Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

TANGGUNG JAWAB PRODUSEN ATAS TINDAKAN MEMPRODUKSI GARAM KONSUMSI TANPA MEMILIKI IZIN EDAR Awwaliyah Firdaus; Go Lisanawati; Elly Hernawati
CALYPTRA Vol. 12 No. 2 (2024): Calyptra : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya (Mei)
Publisher : Perpustakaan Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract—The purpose of writing a scientific journal is a condition for graduation and earning a Bachelor of Law degree at the Faculty of Law, University of Surabaya. This thesis raises the case of food problems faced by Indonesian consumers, precisely in Probolinggo district, which was carried out by the defendant, namely business actor S as a producer and seller of anchor brand consumption salt products without having a distribution permit by way of business actor S buying refined salt from salt farmers, then salt It is molded in a checkerboard shape and the salt is put in a heating oven to make it solid and hard. Salt products that have been hard and solid will be sprayed with liquid iodine, after which the salt is put into plastic packaging for business actors to sell to consumers. Business actor S sells the product to consumers without a product distribution permit, so business actor S violates Law Number 18 of 2012 concerning Food. Keyword: food, food production, marketing authorization Abstrak—Penulisan jurnal ilmiah ini adalah sebagai suatu syarat untuk kelulusan dan mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Surabaya. Skripsi ini mengangkat kasus permasalahan pangan yang dihadapi konsumen Indonesia, tepatnya dikabupaten Probolinggo yang dilakukan oleh terdakwa yaitu pelaku usaha S sebagai produsen sekaligus penjual produk garam konsumsi merek jangkar tanpa memiliki izin edar dengan cara pelaku usaha S membeli garam halus dari petani garam, kemudian garam tersebut dicetak dengan cetakan berbentuk kotak-kotak dan garam tersebut dimasukan ke dalam oven pemanas supaya menjadi padat dan keras. Produk garam yang telah keras dan padat akan disemprot dengan cairan yodium, setelah itu garam tersebut dimasukan kedalam plastik kemasan untuk pelaku usaha S jual kepada konsumen. Pelaku usaha S menjual produk tersebut kepada konsumen tanpa adanya suatu izin edar produk, sehingga pelaku usaha S melanggar Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Kata kunci: pangan, produksi pangan, izin edar
Kekerasan Seksual oleh Prajurit ditinjau dari KUHP dan KUHPM Shintya Jessica; Go Lisanawati; Peter Jeremiah Setiawan
Keluwih: Jurnal Sosial dan Humaniora Vol. 4 No. 2 (2023): Keluwih: Jurnal Sosial dan Humaniora (October) - In Progress
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/soshum.v4i2.6890

Abstract

Abstract—Lewding is part of the crime against decency. In general, the crime of lewding occurs between the opposite sex and the victim of an adult woman or child, but in fact fornication can also occur between the same sex and an adult male as the victim, so it is necessary to know that anyone can be the perpetrator as well as the victim of the crime of lewding. Attemp to criminalize sexual immorality between same-sex adults need to be studied using the Criminal Code. The purpose of this study is to find out the legal arrangements related to the crime of lewding committed by a homosexual according to the Criminal Code. The type of research used in this legal research is normative juridical law research, which is legal research conducted by examining library materials or secondary data as the main source of research. Keywords: lewding, homosexual, criminal act Abstrak—Percabulan merupakan bagian dari kejahatan terhadap kesusilaan. Pada umumnya tindak pidana percabulan terjadi antara lawan jenis dengan korban perempuan dewasa atau anak, namun pada faktanya percabulan juga dapat terjadi antara sesama jenis dengan laki-laki dewasa sebagai korbannya, sehingga perlu diketahui bahwa siapa saja dapat menjadi pelaku serta korban dari tindak pidana percabulan. Upaya kriminalisasi terhadap pelaku percabulan antar orang dewasa sesama jenis perlu dikaji menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaturan hukum terkait tindak pidana percabulan yang dilakukan oleh seorang homoseksual menurut KUHP. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah penelitian hukum yuridis normatif, yaitu merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai sumber utama dalam penelitian. Kata kunci: percabulan, homoseksua, tindak pidana
ANALISIS PENGGUNAAN MEDIA SIBER UNTUK SELF DEFENSE DALAM CYBER WARFARE DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL Rifqi Fatkurrahman; Go Lisanawati; Marlina Br Purba
CALYPTRA Vol. 13 No. 2 (2025): Calyptra : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya (Mei)
Publisher : Perpustakaan Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract–Cyber warfare is a term that refers to conflicts carried out in cyberspace using cyber media as a weapon. Cyber warfare includes state actions not only in carrying out attacks, but also in carrying out actions to defend itself. The cyber warfare that occurred between Russia and Georgia in 2008 was a cyber war that used cyber media to attack and defend. Georgia counterattacked using cyber media to defend itself from Russian cyber attacks. International law regulates state actions in self-defense based on Article 51 of the UN Charter which requires armed attack, the necessity and proportionalities in its implementation. In international law, there are no regulations regarding a country's self-defense measures when cyber warfare occurs. This causes Article 51 of the UN Charter to also apply to cyber warfare. In international law, there are no regulations regarding a country's self-defense actions when cyber war occurs. This causes Article 51 of the UN Charter to also apply to cyber warfare. This research aims to analyze whether Georgia's actions in carrying out retaliatory attacks in response to Russian cyberattacks can be categorized as acts of self-defense under international law. The research method used is the normative juridical legal research method, namely a legal research method by solving legal facts/events using international legal sources. The results of this research indicate that Georgia's use of cyber media as a counterattack to defend itself from Russian cyber attacks cannot be categorized as an act of self-defense based on Article 51 of the UN Charter and customary international law. Even though it cannot be categorized as a form of self-defense, Russia's actions in carrying out its cyber attacks still had a significant impact on Georgia. Keywords: cyber warfare, self defense, armed attack Abstrak–Peperangan siber adalah suatu istilah yang merujuk pada konflik yang dilakukan di ruang siber dengan menggunakan media siber sebagai senjatanya. Peperangan siber di dalamnya mencakup tindakan negara tidak hanya dalam melakukan serangan, namun juga dalam melakukan tindakan untuk bertahan atau mempertahankan diri. Perang siber yang terjadi antara Rusia dan Georgia pada tahun 2008 di dalamnya mencakup penggunaan media siber yang ditujukan untuk menyerang dan bertahan. Georgia melakukan serangan balasan menggunakan media siber untuk mempertahankan diri terhadap serangan siber Rusia. Hukum internasional di dalamnya mengatur mengenai tindakan negara untuk mempertahankan diri berdasarkan pada Article 51 UN Charter yang mengharuskan adanya serangan bersenjata, keharusan dan kesebandingan dalam pelaksanaannya. Belum adanya ketentuan khusus dalam hukum internasional yang mengatur mengenai perang siber, membuat pengaturan mengenai tindakan mempertahankan diri bagi suatu negara selama perang siber juga turut di dasarkan pada Article 51 UN Charter. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apakah tindakan Georgia dalam melakukan serangan balasan untuk merespons serangan siber Rusia dapat dikategorikan sebagai tindakan membela diri berdasarkan pada hukum internasional. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode penelitian hukum yuridis normatif, yaitu metode penelitian hukum dengan memecahkan fakta/peristiwa hukum menggunakan sumber-sumber hukum internasional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media siber yang digunakan oleh Georgia sebagai serangan balasan untuk mempertahankan diri dari serangan siber Rusia tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan self defense berdasarkan Article 51 UN Charter dan hukum kebiasaan internasional. Namun, meskipun tidak dapat dikategorikan sebagai suatu bentuk self defense, perbuatan Rusia dalam melakukan serangan sibernya tetap memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap Georgia. Kata kunci: perang siber, hak bela diri, dan serangan bersenjata