Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi serta identitas suatu masyarakat harus terus dijaga. Namun ada sekitar 145 bahasa terus mengalami kemunduran. Bahasa yang berangsur-angsur memudar juga ditemukan di Sumatera Utara, termasuk Bahasa Batak Toba, sebab semakin banyak masyarakat Batak yang tidak bisa lagi berbahasa Batak, terutama yang di kota. Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan eksistensi bahasa Batak Toba tersebut dan faktor penyebab kondisi yang diperoleh. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang diselaraskan dengan metodologi penelitian linguistik pada fokus secara sosial (rentang usia). Adapun subjeknya adalah masyarakat Batak Toba di Kota Medan. Eksistensi Bahasa Batak Toba di Kota Medan mengalami kemunduran di setiap generasinya. Hasil penelitian membuktikan bahwa terjadi pergeseran penggunaan bahasa. Penggunaan Bahasa Indonesia lebih dominan dibandingkan Bahasa Batak Toba di masyarakat Batak Toba itu sendiri. Berlanjut dari hal tersebut, terdapat faktor eksternal dan internal yang memengaruhinya. Faktor eksternal yang dapat diketahui meliputi (1) migrasi untuk ekonomi, (2) alih generasi, dan (3) pendidikan. Adapun faktor internal adalah (1) kesadaran diri dan rasa kepemilikan terhadap Bahasa Batak Toba serta (2) tindakan untuk merealisasikan rasa kepemilikan tersebut. Masyarakat etnis Batak Toba di Kota Medan sadar terhadap pentingnya Bahasa Batak Toba, namun hal tersebut kurang direalisasikan melalui upaya untuk mau belajar berbahasa Batak Toba, termasuk mengikuti kegiatan atau organisasi berbahasa Batak Toba.