Saat ini Indonesia hanya mampu memenuhi 10% dari kebutuhan benih kentang. Tidak tersedianya benih kentang yang bermutu oleh petani dapat menyebabkan penurunan produksi hingga 60%. Tingginya permintaan benih bermutu dan terbatasnya persediaan merupakan peluang usaha yang prospektif bagi produsen benih kentang unggul (potensi 40 ton/ha) dan bermutu yang dihasilkan melalui teknologi kultur in vitro. Teknik pengembangan benih kentang unggul bermitra dengan UD. Sumber Tani yang berlokasikan dikawasan sentra produksi kentang. Ketersediaan benih bermutu diawali dengan keberadaan benih inti dan benih penjenis. Benih penjenis dibedakan menjadi benih planlet dan umbi mikro hasil kultur in vitro. Hingga saat ini keberadaan benih penjenis masih cukup terbatas, namun dapat dipropagasi melalui teknik kultur in vitro di UMM Potato Seeds. Permasalahan mitra dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) Kurang tersedianya benih kentang unggul beruapa planlet kentang, 2) Rendahnya hasil produksi benih kentang dalam bentuk stek dan G0, 3) Proses produksi relatif lama karena menggunakan teknologi konvensional, 4) Produk belum berlabel (bersertifikat), 5) Produk masih terbatas pemasarnnya dalam skala lokal belum dikembangkan secara nasional. Untuk itu pada kegiatan ini dilaksanakan implementasi adopsi rakitan inovasi teknologi produksi benih kentang unggul dari proses aklimatisasi, produksi benih stek pucuk berakar (rooted apical cuttings), produksi benih kentang kelas G0. Hasil dari kegiatan ini adalah: 1) Screen net berukuran 500 m2 dilokasi mitra, 2) Teknologi produksi benih kentang unggul berupa stek pucuk berakar sebanyak 10.000 setiap 2 bulan, 3) Benih kentang berkualitas umbi G0 sebanyak 8.000 umbi setiap panen.