p-Index From 2020 - 2025
0.562
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Medica Hospitalia
Mailasari Kusuma Dewi, Anna
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Gangguan Penghidu dan Gangguan Pengecapan pada Kasus COVID 19: Prevalence, Onset, and Duration of Olfactory and Gustatory dysfunction on COVID 19 case Iriani, Desy; Mailasari Kusuma Dewi, Anna; Hariyati, Riece; Iman Santosa, Yanuar
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 9 No. 2 (2022): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.299 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v9i2.688

Abstract

LATAR BELAKANG : Kasus gangguan olfaktori dan gustatori meningkat pada pandemi COVID 19, hal ini dihubungkan dengan sel epitel pernapasan dan sel epitel penyokong olfaktori mengekspresikan banyak protein ACE2 yang merupakan reseptor virus SARS-Cov2 untuk menginfeksi sel. Pasca infeksi virus memang sudah dikenal sebagai salah satu penyebab anosmia/hiposmia. Penelitian lanjut masih dibutuhkan untuk menambah bukti sebagai bahan pertimbangan mempelajari prevalensi, pola gangguan olfaktori dan gustatori, penyembuhan, tatalaksana dan prognosisnya TUJUAN : Mengetahui prevalensi, onset dan durasi gangguan olfaktori dan gustatori pada subyek yang terkonfirmasi positif COVID 19 dengan pemeriksaan swab PCR.  METODE : Penelitian observasional dengan metode belah lintang pada pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dengan pemeriksaan swab PCR di RSUP Dr.Kariadi Semarang yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel diminta pengisian data lewat googleform HASIL : Prevalensi gangguan olfaktori dan gustatori pada pada subyek yang terkonfirmasi positif COVID 19 dengan pemeriksaan swab PCR yaitu 61% (115 orang), onset gejala terjadi sebelum terkonfirmasi COVID 19 yaitu pada 75% (86 orang) dan 71% (82 orang) sembuh kurang dari 2 minggu, terbanyak pada 5-8 hari yaitu 32% (37 orang). KESIMPULAN : Prevalensi gangguan olfaktori dan gustatori cukup tinggi sehingga temuan gejala ini merupakan gejala penting untuk deteksi dini kasus COVID 19.
Faktor Risiko Disfagia pada Pasien Diabetes Mellitus: Risk Factors of Dysphagia in Patients with Diabetes Mellitus Mudha Pratomo, Santo; Mailasari Kusuma Dewi, Anna; Iman Santosa, Yanuar; Antono, Dwi; Tedjo Minuljo, Tania; Budiarti, Rery
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 9 No. 2 (2022): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.02 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v9i2.759

Abstract

Latar belakang : Disfagia dapat terjadi akibat komplikasi dari diabetes mellitus terutama pada fase orofaringeal. Disfagia pada diabetes mellitus terjadi karena adanya neuropati autonom akibat hiperglikemia yang lama. Komplikasi ini mempengaruhi berbagai bagian sistem saraf dan mempunyai manifestasi klinis yang beragam, salah satunya adalah kerusakan metabolik pada struktur saraf dan mikrovaskuler dari vasa vasorum. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa usia, jenis kelamin, merokok, BMI dan kadar HbA1c merupakan faktor risiko disfagia pada penderita Diabetes mellitus (DM). Metode : Penelitian observasional analitik dengan desain belah lintang melibatkan subjek sebanyak 95 penderita DM dewasa di klinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan Desember 2021 – Februari 2022. Disfagia dinilai dari kuisioner dan pemeriksaan penelanan. Data DM dan HbA1c diambil dari rekam medik. Analisis data menggunakan Chi-Square dan regresi logistic. Hasil : Rerata usia 51,61 + 8,706 dengan usia termuda 18 tahun dan usia tertua 60 tahun. jenis kelamin laki laki : perempuan = 6 : 13. Usia (p= 0,523), jenis kelamin (p= 0,043, RP -2,76 CI 95% 0,883 – 8,686) riwayat merokok (p= 0,602), status BMI (p= 0,660), dan kadar HbA1c (p= 0,679), Simpulan : Usia, jenis kelamin riwayat merokok, status BMI dan kadar HbA1c tidak merupakan faktor risiko terjadinya disfagia pada penderita diabetes mellitus.
OSA FAKTOR RISIKO KEJADIAN OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA PADA PASIEN STROKE ISKEMIK: - Rosyidah, Nurul Uly; Mailasari Kusuma Dewi, Anna; Marliyawati, Dwi; Yunika, Kanti; Suryawati, Herlina; Budiarti, Rery
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 9 No. 3 (2022): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36408/mhjcm.v9i3.826

Abstract

LATAR BELAKANG: Sleep Disordered Breathing (SDB)  memiliki hubungan dua arah dengan stroke iskemik. SDB yang tidak diobati dapat menyebabkan stroke berulang. Penanganan SDB adalah kunci untuk preventif pada pasien stroke. TUJUAN: Menganalisis IMT, lingkar leher besar, deviasi septum, hipertrofi konka, hipertrofi tonsila palatina, makroglosia, dan obstruksi saluran nafas atas sebagai faktor risiko SDB pasien stroke iskemik. METODE: Penelitian observasional dengan desain cross sectional, pada 86 pasien stroke iskemik di Poli Neurologi dan THT-KL RSUP Kariadi Semarang bulan Desember 2021-Juli 2022. Data diperoleh melalui kuesioner, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan nasolaringoskopi fleksibel. Analisis menggunakan uji chi-square dan uji regresi multivariat. HASIL: Didapatkan 86 subjek terdiri dari 42 laki-laki(48,8%) dan perempuan 44 (51,2%), usia rerata 54 th, dan 61 subjek (70,9%) stroke iskemik pertama. Septum deviasi (p= 0,020), hipertrofi konka inferior (p= 0,021), makroglosia (p= 0,012), hipertrofi tonsila palatina (p= 0,013), dan obstruksi saluran nafas atas (p= 0,035) merupakan faktor risiko SDB pada pasien stroke iskemik. Septum deviasi berisiko 6,1x, konka inferior hipertrofi berisiko 4,1x, dan hipertrofi tonsila palatina  berisiko 8,8x terhadap SDB pada pasien stroke iskemik. SIMPULAN: Septum deviasi, konka inferior hipertrofi, makroglossia, hipertrofi tonsila palatina, makroglosia, dan obstruksi saluran nafas atas merupakan faktor resiko terhadap SDB pasien stroke iskemik. Hipertrofi tonsila palatina merupakan faktor risiko yang paling dominan terhadap SDB pasien stroke iskemik. KATA KUNCI: SDB, faktor risiko, stroke iskemik, hipertrofi tonsila palatina, septum deviasi