Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Representation of Social Harmonization in The Film Get Married Mohammad Iqbal Maulana; Rezki Rahmawati; Dewi Nuraliah; Nurfadilah Nasiruddin
Journal of Scientific Research, Education, and Technology (JSRET) Vol. 2 No. 2 (2023): Vol. 2 No. 2 2023
Publisher : Kirana Publisher (KNPub)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58526/jsret.v2i2.180

Abstract

Indonesia as a plural country, the identity of the people varies from ethnicity to social structure, so social harmonization discourse is a topic of achievement in its society. Film is one of the media in reproducing the representation of a reality. In movies, reality comes through codes, symbols, and symbols.  This study aims to describe the reality of social harmonization present in the film Get Married. This research is qualitatively descriptive and semiotic analysis methods from Roland Bhartes, in semiotics Barthes divides three stages namely denotation, connotation, and myth.  The results of the analysis of social harmonization messages in the film Get Married, denotationally harmonized messages are often represented in the form of respect, happiness, joyful laughter, even the impression of sadness always ends with happiness, social harmonization attitudes are always interpreted with pleasure and happiness. Connotation of social harmony representation is shown how to foster social relations that have a variety of different community backgrounds between upper and lower class groups, it is represented through dimensions such as coding clothes and also gestures between the two different groups, but can foster social harmonization, and myths refer to the culture of hospitality and politeness as capital in establishing social harmony,  Despite the social gap in identity, a culture of hospitality and courtesy has always been key to social harmony.
Keterlibatan Amerika Serikat dalam Konflik Suriah sebagai Konsekuensi dari Politik Engtangling Alliance Kusmin, Achmad Fauzi; Danar Hafidz Adi Wardhana; Muhammad Sajidin; Dewi Nuraliah; Nurfadilah Nasiruddin; Rezky Ramadhan Antuli
Jurnal Arajang Vol 6 No 1 (2023): Jurnal Arajang Volume 6 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Universitas Sulawesi Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31605/arajang.v6i1.2769

Abstract

Banyak negara-negara di dunia yang membangun hubungan melalui berbagai perjanjian, baik dalam bidang ekonomi, politik maupun militer. Hal ini kemudian menyebabkan adanya hubungan antar negara yang cenderung mengikat. Hal ini terjadi kepada Amerika pada keterlibatannya dalam konflik Suriah. Banyak faktor yang menyebabkan Amerika untuk terlibat di konflik Suriah, salah satunya adalah keterlibatan sekutu-sekutu Amerika dalam konflik tersebut. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode library research. Pada tahap awal penulis melakukan penentuan topik penelitian. Setelah menemukan topik penelitian, penulis kemudian menggunakan berbagai teori dan konsep dalam hubungan internasional. Teori yang digunakan adalah neorealisme, balance of power dan entangling alliance. Penulis mengumpulkan berbagai data yang dikelompokkan menjadi analisis menggunakan data mengenai situasi Suriah, implementasi kebijakan AS dan lainnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber. Terdapat banyak aktor yang terlibat dalam konflik di Suriah. Aktor-aktor tersebut memiliki peran masing-masing dalam konflik ini. Aktor-aktor domestik yang menjadi oposisi Assad diantaranya adalah National Coalition dan beberapa kelompok bersenjata lainnya. Sedangkan Partai Ba’ath, Institusi Keamanan dan kelompok agama minoritas memilih untuk mendukung pemerintahan Assad. Program Pelatihan dan Perlengkapan AS untuk Kelompok Oposisi, Bantuan Kemanusiaan, Sanksi Ekonomi AS. Keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik Suriah bukan semata-mata atas dasar kepentingan Amerika untuk membantu warga Suriah, namun hal ini didorong oleh keterlibatan sekutu-sekutu Amerika Serikat, sehingga secara moral Amerika Serikat harus terlibat dalam konflik itu demi menjaga hubungannya dengan sekutu-sekutunya. Sesuai dengan konsep entangling alliance yang menyatakan bahwa negara dapat terlibat dalam suatu permasalahan sebagai hasil dari keterikatannya terhadap sekutu-sekutunya.