Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pendekatan Sintesis Narasi Sabat Tanah dan Tradisi Ma’pebulam serta Implementasinya Bagi Penanganan Krisis Ekologi Tanah dan Air Sucipto, Jimmy
SOPHIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol. 5 No. 1 (2024): SOPHIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/sophia.v5i1.216

Abstract

From this research, it was found that ecological crises, especially soil and water, can be prevented by providing space for soil and water to "breathe or rest for a while" and interpreting the word rest with postulates of the consequences that can be caused. The Mamasan people  understanding of the ma’pebulam tradition can be interpreted in a new understanding as God's way of playing the role of man in His care and resting His ecological creation through a mandate for humans as empowerment partners. From this research, it was found that ecological crisis that occurs to land and water can be prevented by providing an understanding that land and water must be given enough rest time for them to renew themselves, followed by a description of the consequences as a complement so that there is full attention to it. The ma’pebulam tradition emphasizes the importance of mystical matters that build community beliefs with consequences if they are not followed and the land sabbath as a 'commandment of God', followed by implications if it is not obeyed. The assertion of 'consequences' will allow space for mindfulness of the need for the land and water to 'breathe' or rest. Penelitian ini bertujuan memberikan sumbangsi dalam menciptakan keadilan ekologi dalam hal penanganan krisis tanah dan air, serta memberikan pemahaman baru terhadap masyarakat Mamasa mengenai tradisi ma’ pebulam. Metode penelitian yang digunakan adalah model teologi kontekstual yakni sintesis yang diperkenalkan oleh Stephen B. Bevans. Metode ini dilakukan dengan cara, penyusunan kembali elemen-elemen, penekanan pada kesamaan, atau bahkan penciptaan kerangka kerja teologis yang baru yang mencangkup bagian yang didialogkan tersebut. Dari penelitian ini ditemukan bahwa Krisis ekologis yang terjadi terhadap tanah dan air dapat dicegah dengan memberikan pemahaman bahwa tanah dan air harus diberikan waktu istirahat yang cukup baginya untuk memperbaharui “diri” namun diikuti dengan pemaparan akibat yang ditimbulkan sebagai pelengkap agar ada perhatian penuh terhadap hal tersebut. Tradisi ma’pebulam menegaskan betapa pentingnya hal-hal mistik yang membangun kepercayaan masyarakat dengan akibat jika tidak mengikutinya serta sabat tanah sebagai perintah Tuhan, yang juga diikuti akibat Ketika hal itu tidak dipatuhi. Penyataan akibat akan memberikan ruang untuk perhatian penuh bagi perlunya tanah dan air “bernapas sejenak” atau beristirahat.
Kritik Terhadap Pandangan Antroposentrisme: Membaca Mazmur 8:1-10 dengan Menggunakan Pendekatan Eco Hermeneutic Sucipto, Jimmy
ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 6, No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54024/illuminate.v6i2.224

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membebaskan teks dari pandangan Antroposentris absolut, yang dituangkan dalam praktik eksploitasi, atau agar teks dapat dipahami tanpa mengakibatkan praktik eksploitasi yang mengakibatkan krisis ekologi. Selain merujuk pada Kitab Kejadian 1:26-28, teks Perjanjian Lama juga menyatakan kekuasaan manusia dalam Mazmur 8:1-10. Manusia seakan diberikan kebebasan yang kemudian menganggap dirinya menguasai ciptaan lain, dan beberapa diantaranya diwujudkan dalam tindakan eksploitasi. Metode penelitian yang dipakai dalam teks terpilih adalah metode eco hermeneutic yang merupakan gagasan dari Norman Charles Habel. Metode yang ditawarkan Norman C. Habel memakai tiga pendekatan utama, yaitu menganalisis teks yang bernada Antroposentrisme, kemudian mengidentifikasi unsur ekologis dalam teks, dan yang terakhir merumuskan kedudukan peran lingkungan yang terdapat dalam teks. Pada akhir penelitan, ditemukan bahwa manusia bersama-sama dengan makhluk hidup lain termasuk bumi, adalah suatu kesatuan sebagai ciptaan Allah. Ciptaan lain bukanlah berbeda dari manusia, melainkan satu dalam ekosistem yang saling melengkapi. Kekuasaan yang dimiliki manusia terhadap makhluk lain, tidak bermakna tindakan sewenang sebagai penguasa yang lebih tinggi, namun lebih kepada kapasitas dan kemampuan dalam dirinya untuk menampakkan kasih Allah terhadap ciptaan-Nya yang lain.
Analisis Makna ‘Duduk di Sebelah Kanan Allah’ : Sebuah Kritik Eternal Subordination of the Son (ESS) dalam Kitab Injil dan Kisah Para Rasul Sucipto, Jimmy
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 5, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v5i1.114

Abstract

AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mengulas kembali atau memberikan paham dan penafsiran baru untuk beberapa dasar teks Perjanjian Baru yang menjadi dasar doktrinal Eternal Subordination of The Son (ESS), bahkan memberikan teks pengkritik yang mampu membendung bahkan meranjaukan paham ini serta memberikan paham pegangan doktrinal terhadap gereja. Metode yang gunakan adalah metode penelitian kualitatif yaitu metode atau pendekatan penelitian yang memberikan informasi sebanyak-banyaknya tentang objek penelitian, serta menjelaskan atau mendeskripsikan masalah atau keadaan dengan baik dengan angka maupun kata-kata. Penelitian ini juga berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan fakta yang ditemukan atau apa adanya. Setelah penelitian ini, ditemukan bahwa Yesus, Sang Anak ‘duduk di sebelah kanan Allah’ yakni Pribadi Putra dalam makna teologis bermakna mengalami peninggian dan kemulian serta kehormatan dengan sehakekat dengan atribut yang dimiliki Bapa. Penekanan makna ini bukan tentang subordinasi terhadap Putra melainkan bukti keesaan itu sendiri. Dasar Alkitabiah yang digunakan penganut paham ESS, bahkan memberikan bukti kesetaraan dan keesaan yaitu dari kekekalan antara Sang Bapa dan Sang Anak, dalam lingkup pra-Kenosis yang terjadi.Kata kunci : Kekekalan, Kesetaraan, Putra, Bapa, ESS
SPIRITUALITAS KEUGAHARIAN DAN DEFORESTASI : AMSAL AGUR BIN YAKE SEBAGAI NARASI KRITIK TERHADAP PRAKTIK EKSPLOITASI HUTAN Sucipto, Jimmy; Ma'dika, Markus; Denasita, Juliana Cancer; Kondolele, Ro'son; Tesalonika, Tesalonika
Jurnal STT Gamaliel Vol 7, No 2 (2025): Jurnal Gamaliel Vol. 7 No. 2 September 2025
Publisher : STT Gamaliel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38052/gamaliel.v7i2.338

Abstract

Praktik eksploitasi atau deforestasi yang berlebihan menjadi masalah utama dalam penelitian ini, dan tawaran terbaiknya adalah dengan spiritualitas keugaharian. Maka penulis menawarkan sebuah penelitian yang akan memberikan penjelasan tentang spirit keugaharian dari Agur bin Yake sebagai tanggapan dan kritik bahkan tawaran penanganan praktik ketidakadilan ekologis yakni eksploitasi hutan atau deforestasi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Dari penelitian ini ditemukan bahwa Agur bin Yake memberikan tawaran yang sangat penting tentang kesadaran keugaharian terhadap fokus masalah yakni pertimbangan akibat dan kesadaran akan keterbatasan kuantitas. Kata cukup dan kesederhanaan bersifat relatif, sehingga diperlukan pertimbangan akibat terhadap perkembangan dan perbuatan, dan kesadaran akan terbatasnya kuantitas, guna memberikan langkah praktis dari teologi keugaharian terhadap setiap aspek ekologis. Pertimbangan teologi dan etis menjadi bagian penting yang ditekankan Agur bin Yake.