Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Perubahan Kualitas Hidup DLQI Sebelum Dan Sesudah Penggunaan Krim Racikan Anti Jerawat Klinik Sukma Angelina, Chesia; Tansil Tan, Sukmawati
Health Information : Jurnal Penelitian Content Digitized
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Acne vulgaris is a disease of the pilosebaceous unit characterized by open or closed comedones, papules, pustules, nodules and cysts. Acne is one of the most common diseases that are treated by dermatologists and occurs mostly in adolescents. Quality of life is a person's perception of his existence in life, in the context of his value system culture and its relationship to goals, expectations, standards and concerns. It is a skin disease that can have an impact on the quality of life of the sufferer. Disruption of quality of life can have a negative psychological impact and can trigger emotional symptoms such as depression, anxiety, anger, and feelings of shame that have an impact on interpersonal relationships. Several factors can cause acne such as family history or genetics, hormones, environment, emotional stress, trauma, food, medications, and cosmetics. The purpose of this study was to find out the DLQI quality of life scores before and before the intervention and the significant difference in the DLQI quality of life before and before the use of Sukma Clinic's anti-acne cream. The method used in this study is an analytical observational study and the use of a cross-sectional design by distributing the DLQI questionnaire in the form of a g-form. Samples were taken sequentially by sampling, then analyzed using the Wilcoxon test. Of the 32 respondents suffering from acne vulgaris, there were 9 (28.13%) male respondents and 23 (71.87%) female respondents. In this study, it was found that the difference in the mean DLQI quality of life score before the intervention was 8.63±8.147 to 5.78±6.210 after with p=0.006.
Upaya Pencegahan TBC dengan Demonstrasi Etika Batuk di Wilayah Kerja Puskesmas Kresek, Tangerang Angelina, Chesia; Drew, Clement
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 (2024): OKTOBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jn.v8i2.23422

Abstract

Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular melalui udara yang ditularkan melalui batuk, bersin, atau pembuangan dahak yang tidak memadai. Dalam konteks global pada tahun 2021, sekitar 10,6 juta orang didiagnosis menderita TBC paru. Jumlah kasus yang dilaporkan di Indonesia adalah sekitar 969.000 pada tahun yang sama. Berdasarkan data Januari-Juli 2023, Puskesmas Kresek mencatat adanya peningkatan kasus baru TBC paru sebanyak 75 kasus. Meningkatkan kesadaran akan penyakit TBC paru di kalangan masyarakat Desa Kresek, menekankan pentingnya etika batuk yang benar dan praktik mencuci tangan yang efektif.: Intervensi ini dilakukan melalui pendekatan diagnosis komunitas, menggunakan Paradigma Blum untuk mengidentifikasi masalah dan metode Delphi tanpa skoring untuk menentukan prioritas masalah. Diagram tulang ikan digunakan untuk analisis akar permasalahan. Strategi intervensi, yang berfokus pada mendidik warga tentang teknik batuk yang benar, dirancang menggunakan pendekatan kerangka logis yang berorientasi pada tujuan. Angka kejadian kasus baru TBC paru di wilayah operasional Puskesmas Kresek tertinggi tercatat di Desa Kresek. Penilaian pra-intervensi untuk mengukur pemahaman tentang etika batuk yang benar di antara peserta menunjukkan bahwa hanya 6 dari 20 yang dapat melakukan etika batuk. Pasca intervensi, yang melibatkan demonstrasi komprehensif, semua peserta dapat melakukan etika batuk yang benar. Pendekatan diagnosis komunitas memastikan Desa Kresek memiliki prevalensi TB paru tertinggi. Melalui diagnosis ini, faktor-faktor yang berkontribusi diidentifikasi, dan intervensi yang ditargetkan diterapkan. Terdapat peningkatan yang signifikan dalam pemahaman masyarakat setempat tentang etika batuk yang efektif (p=0,002), yang mendorong langkah-langkah mitigasi penyebaran tuberkulosis di Desa Kresek.
Pola Terapi Diare Akut pada Balita Di Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi Sulawati, Ity; Cornelia, Celine; Feliks, Mikhael; N, Ivy Fu; Simatupang, Lestari; Angelina, Chesia; Christian, David; Rachmatullah, Fahmi
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 9 (2023): Volume 3 Nomor 9 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i9.11047

Abstract

ABSTRACT Acute diarrhea is one of the most common diseases found in Indonesia. The prevalence of acute diarrhea in Indonesia in 2018 reached 37.88%, in most cases, viral in origin. The mortality rate for acute diarrhea was high among children aged <5 years. This study was conducted to examine the therapy pattern of acute diarrhea in toddlers. This study aims to find out whether the pattern of therapy for acute diarrhea in toddlers at the Ciawi Regional General Hospital is in accordance with WHO therapy standards and how the pattern of therapy for acute diarrhea in toddlers at the Ciawi Regional General Hospital. This research is a descriptive and was conducted in the SMF Department of Pediatrics, Ciawi Hospital. Data collection is carried out retrospectively using medical records starting from April 01, 2022 to June 30, 2022. Out of 78 samples, children afflicted with acute diarrhea is predominantly male (65.5%), aged 1-1.5 years (28%), with mild-moderate dehydration (57.7%) requiring hospitalization (61.5%). The most frequently administered pharmacological therapy was zinc (94.9%) followed by probiotics (92.3%), while ORS (15.4%) and antibiotics (12.8%) were given only in selective cases. This study found that the treatment pattern for acute diarrhea in children at RSUD Ciawi was generally in line with guidelines for the management of acute diarrhea according to WHO standards, where only 4 (5.1%) patients were outpatients who missed out zinc prescription. Keywords: Acute Diarrhea, Antibiotics, Probiotics, Toddler, Zinc  ABSTRAK Diare akut adalah salah satu penyakit yang banyak ditemukan di Indonesia. Prevalensi diare akut di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 37,88%, sebagian besar disebabkan rotavirus. Angka mortalitas terbesar diare akut ditemukan pada anak usia <5 tahun. Karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menelaah kesesuaian pola terapi diare akut pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pola terapi diare akut pada balita di Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi sudah sesuai dengan standar terapi WHO dan bagaimana pola terapi diare akut pada balita di Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi. Penelitian ini bersifat deskriptif dan dilakukan dibagian SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ciawi. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan rekam medis mulai dari 01 April 2022 hingga 30 Juni 2022. Dari 78 sampel, ditemukan penderita diare akut paling banyak berjenis kelamin laki-laki (65,5%), berusia 1-1.5 tahun (28%), dengan derajat dehidrasi ringan-sedang (57,7%) hingga memerlukan rawat inap (61,5%). Terapi farmakologik yang paling banyak diberikan adalah zink (94,9%) lalu diikuti probiotik (92,3%), sedangkan oralit (15,4%) dan antibiotik (12,8%) hanya diberikan pada kasus selektif. Penelitian ini menemukan pola terapi diare akut pada anak di RSUD Ciawi secara umum sesuai dengan pedoman tatalaksana diare akut menurut standar WHO, dimana hanya 4 (5,1%) pasien rawat jalan yang tidak mendapat zink. Kata Kunci: Antibiotik, Balita, Diare akut, Probiotik, Zink