Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Peran Bimbingan Konseling dalam Pengembangan Bakat Peserta Didik di Sanggar Bimbingan Kuala Langat Malaysia Hawari, Reza; Hasibuan, M. Fauzi; Fanreza, Robie; Noor, Ady Ferdian; Hastuti, Weni
Jurnal Keilmuan dan Keislaman Vol. 3, No. 3, September 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jkk.v3i3.164

Abstract

Penelitian ini membahas proses pengembangan potensi diri peserta didik dalam mengembangkan bakat di Sanggar Bimbingan Kuala Langat, Malaysia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran bimbingan konseling dalam pengembangan bakat pada diri peserta didik. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian yaitu 16 peserta didik, 2 guru, dan 1 pengelola. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Proses pengembangan diri bergantung pada kreativitas guru, pengelola, dan tenaga kependidikan lainnya. Peserta didik dapat mengembangkan bakatnya karena mereka melaksanakan komitmen awal belajar dengan baik dan disiplin sehingga tercapai target dan keinginan masing-masing peserta didik.
Peran Bimbingan Konseling dalam Pengembangan Bakat Peserta Didik Hawari, Reza; Fauzi Hasibuan, M; Ngayomi Yudha Wastuti, Sri; Fanreza, Robie
Murhum : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 4 No. 2 (2023): Desember
Publisher : Perkumpulan Pengelola Jurnal (PPJ) PAUD Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/murhum.v4i2.338

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran bimbingan konseling dalam mengembangkan bakat peserta didik di Sanggar Bimbingan Kuala Langat. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek penelitian meliputi 16 peserta didik, 2 guru, dan 1 pengelola sanggar bimbingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan bakat peserta didik di Sanggar Bimbingan Kuala Langat didasarkan pada kemandirian peserta didik dalam memilih dan mengembangkan bakatnya. Peran bimbingan konseling adalah sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam membentuk potensi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik sehingga bakat yang dimiliki dapat berkembang secara optimal. Peran utama bimbingan konseling adalah memberikan arahan dan motivasi agar peserta didik memahami pentingnya mengembangkan bakat. Simpulan penelitian ini adalah proses pengembangan bakat peserta didik di Sanggar Bimbingan Kuala Langat dilakukan berdasarkan kemandirian dari peserta didik, dengan dukungan fasilitasi dari bimbingan konseling dalam bentuk pemberian arahan dan motivasi bagi pengembangan diri peserta didik. Peran utama bimbingan konseling adalah memastikan tumbuhnya kesadaran peserta didik akan pentingnya mengoptimalkan dan mengembangkan bakat yang dimiliki demi kontribusi terhadap diri sendiri dan lingkungan sosialnya.
Bimbingan Konseling Dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa: Tinjauan Literatur Hawari, Reza; Syahfitri, Ayunda; Lesmana, Gusman
GUIDING WORLD (BIMBINGAN DAN KONSELING) Vol 7 No 2 (2024): GUIDING WORLD ( JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING)
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/gw.v7i2.2053

Abstract

Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat dibutuhkan oleh siswa untuk menghadapi tantangan di abad ke-21. Bimbingan konseling di sekolah memiliki peran penting dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa melalui berbagai kegiatan dan intervensi yang dirancang secara khusus. Tinjauan literatur ini bertujuan untuk mengeksplorasi strategi, metode, dan pendekatan yang dapat digunakan oleh guru bimbingan konseling dalam upaya mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil tinjauan literatur menunjukkan bahwa konseling kelompok, pendekatan experiential learning, kerjasama dengan guru mata pelajaran, pelatihan keterampilan berpikir kritis, serta keterlibatan orang tua merupakan beberapa strategi yang efektif dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa melalui bimbingan konseling. Masing-masing strategi tersebut telah terbukti efektif melalui penelitian-penelitian empiris. Namun, dalam mengimplementasikan strategi-strategi tersebut, terdapat tantangan seperti kurangnya pemahaman tentang pentingnya keterampilan berpikir kritis dan terbatasnya sumber daya yang harus diatasi. Diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, serta penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi strategi dan metode baru yang lebih efektif dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa melalui bimbingan konseling.
Urgensi Bimbingan Konseling Dalam Pengembangan Bakat Dan Minat Peserta Didik Hawari, Reza
Biblio Couns : Jurnal Kajian Konseling dan Pendidikan Vol 7, No 1 (2024): Maret 2024
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UMSU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/bibliocouns.v7i1.23965

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran bimbingan konseling dalam mengembangkan bakat peserta didik di Sanggar Bimbingan Kuala Langat. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek penelitian meliputi 16 peserta didik, 2 guru, dan 1 pengelola sanggar bimbingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan bakat peserta didik di Sanggar Bimbingan Kuala Langat didasarkan pada kemandirian peserta didik dalam memilih dan mengembangkan bakatnya. Peran bimbingan konseling adalah sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam membentuk potensi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik sehingga bakat yang dimiliki dapat berkembang secara optimal. Peran utama bimbingan konseling adalah memberikan arahan dan motivasi agar peserta didik memahami pentingnya mengembangkan bakat. Simpulan penelitian ini adalah proses pengembangan bakat peserta didik di Sanggar Bimbingan Kuala Langat dilakukan berdasarkan kemandirian dari peserta didik, dengan dukungan fasilitasi dari bimbingan konseling dalam bentuk pemberian arahan dan motivasi bagi pengembangan diri peserta didik. Peran utama bimbingan konseling adalah memastikan tumbuhnya kesadaran peserta didik akan pentingnya mengoptimalkan dan mengembangkan bakat yang dimiliki demi kontribusi terhadap diri sendiri dan lingkungan sosialnya.
DAMPAK BUDAYA DAN IDENTITAS TERHADAP PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR Hawari, Reza; Asbi; Fitri, Nabilla Hidayatul; Syaramadanti, Fitri
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 9 No. 2 (2025): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konseling merupakan profesi yang bertujuan membantu individu mengatasi permasalahan hidup dan mengembangkan potensi diri secara optimal. Dalam proses konseling, hubungan antara konselor dan klien sangat penting. Oleh karena itu, pengembangan pribadi konselor menjadi krusial agar dapat membangun hubungan terapeutik yang efektif. Salah satu faktor yang memengaruhi pengembangan pribadi konselor adalah budaya dan identitas. Budaya mencakup nilai-nilai, kepercayaan, tradisi, dan norma yang dianut suatu kelompok masyarakat, sedangkan identitas merujuk pada cara individu mendefinisikan diri terkait karakteristik seperti ras, etnis, gender, orientasi seksual, agama, dan status sosial-ekonomi. Konselor yang berasal dari latar belakang budaya dan identitas berbeda dengan klien dapat mengalami kesulitan memahami perspektif klien secara mendalam, sehingga berpotensi menimbulkan kesalahpahaman. Penelitian menunjukkan bahwa konselor yang memiliki kepekaan budaya dan pemahaman baik tentang identitas diri sendiri serta identitas klien akan lebih mampu membangun ikatan terapeutik efektif, memahami perspektif klien secara mendalam, dan memberikan intervensi yang tepat sesuai konteks budaya dan identitas klien. Oleh karena itu, konselor perlu mengembangkan kesadaran diri, kemampuan memahami dan menghargai budaya serta identitas klien, dan keterampilan komunikasi lintas budaya yang efektif. Pengembangan pribadi konselor terkait budaya dan identitas merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan komitmen jangka panjang. Konselor perlu terus merefleksikan dan mengevaluasi praktik mereka, serta berupaya meningkatkan kepekaan budaya, pemahaman identitas, dan keterampilan komunikasi lintas budaya agar dapat memberikan layanan konseling yang efektif, relevan, dan sensitif. Abstract Counseling is a profession that aims to help individuals overcome life problems and develop their potential optimally. In the counseling process, the relationship between the counselor and the client is very important. Therefore, the counselor's personal development is crucial in order to build an effective therapeutic relationship. One of the factors that influence the counselor's personal development is culture and identity. Culture includes the values, beliefs, traditions, and norms adopted by a community group, while identity refers to how individuals define themselves in terms of characteristics such as race, ethnicity, gender, sexual orientation, religion, and socio-economic status. Counselors who come from different cultural backgrounds and identities than their clients may have difficulty understanding the client's perspective in depth, potentially causing misunderstandings. Research shows that counselors who have cultural sensitivity and a good understanding of their own identity and the identity of the client will be better able to build an effective therapeutic bond, understand the client's perspective in depth, and provide appropriate interventions according to the client's cultural context and identity. Therefore, counselors need to develop self-awareness, the ability to understand and appreciate the client's culture and identity, and effective cross-cultural communication skills. Counselor personal development related to culture and identity is an ongoing process that requires long-term commitment. Counselors need to continue to reflect on and evaluate their practice, and strive to improve cultural sensitivity, understanding of identity, and cross-cultural communication skills in order to provide effective, relevant, and sensitive counseling services.
DAMPAK BUDAYA DAN IDENTITAS TERHADAP PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR Hawari, Reza; Asbi; Fitri, Nabilla Hidayatul; Syaramadanti, Fitri
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 9 No. 2 (2025): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konseling merupakan profesi yang bertujuan membantu individu mengatasi permasalahan hidup dan mengembangkan potensi diri secara optimal. Dalam proses konseling, hubungan antara konselor dan klien sangat penting. Oleh karena itu, pengembangan pribadi konselor menjadi krusial agar dapat membangun hubungan terapeutik yang efektif. Salah satu faktor yang memengaruhi pengembangan pribadi konselor adalah budaya dan identitas. Budaya mencakup nilai-nilai, kepercayaan, tradisi, dan norma yang dianut suatu kelompok masyarakat, sedangkan identitas merujuk pada cara individu mendefinisikan diri terkait karakteristik seperti ras, etnis, gender, orientasi seksual, agama, dan status sosial-ekonomi. Konselor yang berasal dari latar belakang budaya dan identitas berbeda dengan klien dapat mengalami kesulitan memahami perspektif klien secara mendalam, sehingga berpotensi menimbulkan kesalahpahaman. Penelitian menunjukkan bahwa konselor yang memiliki kepekaan budaya dan pemahaman baik tentang identitas diri sendiri serta identitas klien akan lebih mampu membangun ikatan terapeutik efektif, memahami perspektif klien secara mendalam, dan memberikan intervensi yang tepat sesuai konteks budaya dan identitas klien. Oleh karena itu, konselor perlu mengembangkan kesadaran diri, kemampuan memahami dan menghargai budaya serta identitas klien, dan keterampilan komunikasi lintas budaya yang efektif. Pengembangan pribadi konselor terkait budaya dan identitas merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan komitmen jangka panjang. Konselor perlu terus merefleksikan dan mengevaluasi praktik mereka, serta berupaya meningkatkan kepekaan budaya, pemahaman identitas, dan keterampilan komunikasi lintas budaya agar dapat memberikan layanan konseling yang efektif, relevan, dan sensitif. Abstract Counseling is a profession that aims to help individuals overcome life problems and develop their potential optimally. In the counseling process, the relationship between the counselor and the client is very important. Therefore, the counselor's personal development is crucial in order to build an effective therapeutic relationship. One of the factors that influence the counselor's personal development is culture and identity. Culture includes the values, beliefs, traditions, and norms adopted by a community group, while identity refers to how individuals define themselves in terms of characteristics such as race, ethnicity, gender, sexual orientation, religion, and socio-economic status. Counselors who come from different cultural backgrounds and identities than their clients may have difficulty understanding the client's perspective in depth, potentially causing misunderstandings. Research shows that counselors who have cultural sensitivity and a good understanding of their own identity and the identity of the client will be better able to build an effective therapeutic bond, understand the client's perspective in depth, and provide appropriate interventions according to the client's cultural context and identity. Therefore, counselors need to develop self-awareness, the ability to understand and appreciate the client's culture and identity, and effective cross-cultural communication skills. Counselor personal development related to culture and identity is an ongoing process that requires long-term commitment. Counselors need to continue to reflect on and evaluate their practice, and strive to improve cultural sensitivity, understanding of identity, and cross-cultural communication skills in order to provide effective, relevant, and sensitive counseling services.