, Vincent Sutresno Hadi; Tangkas, I Wayan Christ Widhi Herman; Astuti, Widi; Sumardi, Slamet; Putra, Ilham Satria Raditya; Putra, Agik Dwika; Petrus, Himawan Tri Bayu Murti
Jurnal Rekayasa Proses Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.77825

Abstract

Penggunaaan batubara sebagai sumber energi di negara berkembang seperti Indonesia masih menjadi pilihan utama. Hasil samping pembakaran batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berupa fly ash dan bottom ash (FABA) akan terus meningkat seriring konsumsi bataubara sebagai energi meningkat. Industri semen dapat mengahsilkan 2,9 miliar ton CO2 ke atmosfer hal ini akan berdampak langsung terhadap kenaikan temperatur bumi dan pemansan global. Subtitusi material semen dengan fly ash menjadi sebuah pilihan yang ramah lingkungan dalam meminimalisir gas CO2. Pembuatan beton dimulai dengan mencampurkan fly ash dan semen pada berbagai rasio (1:1; 1:3 ; 1:4) dengan air. Air dituang secara bertahap sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga membentuk pasta. Pasta beton yang telah terbentuk dicetak pada cetakan kubus ukuran 5x5x5 cm3. Cetakan pasta HVFA didiamkan selama 1 hari, kemudian dikeringkan (curing) pada temperatur yang divariasikan (30, 40 dan 60°C). Hasil Analisa oksida komponen kimia menunjukan bahwa fly ash dari PLTU Cirebon tergolong kategori fly ash kelas C dengan kadar CaO lebih dari 10% dan SiO2 kurang dari 46% dan Kekuatan beton (compressive strength) HVFA yang  paling besar yang dapat dihasilkan beton HVFA adalah pada rasio komposisi semen dan fly ash 1:3 dengan temperatur pengeringan 40°C. material fly ash mampu menggantikan semen sebesar 75% dari kebutuhan beton HVFA dengan kekuatan beton mencapai 12,557 MPa pada kondisi pengeringan 40°C. Hasil optimasi menunjukan variable yang paling berpengaruh terhadap kuat tekan beton yang dihasilkan adalah temperatur pengeringan.
Penentuan kondisi optimum pembuatan silica gel menggunakan silika geothermal dengan metode sol-gel Sujoto, Vincent Sutresno Hadi; Tangkas, I Wayan Christ Widhi Herman; Astuti, Widi; Sumardi, Slamet; Jenie, Siti Nurul Aisyiyah; Tampubolon, Aron Pangihutan Christian; Syamsumin, Syamsumin; Utama, Andhika Putera; Petrus, Himawan Tri Bayu Murti; Kusumastuti, Yuni
Jurnal Rekayasa Proses Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.77696

Abstract

Salah satu permasalahan yang muncul di lapangan pembangkit listrik panas bumi (PLTP) adalah terjadinya silica scaling dalam sistem pemipaaan akibat konsentrasi padatan terlarut yang tinggi pada air geotermal (geothermal brine). Silica scalling dapat menyebabkan penurunan efisiensi pembangkitan energi listrik dari panas bumi. Pada penelitian ini lumpur silika yang dihasilkan dari lapangan pembangkit listrik panas bumi akan dimanfaatkan sebagai raw material sintesis silica gel. Silica gel disintesis menggunakan metode sol-gel dengan variasi rasio natrium silikat dan air (1:3 ; 1:4 ; dan 1:5) dan konsentrasi asam klorida ( 0,5 M ; 1 M; dan 2 M). Karakteristik silica gel dilihat menggunakan analisis Forier Transform Infra Red (FTIR). Secara umum, pita serapan yang muncul pada spektra sample silica gel menunjukkan bahwa gugus fungsional yang terdapat pada silica gel adalah gugus silanol (Si-OH) dan gugus siloksan (Si-O-Si). Panjang gelombang 1055,86 cm-1­ menunjukkan gugus Si-O, yang mengindikasikan adanya vibrasi SiO4 dan polimerisasi Si-O-Si saat pembentukan silica gel. Selain itu, kapasitas penjerapan air oleh silika gel menunjukkan bahwa sampel dengan kode A7 memiliki kapasitas penjerapan air terbesar, yaitu mencapai 0,9331 gr air/ gram silica gel. Analisis Response Surface Methodology (RSM) mengindikasikan bahwa konsentrasi asam memberikan pengaruh singnifikan terhadap pembentukan silica gel dibandingkan dengan variasi pengenceran natrium silikat.
Pengaruh penambahan fly ash PLTU Cirebon dan temperatur pengeringan terhadap kuat tekan material konstruksi beton High Volume Fly Ash (HFVA) Anggara, Ferian; Sujoto, Vincent Sutresno Hadi; Tangkas, I Wayan Christ Widhi Herman; Astuti, Widi; Sumardi, Slamet; Putra, Ilham Satria Raditya; Putra, Agik Dwika; Petrus, Himawan Tri Bayu Murti
Jurnal Rekayasa Proses Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.77825

Abstract

Penggunaaan batubara sebagai sumber energi di negara berkembang seperti Indonesia masih menjadi pilihan utama. Hasil samping pembakaran batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berupa fly ash dan bottom ash (FABA) akan terus meningkat seriring konsumsi bataubara sebagai energi meningkat. Industri semen dapat mengahsilkan 2,9 miliar ton CO2 ke atmosfer hal ini akan berdampak langsung terhadap kenaikan temperatur bumi dan pemansan global. Subtitusi material semen dengan fly ash menjadi sebuah pilihan yang ramah lingkungan dalam meminimalisir gas CO2. Pembuatan beton dimulai dengan mencampurkan fly ash dan semen pada berbagai rasio (1:1; 1:3 ; 1:4) dengan air. Air dituang secara bertahap sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga membentuk pasta. Pasta beton yang telah terbentuk dicetak pada cetakan kubus ukuran 5x5x5 cm3. Cetakan pasta HVFA didiamkan selama 1 hari, kemudian dikeringkan (curing) pada temperatur yang divariasikan (30, 40 dan 60°C). Hasil Analisa oksida komponen kimia menunjukan bahwa fly ash dari PLTU Cirebon tergolong kategori fly ash kelas C dengan kadar CaO lebih dari 10% dan SiO2 kurang dari 46% dan Kekuatan beton (compressive strength) HVFA yang  paling besar yang dapat dihasilkan beton HVFA adalah pada rasio komposisi semen dan fly ash 1:3 dengan temperatur pengeringan 40°C. material fly ash mampu menggantikan semen sebesar 75% dari kebutuhan beton HVFA dengan kekuatan beton mencapai 12,557 MPa pada kondisi pengeringan 40°C. Hasil optimasi menunjukan variable yang paling berpengaruh terhadap kuat tekan beton yang dihasilkan adalah temperatur pengeringan.
Optimization and Kinetics of Terbium Leaching from Lapindo Mud using Sulfuric Acid as the Leaching Agent Supriadi, Harry; Suyanti, Suyanti; Astuti, Widi; Handini, Tri; Sujoto, Vincent Sutresno Hadi; Prameswara, Gyan
Bulletin of Chemical Reaction Engineering & Catalysis 2025: BCREC Volume 20 Issue 1 Year 2025 (April 2025)
Publisher : Masyarakat Katalis Indonesia - Indonesian Catalyst Society (MKICS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9767/bcrec.20252

Abstract

This study investigated the impact of solid/liquid ratio, solvent concentration, temperature, and leaching time on the recovery of rare earth elements (REEs), particularly terbium, from Lapindo mud using sulfuric acid as a leaching agent. The objective was to optimize the leaching conditions and identify the most appropriate kinetic model for describing the extraction process. Leaching experiments were conducted under various solid/liquid ratios, sulfuric acid concentrations, temperatures, and time. The findings revealed that the maximum terbium recovery of 94.51% was achieved at a solid/liquid ratio of 0.5, and 18 M sulfuric acid was used as the leaching agent for the extraction process at 200 °C for 30 minutes. Kinetic analysis proved that the Zhuravlev-Leshokin-Templeman (ZLT) model best described the leaching process. The calculated reaction's apparent activation energy (Ea) was 27.96 kJ/mol, indicating that a combination of chemical reactions and diffusion mechanisms controls the leaching process. These insights are crucial for optimizing the extraction of terbium and other REEs from Lapindo mud, offering significant potential for industrial applications in recovering valuable materials from waste sources. Copyright © 2025 by Authors, Published by BCREC Publishing Group. This is an open access article under the CC BY-SA License (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0).
Pengaruh kondisi operasi proses pemekatan litium dari geothermal brine sintetis dengan metode Direct Contact Membrane Distillation (DCMD) Utomo, Dimas Bagus Galih; Sujoto, Vincent Sutresno Hadi; Astuti, Widi; Mufakhir, Fika Rofieq; Tampubolon, Aron Pangihutan Christian; Syamsumin; Utama, Andhika Putera; Petrus, Himawan Tri Bayu Murti; Fahrurozi, Mohammad; Sutijan
Jurnal Rekayasa Proses Vol 17 No 1 (2023): Volume 17, Number 1, 2023
Publisher : Jurnal Rekayasa Proses

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.79559

Abstract

Penggunaan lithium dalam pembuatan baterai meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan kebutuhan tersebut memerlukan sumber litium lebih yang dapat dimanfaatkan. Target dari penelitian ini adalah untuk memekatkan konsentrasi dari litium sebelum dilakukan proses pemisahan lainnya. Perangkat direct contact membrane distillation (DCMD) ini menggunakan perbedaan tekanan uap dikedua sisi membran sebagai driving force. Larutan umpan divariasikan pada berbagai suhu dan laju alir sedangkan suhu sisi permeat dipertahankan pada 25 °C. Suhu umpan divariasikan pada 60, 50, dan 40 °C dan laju alir umpan pada 420, 260, dan 180 ml/menit. Untuk mengurangi penyumbatan pada membran, digunakan geothermal brine sintetis. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa suhu operasi dan laju alir memberikan pengaruh yang signifikan pada proses pengkonsentrasian lithium dari geothermal brine sintetis. Kenaikan suhu operasi dan laju alir umpan pada sistem DCMD menunjukkan adanya kenaikan konsentrasi lithium pada retentat dan fluks permeat yang dihasilkan. Hasil optimum diperoleh pada suhu 60 °C dengan laju alir 420 ml/menit. Perolehan rerata fluks tertinggi dicapai pada 60 °C sebesar 7,3 L/m2 /hour (LMH), di ikuti suhu 50 dan 40 °C sebesar 5,3 dan 2,7 L/m2 /hour (LMH). Selain fluks diperoleh juga nilai Liquid enter pressure (LEP) 7,3 bar yang menunjukkan kekuatan membran dalam menahan tekanan uap, sehingga tidak terjadi wetting selama proses.
Reductive leaching of low-grade manganese ores from Way Kanan using corncob as reductant Putri, Yolanda Dwika; Lesmana, Donny; Ginting, Simparmin Br; Sujoto, Vincent Sutresno Hadi
Jurnal Rekayasa Proses Vol 17 No 1 (2023): Volume 17, Number 1, 2023
Publisher : Jurnal Rekayasa Proses

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.70372

Abstract

The processing of mining products in indonesia has not been utilized optimally. One of them is manganese ore. Way kanan is one of indonesia's potential manganese ore sites. The manganese leaching study used a -200 mesh way kanan manganese ore that was reacted with sulfuric acid at concentrations of 0.1 M, 0.5 M, and 1 M, as well as corncob as a reductant. To separate the dissolved iron in the leaching process, the manganese sulfate solution was purified with sodium hydroxide and then filtered to have a manganese sulfate solution free of iron. Manganese was precipitated using oxalic acid. The manganese oxalate precipitation was calcined at a temperature of 350 °c for two hours. The best manganese extraction obtained at 92.3% was at a sulfuric acid concentration of 1 M, a temperature of 80 °c, and a solution volume of 400 ml. Calcination of manganese oxalate converted the material into hausmannite (Mn3O4).
Penentuan kondisi optimum pembuatan silica gel menggunakan silika geothermal dengan metode sol-gel Sujoto, Vincent Sutresno Hadi; Tangkas, I Wayan Christ Widhi Herman; Astuti, Widi; Sumardi, Slamet; Jenie, Siti Nurul Aisyiyah; Tampubolon, Aron Pangihutan Christian; Syamsumin, Syamsumin; Utama, Andhika Putera; Petrus, Himawan Tri Bayu Murti; Kusumastuti, Yuni
Jurnal Rekayasa Proses Vol 17 No 2 (2023): Volume 17, Number 2, 2023
Publisher : Jurnal Rekayasa Proses

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.77696

Abstract

Salah satu permasalahan yang muncul di lapangan pembangkit listrik panas bumi (PLTP) adalah terjadinya silica scaling dalam sistem pemipaaan akibat konsentrasi padatan terlarut yang tinggi pada air geotermal (geothermal brine). Silica scalling dapat menyebabkan penurunan efisiensi pembangkitan energi listrik dari panas bumi. Pada penelitian ini lumpur silika yang dihasilkan dari lapangan pembangkit listrik panas bumi akan dimanfaatkan sebagai raw material sintesis silica gel. Silica gel disintesis menggunakan metode sol-gel dengan variasi rasio natrium silikat dan air (1:3 ; 1:4 ; dan 1:5) dan konsentrasi asam klorida ( 0,5 M ; 1 M; dan 2 M). Karakteristik silica gel dilihat menggunakan analisis Forier Transform Infra Red (FTIR). Secara umum, pita serapan yang muncul pada spektra sample silica gel menunjukkan bahwa gugus fungsional yang terdapat pada silica gel adalah gugus silanol (Si-OH) dan gugus siloksan (Si-O-Si). Panjang gelombang 1055,86 cm-1­ menunjukkan gugus Si-O, yang mengindikasikan adanya vibrasi SiO4 dan polimerisasi Si-O-Si saat pembentukan silica gel. Selain itu, kapasitas penjerapan air oleh silika gel menunjukkan bahwa sampel dengan kode A7 memiliki kapasitas penjerapan air terbesar, yaitu mencapai 0,9331 gr air/ gram silica gel. Analisis Response Surface Methodology (RSM) mengindikasikan bahwa konsentrasi asam memberikan pengaruh singnifikan terhadap pembentukan silica gel dibandingkan dengan variasi pengenceran natrium silikat.
Pengaruh parameter operasi terhadap persentase rekoveri litium dari sea water reverse osmosis (SWRO) Anggara, Ferian; Sujoto, Vincent Sutresno Hadi; Astuti, Widi; Sumardi, Slamet; Putra, Ilham Satria Raditya; Putra, Agik Dwika; Petrus, Himawan Tri Bayu Murti
Jurnal Rekayasa Proses Vol 18 No 1 (2024): Volume 18, Number 1, 2024
Publisher : Jurnal Rekayasa Proses

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.79556

Abstract

Konsentrasi litium dalam sea water reverse osmosis (SWRO) terhitung masih kecil dibandingkan dengan sumber konvensional. Tren penggunaan air laut di dunia diperkirakan naik untuk tahun-tahun mendatang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengekstrak litium dari limbah cair SWRO. Bahan yang digunakan adalah limbah cair SWRO yang berasal dari PT. Cirebon Electric Power. Tahap awal yang perlu dilakukan adalah proses evaporasi. Proses evaporasi dilakukan pada temperatur 90°C. Proses evaporasi bertujuan untuk memekatkan atau mengkonsentrasikan mineral tertentu. Pada tahapan ini persentase penguapan divariasikan (70, 80, dan 90%). Proses presipitasi dilakukan dengan menggunakan bantuan natrium karbonat (Na2CO3). Tahap awal adalah pembuatan larutan Na2CO3 3 Molar. 250 mL larutan hasil evaporasi disiapkan dan dipanaskan pada berbagai variasi temperatur (70, 80, dan 90 °C). Analisa tersebut juga menunjukkan kecenderungan semakin meningkatnya persentase rekoveri yang sejalan dengan meningkatnya persentase penguapan. Meskipun dampaknya kecil, temperatur presipitasi juga memberikan dampak dalam proses persentase rekoveri litium. Kondisi terbaik di dalam penelitian ini adalah pada persentase penguapan 90% dengan temperatur presipitasi 90 °C dengan persentase rekoveri mencapai lebih dari 70%.
Pengaruh penambahan fly ash PLTU Cirebon dan temperatur pengeringan terhadap kuat tekan material konstruksi beton high volume fly ash (HFVA) Anggara, Ferian; Sujoto, Vincent Sutresno Hadi; Tangkas, I Wayan Christ Widhi Herman; Astuti, Widi; Sumardi, Slamet; Putra, Ilham Satria Raditya; Putra, Agik Dwika; Petrus, Himawan Tri Bayu Murti
Jurnal Rekayasa Proses Vol 17 No 2 (2023): Volume 17, Number 2, 2023
Publisher : Jurnal Rekayasa Proses

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.77825

Abstract

Penggunaaan batubara sebagai sumber energi di negara berkembang seperti Indonesia masih menjadi pilihan utama. Hasil samping pembakaran batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berupa fly ash dan bottom ash (FABA) akan terus meningkat seriring konsumsi bataubara sebagai energi meningkat. Industri semen dapat mengahsilkan 2,9 miliar ton CO2 ke atmosfer hal ini akan berdampak langsung terhadap kenaikan temperatur bumi dan pemansan global. Subtitusi material semen dengan fly ash menjadi sebuah pilihan yang ramah lingkungan dalam meminimalisir gas CO2. Pembuatan beton dimulai dengan mencampurkan fly ash dan semen pada berbagai rasio (1:1; 1:3 ; 1:4) dengan air. Air dituang secara bertahap sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga membentuk pasta. Pasta beton yang telah terbentuk dicetak pada cetakan kubus ukuran 5x5x5 cm3. Cetakan pasta HVFA didiamkan selama 1 hari, kemudian dikeringkan (curing) pada temperatur yang divariasikan (30, 40 dan 60°C). Hasil Analisa oksida komponen kimia menunjukan bahwa fly ash dari PLTU Cirebon tergolong kategori fly ash kelas C dengan kadar CaO lebih dari 10% dan SiO2 kurang dari 46% dan Kekuatan beton (compressive strength) HVFA yang paling besar yang dapat dihasilkan beton HVFA adalah pada rasio komposisi semen dan fly ash 1:3 dengan temperatur pengeringan 40°C. material fly ash mampu menggantikan semen sebesar 75% dari kebutuhan beton HVFA dengan kekuatan beton mencapai 12,557 MPa pada kondisi pengeringan 40°C. Hasil optimasi menunjukan variable yang paling berpengaruh terhadap kuat tekan beton yang dihasilkan adalah temperatur pengeringan.