Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Fototerapi Terhadap Mikrobioma Kulit dan Keparahan Penyakit Pada Pasien Dermatitis Atopik: Effect of Phototherapy on Skin Microbiome and Disease Severity in Atopic Dermatitis Patients Earlia, Nanda; Elfa Wirdani Fitri; Bulqiah, Mikyal; Tasrif, Aqil Yuniawan
Journal of Medical Science Vol 5 No 1 (2024): Journal of Medical Science
Publisher : LITBANG RSUDZA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55572/jms.v5i1.139

Abstract

Dermatitis atopik (DA) merupakan salah satu penyakit inflamasi kronis bersifat gatal dan residif. Pasien DA cenderung mengalamiinfeksi kulit yang dapat memperparah dan mencetus kekambuhan. Modalitas tatalaksana DA sedang dan berat terkini adalah penggunaan fototerapi. Fototerapi dengan menggunakan Narrowband-UVB (NB-UVB) dapat dipertimbangkan sebagai terapi lini kedua pasien DA sedang dan berat setelah gagal terapi lini pertama. Selain efek antiinflamasi, fototerapi NB-UVB memiliki efek antibiotik sehingga bermanfaat dalam mengatasi infeksi kulit pada pasien DA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiefektivitas pemberian fototerapi terhadap mikrobioma kulit dan keparahan penyakit DA. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis(clinical trials) desain paralel dengan matching. Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita DA yang berobat di poliklinik kulit dankelamin RSUDZA yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Sebanyak 20 pasien terlibat dalam penelitian ini, yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan yaitu pasien yang diterapi dengan fototerapi sebanyak 2 kali per minggu, selama 4 minggu dan kelompok kontrol tanpa fototerapi. Pemeriksaan keparahan penyakit dengan parameter SCORAD, EASI, ADSI, TEWL dan Scap sertaswab kulit untuk deteksi mikrobioma dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Hasil analisa menggunakan uji t tidak berpasanganmenunjukkan pemberian fototerapi selama 8 kali secara signifikan mengurangi keparahan penyakit dengan parameter SCORAD, EASI, ADSI, TEWL dan Scap (nilai p<0.05) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Namun, tidak halnya dengan mikrobioma kulit(p>0.05).
An Intriguing Case of Erythroderma Possibly Related to Psoriasis Vulgaris Earlia, Nanda; Umborowati, Menul Ayu; Tasrif, Aqil Yuniawan; Pradistha, Aldilla; Liana, Mahda Rizki; Bulqiah, Mikyal
Indonesian Journal of Case Reports Vol. 1 No. 1 (2023): August 2023
Publisher : Heca Sentra Analitika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60084/ijcr.v1i1.56

Abstract

Erythroderma or generalized exfoliating dermatitis is an inflammatory disease characterized by erythema and thickened scales. A woman, 34 years old, was consulted with complaints of red spots accompanied by blisters and peeling skin almost all over her body for 4 days. Complaints are accompanied by itching and burning sensations. The patient had experienced complaints like this 5 months ago and had been treated at three different hospitals. Physical examination found in the facial region, thorax, superior and inferior right and left extremities, erythematous patches with diffuse borders, thick scales, erosions, and a generalized distribution. The patient's fingernails were found to have a change in shape (pitting nails). Examination of the ANA profile was negative, IgE atopy did not show an allergic reaction to a specific allergen, and histopathological examination was within normal limits. The patient was diagnosed with erythroderma based on psoriasis vulgaris. Treatment includes injection of methylprednisolone, cetirizine 10 mg tablets, and wound care with wet gauze and topical cream. After giving therapy, the patient's clinical improvement. Erythroderma occurs because of an underlying condition and cannot be prevented by itself. Erythroderma because of an underlying inflammatory skin condition usually resolves with treatment but can recur at any time. Overall, the prognosis for erythroderma depends on the underlying cause and is generally good if the underlying disease can be treated effectively.
Herpes Zoster Sakral Menyerupai Herpes Simpleks Genital pada Pasien Diabetes Melitus: Sebuah Kasus Jarang: Herpes Zoster Sacral Looking Like Genital Herpes Simplex in Patients with Diabetes Mellitus: A Rare Case Tasrif, Aqil Yuniawan; Maulida, Mimi; Vella, Vella; Pradistha, Aldilla; Thahir, Tanziela
Media Dermato-Venereologica Indonesiana Vol 51 No 4 (2024): Media Dermato Venereologica Indonesiana
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33820/mdvi.v51i4.442

Abstract

   Herpes zoster (HZ) merupakan keadaan akut infeksi virus pada kulit yang disebabkan oleh adanya reaktivasi dari virus varisela zoster. Tampilan klinis HZ umumnya terbatas pada satu dermatom. Herpes zoster sakral merupakan kasus yang jarang terjadi. Diabetes melitus dapat meningkatkan risiko terjadinya herpes zoster. Dilaporkan satu kasus herpes zoster sakral pada pasien laki-laki berusia 48 tahun. Pada pemeriksaan status dermatologi dijumpai pada regio penis, skrotalis sinistra, dan gluteus maksimus sinistra, tampak vesikel berkelompok, multipel, lentikuler hingga gutata, susunan zosteriformis, dan distribusi sesuai dermatom. Pemeriksaan tes Tzank dijumpai sel datia berinti banyak. Pasien diterapi dengan valasiklovir 500 mg 3 kali 2 tablet per hari. Setelah pengobatan selama 1 minggu, herpes zoster sakral mengalami perbaikan dan keluhan penyerta seperti rasa gatal dan rasa perih mulai berkurang.