Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Urgensi Uji Pemompaan (Pumping Test) pada Kawasan Pertanian Rakyat di Kabupaten Takalar Panguriseng, Darwis; Lahming, Lahming; Ali, Muhammad Yunus
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 24 No. 1 (2024): Ecosystem Vol. 24 No 1, Januari - April Tahun 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v24i1.4282

Abstract

Dalam sudut pandang keberlanjutan lingkungan sebelum cadangan dalam akuifer dieksploitasi seharusnya dilakukan pumping test, sehingga tindakan pengambilan air tanah tidak akan memberikan dampak negatif terhadap ekosistem. Akan tetapi di kalangan petani tradisional, mereka mengambil air tanah dilakukan kapan dan dimana saja sesuai kebutuhannya dan umumnya pengambilan air tanah dilakukan secara tak terkendali, tanpa mempertimbangkan kapasitas akuifer yang ada. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi akuifer air tanah dangkal yang diekploitasi oleh petani rakyat di Kabupaten Takalar, khususnya di Kecamatan Galesong. Dari pumping test yang dilakukan terhadap 5 unit sumur petani, kesemuanya menunjukkan indikasi bahwa volume air tanah yang mereka ambil sudah melampaui kapasitas akuifer air tanah dangkal di kawasan tersebut. Pembiaran tindakan petani di kawasan tersebut secara drastic telah menurunkan elevasi muka air tanah yang signifikan, yang mana muka air tanah pada awal tahun 1990-an (sebelum eksploitasi akuifer) masih berada pada elevasi –1,00 s/d –2,00 meter, sedangkan kondisi sekarang – 4 s/d – 6 meter di bawah permukaan tanah. Kondisi ini sudah pada taraf kritis, dan telah membutuhkan kehadiran pemerintah daerah untuk mengatur letak dan volume pengambilan air tanah yang berwawasan lingkungan. From an environmental sustainability point of view, before the reserves in the aquifer are exploited, a pumping test should be carried out, so that groundwater extraction will not have a negative impact on the ecosystem. However, among traditional farmers, they extract groundwater whenever and wherever according to their needs and generally groundwater extraction is carried out uncontrolled, without considering the capacity of the existing aquifer. Therefore, this research aims to evaluate the condition of shallow groundwater aquifers exploited by smallholder farmers in Takalar Regency, especially in Galesong District. From pumping tests carried out on 5 farmers' well units, all of them showed indications that the volume of groundwater they extracted had exceeded the capacity of the shallow groundwater aquifer in the area. The inaction of farmers in this area has drastically reduced the groundwater level significantly, where the groundwater level in the early 1990s (before aquifer exploitation) was still at an elevation of –1.00 to –2.00 meters, while the current conditions are – 4 to – 6 meters below the ground surface. This condition is at a critical level, and requires the presence of local governments to regulate the location and volume of groundwater extraction in an environmentally sound manner.
Perubahan Iklim dan Resiko Bencana Banjir dalam Kondisi Eksisting Drainase Kota yang Tidak Berkelanjutan: Studi Kasus: Pada Kanal Jongaya, Kota Makassar Panguriseng, Darwis; Mahmuddin, Mahmuddin; Kuba, Muh. Syafaat S.
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 24 No. 3 (2024): Ecosystem Vol. 24 No 3, September - Desember Tahun 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v24i3.5400

Abstract

Siklus air adalah mekanisme keseimbangan bumi yang paling nyata terpengaruh oleh pemanasan global. Hal ini menciptakan efek domino pada elemen cuaca, seperti intensitas dan frekuensi curah hujan serta perubahan distribusi air dalam sistem hidrologi yang memicu perubahan iklim. Perubahan iklim meningkatkan curah hujan dan frekuensi hujan, yang berdampak pada efektivitas fungsi saluran dan drainase. Salah satu kasus yang dianalisis adalah keberlanjutan Kanal Jongaya di Makassar, yang hampir setiap tahun mengalami kelebihan kapasitas hingga menyebabkan banjir. Hasil analisis menunjukkan bahwa kapasitas Kanal Jongaya tidak lagi mampu menampung debit banjir tahunan akibat peningkatan curah hujan selama dua dekade terakhir. Tidak ada alternatif mitigasi atau adaptasi yang dapat diterapkan pada prasarana kanal tersebut selain pembangunan kanal baru dengan perencanaan yang komprehensif. Selain itu, penulis menyarankan beberapa langkah, seperti melakukan penelitian untuk menganalisis dampak reklamasi pantai terhadap fungsi Kanal Jongaya, meninjau kebijakan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang memengaruhi penurunan ruang terbuka hijau di sekitar kanal, serta melakukan studi kelayakan untuk membangun kolam retensi atau kolam regulasi sebagai solusi untuk mengurangi beban volume banjir di kawasan tersebut. The water cycle is a key mechanism for Earth's balance that is significantly affected by global warming. This creates a domino effect on weather elements, such as the intensity and frequency of rainfall, as well as the redistribution of water within the hydrological system, ultimately triggering climate change. Climate change increases rainfall intensity and frequency, impacting the effectiveness of drainage and channel systems on the Earth's surface. One analyzed case is the sustainability of the Jongaya Canal in Makassar, which nearly every year experiences overcapacity, leading to floods. The analysis revealed that the Jongaya Canal’s capacity can no longer accommodate the annual flood discharge due to increased rainfall intensity over the past two decades. There are no viable mitigation or adaptation measures for the existing canal infrastructure other than building a new canal with comprehensive planning. Additionally, the authors suggest several steps, including conducting research to analyze the impact of coastal reclamation on the functionality of the Jongaya Canal, reviewing building permit (IMB) policies that influence the reduction of green open spaces around the canal, and conducting feasibility studies to construct retention ponds or regulation ponds as solutions to reduce the flood volume burden in the area.
Analisis Kapasitas Kanal Pannampu Dalam Menunjang Eksistensi Sistem Drainase Berkelanjutan Kota Makassar Panguriseng, Darwis; Kuba, Muh. Syafaat S.; Djunur, Lutfi Hair
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 25 No. 1 (2025): Ecosystem Vol. 25 No 1, Januari - April Tahun 2025
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v25i1.5920

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kapasitas Kanal Pannampu di Makassar sebagai sistem drainase primer dalam menghadapi permasalahan banjir. Metode yang digunakan meliputi prediksi debit banjir maksimum dengan memperhitungkan peningkatan curah hujan sebesar 10% akibat perubahan iklim, serta analisis komparatif antara potensi debit banjir dan kapasitas eksisting kanal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kanal Pannampu, dengan kapasitas 29,58 m³/det dan catchment area 6,92 km², tidak mampu menampung volume banjir tahunan yang terjadi saat ini. Selain itu, tindakan mitigasi yang ada hampir tidak efektif. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan kanal baru dengan perencanaan yang komprehensif untuk meningkatkan kapasitas drainase dan memastikan keberlanjutan fungsi sistem drainase di kota Makassar. This study aims to analyze the capacity of the Pannampu Canal in Makassar as a primary drainage system in dealing with flood problems. The methods used include prediction of maximum flood discharge by taking into account a 10% increase in rainfall due to climate change, as well as a comparative analysis between potential flood discharge and existing canal capacity. The results of the study indicate that the Pannampu Canal, with a capacity of 29.58 m³/sec and a catchment area of 6.92 km², is unable to accommodate the current annual flood volume. In addition, existing mitigation measures are almost ineffective. Therefore, it is necessary to build a new canal with comprehensive planning to increase drainage capacity and ensure the sustainability of the drainage system function in the city of Makassar.