Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Preventing Disruptive Behavior in Elementary School Students: An Academic Investigation from a Multicultural Islamic Education Lens Khoirotun, Ulfun; el yunusi, Muhammad Yusron Maulana
Paedagogia: Jurnal Pendidikan Vol 12 No 2 (2023): PAEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24239/pdg.Vol12.Iss2.460

Abstract

The objective of this study is to identify strategies for enhancing the social development of children within inclusive educational settings. The present study employs a qualitative research design and adopts a phenomenological framework. The study was conducted in SD Muhammadiyah 3, Ikrom Wage Sidoarjo, with a sample size of five individuals who were chosen as participants. The data collection process involved the utilisation of in-depth interviews and observation techniques, which were subsequently followed by data reduction and data display procedures. Subsequently, the data underwent analysis by the method of triangulation. The present study yielded the subsequent findings: The term "character" refers to the attributes, traits, and qualities that define an individual's personality and behaviour. It encompasses a The social attributes of pupils at SD Muhammadiyah 3 Ikrom were enhanced, encompassing virtues such as honesty, civility, social responsibility, tolerance, democracy, and justice. The process of enhancing character development is implemented for all students, especially those who possess exceptional requirements. The implementation of multicultural education is accomplished through two primary methods: firstly, by incorporating it into the curriculum across many disciplines taught in the classroom, and secondly, by fostering a school environment that embraces and upholds the principles and values of multicultural education. The process of integrating subjects is facilitated with the active participation of educators who have received specialised training. Educators receive periodic training sessions focused on strategies and approaches for instructing students with exceptionalities. In the context of educational institutions, the process of school acculturation is often implemented during the initial orientation phase for incoming students. During student orientation, it is crucial to prioritise the instruction of habits and fostering a sense of acceptance towards individuals with diverse backgrounds.
Relevansi Teori Behavioristik ‘Classical Cinditioning’ Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Didik Pada Kelompok Belajar Anggrek Taman Sidoarjo Amelia Nasucha, Juli; Ismail, Moh; Khoirotun, Ulfun
JOURNAL OF EARLY CHILDHOOD EDUCATION STUDIES Vol 1 No 2 (2021): Desember
Publisher : Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini STAI YPBWI Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.224 KB) | DOI: 10.54180/joeces.2021.1.2.110-142

Abstract

Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan pada anak usia dini adalah dengan menggunakan pembiasaan. Pembiasaan merupakan salah satu metode belajar dari aliran behavioristik. Guru melakukan berbagai pengkondisian agar anak didik dapat mengikuti setiap pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualiitatif yang berusaha menjawab sebuah permasalahan tentang relevansi teori classical conditioning dalam meningkatkan kemampuan motorik anak didik usia dini. Menggunakan pendekatan naturalistik, penelitian ini menjadikan kelompok belajar Anggrek sebagai subyek penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa classical conditioning dilaksanakan dalam tiga bentuk yakni 1) Pengkondisian kelas menggunakan bel sekolah, 2) Pengkondisian kelas menggunakan nyanyian atau lagu tertentu, dan 3) Pengkondisian kelas melalui sapaan dan ucapan salam. Pengkondisian yang dilakukan guru dapat meningkatkan motorik anak didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kesimpulan akhir penelitian ini menyatakan bahwa pengkondisian klasik (classical conditioning) masih relevan digunakan pada pembelajaran anak usia dini.
Sakaya: Balia Tradition Transformation in The Kaili Tribe Community of Palu, Central Sulawesi Fakhrurrozi, Hatta; Mashuri, Saepudin; Haeba, Ilham Dwitama; Khoirotun, Ulfun
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 24, No 2 (2022): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/eh.v24i2.17238

Abstract

The social changes of the Palu community after the 2018 disaster affected the values, attitudes, behaviors, and perspectives of some religious groups in society, which in turn forced the Balia tradition to transform as an adaptive step. This qualitative research aims to find the transformation of Balia by using an ethnographic approach. The research location was in the cities of Palu and Sigi. The sample was determined twice using the snowball technique and convenience sampling, which resulted in five respondents. Data was collected using depth interviews and analyzed using triangulation. This study found that Balia has transformed into a new form adapted to the community's needs and demands, called Sakaya. The term Sakaya is intended for someone who can be a medium or a means of communication with supernatural beings. Sakaya is not a colossal ritual but a personal ritual. The transformation occurs in the second aspect of Balia and does not leave the primary aspect. As a result, these rituals have become more effective, efficient, inexpensive, and easily accessible to the public. Another finding of this research is that the function of the Sakaya is extended beyond Balia, which includes economic, social, and political aspects, which makes it more acceptable in the social life of the Kaili tribal community. Perubahan sosial masyarakat Palu pasca bencana 2018 berdampak pada nilai, sikap, perilaku, dan cara pandang sebagian kelompok agama di masyarakat, yang pada gilirannya memaksa tradisi Balia bertransformasi sebagai langkah adaptif. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menemukan transformasi Balia dengan menggunakan pendekatan etnografi. Lokasi penelitian berada di kota Palu dan Sigi. Penentuan sampel dilakukan sebanyak dua kali dengan teknik snowball dan convenience sampling, yang menghasilkan lima responden. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan dianalisis menggunakan triangulasi. Kajian ini menemukan bahwa Balia telah menjelma menjadi bentuk baru yang telah disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, yang disebut Sakaya. Istilah Sakaya ditujukan untuk seseorang yang mampu menjadi media atau sarana komunikasi dengan makhluk gaib. Sakaya bukanlah ritual kolosal, melainkan ritual pribadi. Transformasi terjadi pada aspek sekunder Balia dan tidak meninggalkan aspek primer. Alhasil, ritual-ritual tersebut menjadi lebih efektif, efisien, murah, dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Temuan lain dari penelitian ini adalah bahwa fungsi Sakaya diperluas di luar Balia, yang meliputi aspek ekonomi, sosial, dan politik, yang membuatnya lebih dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat suku Kaili.