Masa transisi menuju kedewasaan bagi Generasi Z sering kali diwarnai oleh berbagai tantangan kesehatan mental, meliputi stres, kecemasan, dan depresi. Kondisi ini berisiko memicu fenomena dewasa terfiksasi, suatu keadaan keterhambatan perkembangan psikologis yang ditandai oleh ketidakmatangan emosional dan penghindaran tanggung jawab. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara komprehensif konstruksi dewasa terfiksasi dan merumuskan jalur menuju dewasa yang sejahtera, yang didefinisikan oleh kematangan serta kesejahteraan psikologis. Dengan mengaplikasikan pendekatan kualitatif dan sintesis teoretis, penelitian ini mengidentifikasi akar masalah melalui dua kerangka utama yaitu fiksasi perkembangan dalam teori psikoanalitik Freud dan krisis identitas versus kebingungan peran dari Erik Erikson. Analisis diperkaya dengan data wawancara bersama psikolog klinis yang mengungkap faktor pemicu kontekstual, seperti dinamika keluarga yang disfungsi dengan pola asuh terlalu protektif, luka relasional, dan tekanan ekspektasi yang berlebihan. Faktor tersebut terbukti mendorong mekanisme koping maladaptif, terutama pelarian digital sebagai bentuk penghindaran. Sebagai antitesis, konsep dewasa yang sejahtera dibedah melalui enam dimensi Kesejahteraan Psikologis dari Ryff yang mencakup penerimaan diri, pertumbuhan pribadi, tujuan hidup, penguasaan lingkungan, kemandirian, dan relasi positif. Pada akhirnya, penelitian ini mengusulkan Logoterapi Viktor Frankl sebagai intervensi terapeutik yang efektif. Dengan berfokus pada kehendak untuk bermakna, Logoterapi secara langsung mengatasi kekosongan eksistensial yang menjadi inti dari kondisi terfiksasi, serta membingkai ulang tanggung jawab dan penderitaan sebagai jalan untuk menemukan makna, sehingga memfasilitasi transformasi menuju kedewasaan yang berfungsi penuh dan sejahtera.