Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Indonesia Berdaya

Edukasi Pendampingan Minum Obat Pada Keluarga Dengan Penderita Tuberculosis Paru Di Kelurahan Bahkapul Kota Pematangsiantar (Educational Guidance In Taking Medicine For Families With Pulmonary Tuberculosis Patients In Bahkapul Village, Pematangsiantar City) Damanik, Derma Wani; Saragih, Julwansa; Yunia, Eva Anita; Dewi, Rani Sartika
Indonesia Berdaya Vol 6, No 1 (2025)
Publisher : UKInstitute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/ib.20251043

Abstract

Tuberkulosis (TBC) paru merupakan suatu infeksi penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis yang menyerang saluran napas utama dan bronkus. Tuberkulosis paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, yang dapat mempengaruhi semua kelompok usia. Tuberculosis paru menjadi penyebab kematian tertinggi kedua di dunia setelah COVID-19 pada tahun 2022 dan lebih dari 10 juta orang terjangkit penyakit tuberculosis paru setiap tahunnya. Negara Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah beban kasus TBC terbanyak pada tahun 2023 dengan jumlah kasus diperkirakan sebanyak 1.060.000 kasus dan 134.000 kematian per tahun. Sementara itu, jumlah kasus penderita tuberculosis paru di Provinsi Sumatera Utara tahun 2022 sebanyak 19147 kasus. Sedangkan jumlah penderita tuberculosis paru di Kota Pematangsiantar pada tahun 2021 mencapai 440 orang dan mengalami peningkatan menjadi 636 orang pada tahun 2022. Penyakit tuberkulosis paru sangat mudah resisten terhadap obat, sehingga untuk mengobatinya membutuhkan waktu yang lama. Oleh sebab itu dalam proses pengobatan, peran keluarga sangat dibutuhkan sebagai unit terdekat pasien untuk melakukan pengawasan. Pelaksanaan pengabdian masyarakat yang dilakukan berupa pemberian edukasi. Sasaran pada kegiatan ini adalah keluarga dengan penderita tuberculosis paru yang tinggal di Kelurahan Bahkapul Kota Pematangsiantar sebanyak 28 orang. Hasil pengabdian masyarakat diperoleh bahwa sebelum edukasi mayoritas pengetahuan responden adalah cukup sebanyak 13 orang (46%) dan setelah mendapatkan edukasi tingkat pengetahuan responden meningkat menjadi baik sebanyak 23 orang (82%). Kegiatan pengabdian masyarakat memperoleh respon yang positif dari peserta dan terjadinya peningkatan pengetahuan ataupun pemahaman keluarga penderita tuberculosis paru setelah mendapatkan edukasi tentang pendampingan minum obat. Abstract. Pulmonary tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacteria Mycobacterium tuberculosis that attacks the main respiratory tract and bronchi. Pulmonary tuberculosis is still a public health problem worldwide, which can affect all age groups. Pulmonary tuberculosis is the second highest cause of death in the world after COVID-19 in 2022 and more than 10 million people are infected with pulmonary tuberculosis each year. Indonesia is in second place with the largest number of TB cases in 2023 with an estimated number of cases of 1,060,000 cases and 134,000 deaths per year. Meanwhile, the number of cases of pulmonary tuberculosis sufferers in North Sumatra Province in 2022 was 19,147 cases. Meanwhile, the number of pulmonary tuberculosis sufferers in Pematangsiantar City in 2021 reached 440 people and increased to 636 people in 2022. Pulmonary tuberculosis is very resistant to drugs, so it takes a long time to treat it. Therefore, in the treatment process, the role of the family is very much needed as the patient's closest unit to carry out supervision. The implementation of community service is carried out in the form of providing education. The target of this activity is families with pulmonary tuberculosis sufferers who live in Bahkapul Village, Pematangsiantar City, totaling 28 people. The results of community service obtained that before education, the majority of respondents' knowledge was sufficient, totaling 13 people (46%) and after receiving education, the level of respondent knowledge increased to good, totaling 23 people (82%). Community service activities received a positive response from participants and there was an increase in knowledge or understanding of families with pulmonary tuberculosis sufferers after receiving education about medication assistance.
Edukasi pemberian makanan tambahan pada balita sebagai upaya pencegahan stunting di UPTD PUSKESMAS Martimbang Pematangsiantar [Education on providing supplementary food to toddlers as an effort to prevent stunting at the Martimbang Pematangsiantar Community Health Center] Damanik, Derma Wani; Saragih, Julwansa; Yunia, Eva Anita; Dewi, Rani Sartika
Indonesia Berdaya Vol 6, No 3 (2025)
Publisher : UKInstitute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/ib.20251206

Abstract

Abstract. Stunting is a disorder of growth and development in children due to chronic malnutrition and repeated infections, which is characterized by their length or height being below the established standard. The toddler group needs attention because they are a group that is vulnerable to malnutrition. Malnutrition is still a major problem in infants and children under five years of age (toddlers) globally. In 2025, the world of nutrition is expected to face a number of new complex issues. Not only challenges in terms of nutritional problems, such as multiple malnutrition, obesity, and stunting, but also changes in education models and nutritional intervention approaches. The incidence of stunting in North Sumatra Province in 2023 reached 19,298 people with details of toddlers with stunting as many as 18.9%, malnutrition 7.9%, undernutrition 13.2% and overnutrition 3.5%. The incidence of stunting in Pematang Siantar City was 303 people, with the number of toddlers with stunting as many as 7.7%, malnutrition 4.2%, undernutrition 7.2% and overnutrition 4.2%. The implementation of community service carried out in the form of providing education on providing additional food for toddlers. The target of this activity was mothers with toddlers in the working area of the UPTD Martimbang Pematangsiantar Health Center as many as 12 people. The results of community service obtained that before education, the majority of the knowledge of the education participants was sufficient as many as 7 people (58.3%) and after receiving education, the majority of knowledge became good as many as 10 people (83.3%). Community service activities received a good and positive response from the participants and there was an increase in the knowledge of mothers who have children and children will be healthy according to their growth and development. Abstrak. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada dibawah standar yang ditetapkan. Kelompok balita perlu mendapat perhatian karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Malnutrisi masih menjadi permasalahan utama pada bayi dan anak di bawah lima tahun (balita) secara global. Pada tahun 2025, dunia gizi diperkirakan akan menghadapi sejumlah isu baru yang kompleks. Tidak hanya tantangan dari sisi masalah gizi, seperti malnutrisi ganda, obesitas, dan stunting, tetapi juga perubahan dalam model pendidikan dan pendekatan intervensi gizi.  Angka kejadian stunting di Provinsi Sumatera Utara tahun 2023 mencapai 19.298 orang dengan rincian balita dengan stunting sebanyak 18,9%, gizi buruk 7,9%, gizi kurang 13,2% dan gizi lebih 3,5%. Angka kejadian stunting di Kota Pematang Siantar sebanyak 303 orang, dengan jumlah balita stunting sebanyak 7,7%, gizi buruk 4,2%, gizi kurang 7,2% dan gizi lebih 4,2%. Pelaksanaan pengabdian masyarakat yang dilakukan berupa pemberian edukasi pemberian makanan tambahan pada balita. Sasaran pada kegiatan ini adalah ibu dengan balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Martimbang Pematangsiantar sebanyak 12 orang. Hasil pengabdian masyarakat diperoleh bahwa sebelum edukasi mayoritas pengetahuan peserta edukasi adalah cukup sebanyak 7 orang (58,3%) dan setelah memperoleh edukasi mayoritas pengetahuan menjadi baik sebanyak 10 orang (83,3%). Kegiatan pengabdian masyarakat memperoleh respon yang baik dan positif dari peserta kegiatan dan terjadinya peningkatan pengetahuan  ibu yang memiliki anak serta anak akan menjadi sehat sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Edukasi manajemen diri penderita diabetes mellitus di Huta III Tanjung Pasir Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Damanik, Derma Wani; Saragih, Julwansa; Yunia, Eva Anita; Dewi, Rani Sartika
Indonesia Berdaya Vol 5, No 2 (2024)
Publisher : UKInstitute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/ib.2024733

Abstract

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit menahun akibat kadar gula darah yang tinggi. Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang membutuhkan pengontrolan status metabolik untuk meminimalkan terjadinya komplikasi multi organ yang seiring waktu dapat menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. Pada tahun 2021, lebih dari lebih dari setengah miliar manusia dari seluruh dunia hidup dengan diabetes, atau tepatnya 537 juta orang, dan jumlah ini diproyeksikan akan mencapai 643 juta pada tahun 2030, dan 783 juta pada tahun 2045. Indonesia menempati peringkat kelima dari negara-negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia. Pelaksanaan Pengabdian masyarakat dilakukan dalam bentuk edukasi atau pemberian informasi untuk memberikan pemahaman masyarakat tentang manajemen diri penderita diabetes melitus.  Subjek atau sasaran dalam kegiatan ini adalah masayarakat yang tinggal di Huta III Tanjung Pasir Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Hasil pengabdian masyarakat diketahui bahwa sebelum diberikan edukasi mayoritas pengetahuan responden adalah kurang sebanyak 17 orang (48,5%), pengetahuan cukup sebanyak 10 orang (28,6%), dan pengetahuan baik 8 orang (22,9%), sedangkan setelah pemberian edukasi mayoritas pengetahuan responden adalah baik sebanyak 29 orang (82,8%), pengetahuan cukup sebanyak 6 orang (17,2%) dan pengetahuan kurang 0 orang. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa pemberian edukasi manajemen prilaku penderita diabetes memberikan dampak yang positif bagi peserta dan terdapat peningkatan pemahaman peserta dari sebelum dan sesudah pemberian edukasi.Abstract: Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease caused by high blood sugar levels. Diabetes Mellitus is a disease that requires controlling metabolic status to minimize the occurrence of multi-organ complications which over time can cause serious damage to the heart, blood vessels, eyes, kidneys and nerves. The number of cases and prevalence of diabetes has continued to increase over the last few decades. In 2021, more than half a billion people from all over the world live with diabetes, or to be precise 537 million people, and this number is projected to reach 643 million in 2030, and 783 million in 2045. Indonesia is ranked fifth among the countries in the world. The country with the highest number of diabetes sufferers in the world. Implementation of community service is carried out in the form of education or providing information to provide public understanding about self-management of diabetes mellitus sufferers. The subjects or targets in this activity are the people who live in Huta III Tanjung Pasir, Tanah Jawa District, Simalungun Regency. The results of community service showed that before being given education, the majority of respondents' knowledge was 17 people (48.5%) lacking, 10 people had sufficient knowledge (28.6%), and 8 people (22.9%) had good knowledge. The majority of respondents' education knowledge was good, 29 people (82.8%), 6 people had sufficient knowledge (17.2%) and 0 people had poor knowledge. The results of this activity show that providing education on behavior management for diabetes sufferers had a positive impact on participants and there was an increase in participants' understanding before and after providing education.