Lamban Langgakh merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Desa Bojongkoneng yang digunakan untuk mengurangi dampak akibat bencana longsor. Namun, seiring berjalannya waktu kearifan lokal yang ada mulai ditinggalkan. Riset ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik Lamban Langgakh dalam mitigasi bencana longsor, menganalisis pengaruh sosiodemografi, kepercayaan, dan pengetahuan terhadap persepsi masyarakat, serta memberikan rekomendasi strategi kebijakan terhadap eksistensi Lamban Langgakh. Metode pengambilan data yaitu wawancara dengan penyebaran kuesioner kepada responden dan in-depth interview kepada key person. Analisis data yang digunakan yaitu etnografi, regresi linier berganda, dan analisis stakeholder. Hasil riset menunjukkan bahwa karakteristik rumah panggung tidak mengalami kerusakan berarti ketika terjadi pergeseran tanah. Variabel pengetahuan, persepsi, dan kepercayaan berpengaruh positif terhadap minat penggunaan Lamban Langgakh. Stakeholder Kecamatan Babakan Madang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, dan Pemerintah Desa Bojongkoneng berpengaruh secara langsung terhadap eksistensi Lamban Langgakh. Strategi pengembangan Lamban Langgakh ditinjau berdasarkan empat faktor yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi yang secara umum masih butuh dilakukan untuk saling berkaitan dan keterlibatan. Lamban Langgakh is a form of local wisdom of the Bojongkoneng Village community that is used to reduce the impact of landslides. However, as time passed, existing local wisdom began to be abandoned. This research aims to identify the characteristics of Lamban Langgakhin mitigating landslides, analyze the influence of socio-demographics, beliefs, and knowledge on community perceptions, and provide recommendations for policy strategies regarding the existence of Lamban Langgakh. The data collection methods are questionnaires distributed to respondents and in-depth interviews with critical persons. The data analyses used were ethnography, multiple linear regression, and stakeholder analysis. The research results show that the characteristics of the stilt house do not experience significant damage when the ground shifts. The variables of knowledge, perception, and trust have a positive effect on interest in using Lamban Langgakh. Babakan Madang District stakeholders, the Bogor Regency Culture and Tourism Office, and the Bojongkoneng Village Government directly influence Lamban Langgakh's existence. The Lamban Langgakh development strategy is reviewed based on four factors: planning, organizing, implementing, and evaluating, which generally still need to be interconnected and involved.