Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

A Comparative Study of Exegesis in Al-Munir Fi Al-Aqidah Wa Al-Syari’ah Wa Al-Manhaj and Tafsir Al-Mizan Fi Tafsir Al-Qur’an Regarding Leadership Verses Permana, Asep Amar; Zulaiha, Eni
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 7, No 1 (2024): Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
Publisher : Program Studi Studi Agama-Agama Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/hanifiya.v7i1.34216

Abstract

The purpose of this writing is to explore the school of exegesis and the comparative interpretation of leadership verses in Al-Munir Fi Al-Aqidah Wa Al-Syari’ah Wa Al-Manhaj and Tafsir Al-Mizan Fi Tafsir Al-Qur’an. The research method employed in this writing is qualitative and analytical-descriptive. The initial step in this research is to trace the Quranic verses related to leadership in both exegeses. Then, a comparison is made between their interpretations, and the differences in their exegesis schools are analyzed. It was found in this study that the exegesis school of Al-Munir Fi Al-Aqidah Wa Al-Syari’ah Wa Al-Manhaj tends towards the Sunnah interpretation, using the tahlili method, employing a combined approach of exegesis between bi al-ma’tsur and bi ar-ra’y which has a literary, social, and fiqh-oriented interpretation style. Meanwhile, Tafsir Al-Mizan Fi Tafsir Al-Qur’an represents the Shia interpretation, utilizing the tahlili method and heavily relying on its sources, which have a theological or philosophical orientation. In interpreting leadership verses in both exegeses, the author found one such verse in Surah An-Nisa [4]: 58-59, which is one of the Sunnah leadership verses regarding trustworthiness in leadership, and in Surah Al-Maidah [5]: 67, which is one of the well-known Shia leadership verses concerning propagation.
Understanding Religion, Human Rights, and Conflict: Philosophical and Sociological Perspectives Permana, Asep Amar
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 7, No 2 (2024): Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
Publisher : Program Studi Studi Agama-Agama Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/hanifiya.v7i2.35901

Abstract

The purpose of this writing is to know the concepts of religion and human rights, freedom of expression, multiculturalism, conflict and conflict resolution from philosophical and sociological perspectives. The research method used in this writing is library research. The results of this study found that from a philosophical perspective, religion, especially Islam, and human rights both are a unity that has values from God Almighty. While freedom of expression is the right of every individual, and multicultural includes the concept of cultural equality itself, which certainly triggers several conflicts in the form of disputes, then there is a settlement process called conflict resolution. As for the sociological perspective, religion and human rights are social facts, freedom of expression is a manifestation of both, multicultural is a difference from each side whether culture or race, conflict and conflict resolution are social processes and their resolution.
Hubungan Tuhan dan Manusia dalam QS. Al-Alaq Ayat 1-5 Tafsir Lenyepaneun Karya Moh. E. Hasim Permana, Asep Amar
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 4 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i4.31044

Abstract

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui tentang hubungan Tuhan dan manusia yang terdapat dalam QS. al-Alaq ayat 1-5 penafsiran Moh. E. Hasim dalam tafsirnya Ayat Suci Lenyepaneun. Metode penelitian yang dilakuakan dalam penulisan ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif analitis. Langkah awal melakukan penelusuran mengenai ayat al-Quran yang berkaitan dengan ketauhidan yakni yang berhubungan antara Tuhan dengan manusia, kemudian ditemukan QS. al-Alaq ayat 1-5 dan ditafsirkan dengan menggunakan kitab tafsir ayat suci lenyepaneun yang dikarang oleh Moh. E. Hasim, kemudian menganalisis penafsirannya, selanjutnya penulis menyimpulkan ke dalam beberapa kalimat. Penemuan pertama bahwa hubungan Tuhan dengan manusia, Allah sebagai pencipta yakni sang khaliq sedangkan manusia adalah makhluq, yakni yang diciptakan-Nya. Baik alam sekitar maupun manusia adalah ciptaan Allah Tuhan yang maha Esa. Ciptaan Tuhan yang paling khas adalah manusia, yang masing-masing mempunyai kepribadian dan kecenderungan keagamaan yang berbeda. Dimaana manusia adalah makluq yang Allah ciptakan dari segumpal darah. Allah SWT melimpahkan martabat manusia dibandingkan dengan makhluk lain dan menciptakannya sebaik mungkin. Kedua, pernyataan akan Allah Tuhan yang maha mulia. Bahwasannya mulianya Allah adalah yang maha agung dan maha suci, agung tanpa ada tandingannya, dan suci tanpa ada yang menyerupainya. Sedangkan manusia, ia makhluq yang mulia karena Allah yang meninggikan derajatnya dan karena kesucian hatinya. Ketiga, Allah yang maha ilmu, hubungan Allah sebagai Tuhan yang mengajarkan dan manusia yang diajarkan. Dia yang mengajarkan manusia tentang apa-apa yang tidak diketahui manusia.
Pengalaman dan Hubungan Ritual Keagamaan dengan Aktivisme Politik pada Ritual Pemakaman di Amerika Serikat dalam Esai Ziad Munson Permana, Asep Amar
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 4, No 1 (2024): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v4i1.31045

Abstract

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengalaman dan hubungan ritual keagamaan dengan aktivisme politik pada ritual pemakaman di amerika serikat dalam esai ziad munson “when a funeral isn’t just a funeral: the layered meaning of everyday action”. Dimana para sarjana pernah memperkirakan akan suramnya keberadaan agama di dunia modern. Kemajuan sosial, menurut mereka, berarti menghilangkan agama dan kendali kuno atas kehidupan. Namun, agama sebenarnya berkembang pesat dalam masyarakat yang majemuk dan kompleks, dan semangatnya yang terus berlanjut bahkan kebangkitannya menuntut evaluasi ulang gagasan tentang sekularisasi. Dengan demikian Nancy T. Ammerman telah mengumpulkan sekelompok sarjana yang beragam dan interdisipliner untuk memberikan pengamatan kritis terhadap masyarakat modern, agama dalam tindakan. Maka kumpulan esai yang belum pernah diterbitkan tersebut mendekati agama modern pada tingkat paling mendasar dan membawa pembaca pada kehadiran praktik keagamaan di tengah kompleksitas kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah Esai “When A Funeral Isn’t Just A Funeral: The Layered Meaning Of Everyday Action” dalam buku “Everyday Religion: Observing Modern Religious Lives” karya Nancy T. Ammerman. Hasil penelitiang ditemukan bahwa manusia dalam melakukan perubahan dapat ditempatkan pada ruang di mana banyak makna yang saling tumpang tindih, yakni tokoh-tokoh agama yang “tidak pada tempatnya” secara aktif memanipulasi, mengelola, mengendalikan, dan atau mempengaruhi peristiwa-peristiwa untuk mempengaruhi cara mereka melakukan perubahan. suatu situasi dipahami oleh orang lain. Namun, telah memanipulasi. Sebagaimana pada ritual pemakaman. Terkadang pemakaman lebih dari sekedar pemakaman. Dimana dalam kasus gerakan pro-kehidupan, ritual keagamaan dan aktivisme politik terkadang merupakan satu hal yang sama.
Implementasi Metode Tafsir Tahlili terhadap Q.S Al-Mulk Ayat 1-5 tentang Keagungan Allah dalam Tafsir Al-Maraghi Syaripah, Ai; Permana, Asep Amar
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 5, No 2 (2022): Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
Publisher : Program Studi Studi Agama-Agama Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/hanifiya.v5i2.18322

Abstract

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemunculan tafsir tahlili, dasar dan urgensinya, lagkah-langkah dalam penafsirannya, kelebihan dan kekurangannya, serta implementasinya pada surat al-Mulk ayat 1-5 tentang keagungan Allah swt dalam tafsir al-Maraghi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Adapun jenis penelitiannya adalah penelitian kepustakaan dengan pendekatan tafsir tahlili. Hasil dari penelitian ini, ditemukan pokok bahasan bahwasannya tafsir tahlili tidak muncul secara tiba-tiba melainkan secara bertahap dan kemunculannya tafsir itu melalui empat periode. Mulai dari masa Nabi saw hingga pada masa peggabungan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tafsir. Metode tafsir tahlili memiliki dasar dan urgensi karena telah memberikan peran besar dalam menyumbang dan melestarikan khazanah intelektual Islam. Dalam penafsirannya, dengan menggunakan metode tafsir tahlili terdapat lagkah-langkah secara umum yang dilakukan para ahli tafsir yang dirangkum dalam tujuh point, diantaranya terdiri atas penjelasan ayat secara umum, penjelasan makna kata dan maksud syara’ yang terkandung dalam ayat yang bersangkutan, penjelasan berdasarkan asbabun nuzul, penjelasan munasabah ayat, penjelasan kata atau mufradat pada ayat berdasar sudut pandang bahasa Arabnya, penjelasan dari segi keindahan susunan kalimatnya, dan penjelasan ayat-ayat ahkam yakni dengan menjelaskan hukum fiqih. Penggunaan metode tafsir tahlili dalam menafsirkan al-qur’an, tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satunya dengan ruang lingkup yang luas, maka akan memberikan kebebasan pada para mufassir dan menampung banyaknya gagasan dan ide baru yang dapat dikembangkan. Akan tetapi disamping itu juga akan memungkinkan menjadikannya petunjuk al-qur’an itu parsial, karena banyaknya perbedaan dalam penafsiran.
Contestation and Reactualization of Religious Organizations in Indonesia Post 2024 Election Permana, Asep Amar
Asyahid Journal of Islamic and Quranic Studies (AJIQS) Vol. 6 No. 2 (2024): Asyahid
Publisher : STAI AL-FALAH CICALENGKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62213/v3emmh19

Abstract

Masyarakat multi-kelompok pasti akan mengalami kontestasi dan reaktualisasi kelompok. Asal muasal kontestasi ini dapat ditelusuri kembali pada kesamaan kepentingan, perbedaan sudut pandang, dan keyakinan agama. Halnya dimasyarakat, Islam sendiri khususnya Indonesia memiliki beberapa kelompok organisasi keagamaan salah satunya ada Muhammadiyyah yang didirikan pada tahun 1912 dan Persatuan Islam (PERSIS) pada tahun 1923. Sebagaimana yang diketahui, bahwa ormas Muhammadiyah dan Persis keduanya tidak terlalu memiliki banyak perbedaan, sehingga kedua ormas tersebut dapat dibilang mirip. Tentunya ada beberapa upaya atau strategi yang dilakukan kedua ormas tersebut pasca pemilu 2024. Dengan demikian tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana kontestasi dan reaktualisasi ormas keagamaan (Muhammadiyah dan PERSIS) pasca pemilu 2024 khususnya pilpres. Adapun metode penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini adalah kualitatif. Hasil penelitian pun menyatakan bahwa kontestasi dan reaktualisasi ormas keagamaan pasca pemilu 2024 adalah strategi atau upaya yang dilakukan ormas guna mencapai agenda sosial dan guna mengamalkan nilainilai sebagaimana visi dan misi yang sesuai dengan ormasnya. Muhammadiyah dan PERSIS berupaya penuh dalam menanggapi keadaan pasca pemilu 2024. Meskipun PERSIS tidak sebanyak Muhammadiyah, tapi ormas tersebut juga aktif dalam berkontestasi dan mereaktualisasi pasca pemilu 2024. Kata Kunci: Kontestasi dan Reaktualisasi, Ormas Keagamaan
Resepsi Santri Ar-Raudah Bandung dalam Pembacaan Ayat 15 dalam Al-Qur’an Permana, Asep Amar; Rahman, Mohammad Taufiq
Mashadiruna Jurnal Ilmu Al-Qurân dan Tafsir Vol. 3 No. 2 (2024): Mashadiruna Jurnal Ilmu Al-Qurân dan Tafsir
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/mjiat.v3i2.28407

Abstract

Penelitian ini menyelidiki bagaimana al-Qur’an memilki fungsi selain sebagai petunjuk , tetapi sebagai tradisi (amalan rutin) pembacaan al-Qur`an yang dilahirkan dari praktik komunal sebagai bentuk dari respon sosial masyarakat atau komunitas tertentu terhadap al-Qur`an. Dalam hal ini adalah pondok pesantren ar-Raudhah Cileunyi Bandung. Seluruh santri diwajibkan mengikuti kegiatan pembacaan ayat 15 (QS.ali-‘Imran : 1-2 dan 18, QS.al-An`am : 95, QS.al-Ra`d : 31, QS.Yasin : 82, QS.al-Fatihah : 2, QS.Qaf : 15, QS.al-Hadid : 4 dan 25, QS.al-Taghabun : 13, QS.al-Thalaq : 3, QS.al-Jin : 28, QS.al-Muzzammil : 9, QS.al-Naba : 38, QS.‘Abasa : 18-19, QS.al-Takwir : 20, QS.al-Buruj : 20-22). Pembahasannya lebih difokuskan pada bagaimana tradisi pembacaan ayat 15 di Pondok Pesantren al-Raudhah mampu memberikan kontribusi secara kognitif dan afektif bagi para santri yang sedang belajar di pesantren. teknik pengumpulan data yang penulis melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Melalui teori resepsi Steven M. Cafee menunjukkan aspek subjektif dari santri berkaitan dengan aspek kognitif, afektif , konatif dalam pembelajaran yang dilakukan.