Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Gilo-gilo dalam Karya Sastra: Representasi terhadap Kota Semarang Sugiarto, Septian Rifki
Lingua Susastra Vol 5, No 1 (2024)
Publisher : Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/ls.v5i1.297

Abstract

Gilo-gilo merupakan salah satu kuliner khas dan legendaris yang hanya dapat ditemui di Kota Semarang. Kuliner ini menjadi primadona dan sangat dekat dengan masyarakat selain karena sejarah panjangnya, juga lantaran harga jajananya yang relatif murah. Hal inilah yang menyebabkan gilo-gilo digambarkan dalam karya sastra tentang kehidupan masyarakat di Kota Semarang. Penelitian ini melacak bagaimana gambaran gilo-gilo dalam karya sastra. Sehingga, dapat dilihat bagaimana kaitan antara gilo-gilo dengan gambaran masyarakat Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra dengan menggunakan analisis interpretasi dalam teknik analisis datanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya ada tiga karya sastra yang membahas gilo-gilo, yakni cerpen “Slompret Kematian”, cerpen “Senja di Kauman”, dan lirik lagu “Semarang Ku Datang”. Penyebab masih minimnya penggambaran gilo-gilo disebabkan oleh kurangnya pengetahuan atau pengalaman pengarang terhadap kuliner ini, faktor pilihan pribadi pengarang, serta fokus dan pesan cerita. Gilo-gilo digambarkan sebagai kuliner yang dekat dengan masyarakat Kota Semarang dan banyak terdapat di sekitar Kampung Kauman. Keberadaan kuliner legendaris ini turut membantu dalam upaya pembentukan identitas kota, daya tarik wisata, meningkatkan ekonomi, dan mengingatkan pentingnya menjaga kerukunan dalam masyarakat.
Judi dan Masyarakat Bawah dalam Cerpen “Gorengan di Tepian Perempatan”: Kajian Sosiologi Sastra Sugiarto, Septian Rifki
MANTRA: Jurnal Sastra Indonesia (Sastra, Bahasa, Budaya) Vol 2 No 2 (2024): MANTRA: Jurnal Sastra Indonesia (Sastra, Bahasa, Budaya)
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Psikologi dan Humaniora Universitas Teknologi Sumbawa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36761/mantra.v2i2.4807

Abstract

Judi menjadi salah satu persoalan yang digambarkan dalam karya sastra. Dalam cerpen “Gorengan di Tepian Perempatan” karya Uri Pradanasari judi digambarkan dilakukan oleh seorang kakek tua yang bekerja sebagai pengamen dan merupakan bagian dari golongan masyarakat bawah. Penelitian ini membahas fenomena judi dan kaitannya dengan masyarakat bawah, serta dampak yang ditimbulkan. Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Pengumpulan data dilakukan dengan pencatatan dan teknik analisis datanya menggunakan analisis interpretasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa judi digambarkan memiliki kedekatan dengan masyarakat bawah lantaran sebagai pelampiasan atas masalah yang dialami dan sebagai cara untuk mendapatkan uang. Meskipun demikian, dampak negatif yang diakibatkan oleh judi sangat beragam dan luas. Judi menyebabkan krisis finansial sehingga kebutuhan dasar seperti makanan tidak dapat tercukupi. Selain itu, judi juga berdampak buruk terhadap kesehatan dan dapat merusak hubungan sosial.
Potret Kemiskinan dan Usaha Mengatasinya dalam Cerpen “Legetang” Karya Maria Etty Sugiarto, Septian Rifki; Edriaty, Charina
LITERATUR : Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 6 No. 2 (2024): LITERATUR : Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : Program Studi Tadris Bahasa Indonesia Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47766/literatur.v6i2.3401

Abstract

Kemiskinan menjadi salah satu masalah sosial yang kerap digambarkan dalam karya sastra. Salah satu karya sastra mengenai persoalan tersebut yakni cerpen “Legetang” karya Maria Etty. Penelitian ini membahas bagaimana kemiskinan digambarkan dalam cerpen dan usaha untuk mengatasinya. Penelitian yang menggunakan pendekatan sosiologi sastra ini, pengumpulan datanya dilakukan dengan pencatatan. Sementara itu, teknik analisis data yang digunakan yakni analisis interpretasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat satu keluarga yang mengalami kemiskinan secara turun-temurun. Oleh sebab itu, terdapat usaha yang dilakukan seorang perempuan bernama Leha untuk mengatasi masalah keluarganya. Dengan menjadi penari ronggeng dan lengger, Leha mampu mendapatkan banyak uang yang dapat digunakan untuk mengakhiri kemiskinan keluarganya. Apa yang dilakukan Leha membuktikan bahwa perempuan dapat berperan penting sebagai pendorong utama perubahan sosial dan ekonomi keluarga menjadi lebih baik.
CITY, GOVERNMENT, AND INHABITANT: SOCIAL CRITICISM IN THE SHORT STORY NENEK PENUNGGU KERETA BY ADE UBAIDIL Sugiarto, Septian Rifki
Jurnal Ilmu Bahasa, Sastra dan Pengajarannya Vol. 3 No. 2 (2024): Jurnal Ilmu Bahasa, Sastra dan Pengajarannya
Publisher : Department Javanese Literature and Language Education in Collaboration with Faculty of Teacher Training and Education Muhammadiyah University of Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Literary works are a medium that is often used to carry out social criticism. For example, criticism of the state of the city, the badness of the government, or the behavior of city residents. The short story “Nenek Penunggu Kereta” by Ade Ubaidil is one of the literary works that contains criticism of these three things. Therefore, this study discusses the portrait of the city, government, and city residents in the short story to see the social criticism conveyed by the author. In order to answer this problem, this study uses a sociology of literature approach and representation theory. The data collection technique used in this study was recording, while the data analysis technique used the interpretation analysis technique. The results of this study indicate that the depiction of a gloomy and chaotic city in the short story is a form of social criticism of government policies that have failed to manage and improve the quality of life. Instead of improving the situation, the government actually seems to worsen the situation and continues to make false promises. In addition, there is also criticism of the behavior of inhabitants who are willing to accept rewards ahead of the election. The author wants to emphasize that everyone must be more sensitive to government policies and choose quality leaders.
Kampung Halaman bagi Perantau dalam Cerpen "Bagaimana Sebuah Kampung" Menuju Kematiannya Karya Sandi Firly Sugiarto, Septian Rifki
VOKAL: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 3 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33830/vokal.v3i2.9827.

Abstract

The relationship between migrants and their hometown is often depicted in literary works. One of the literary works that depicts this phenomenon is the short story “Bagaimana Sebuah Kampung Menuju Kematiannya” by Sandi Firly. The purpose of this study is to explain the perception of migrants towards their hometown. With this study, it is hoped that it can be known how migrants who have been away for a long time and settled in big cities see and interpret their hometowns. This study is a qualitative study using a sociology of literature approach. Data collection was carried out by recording and analyzing the data using content analysis. The results of this study indicate that the hometown, namely Kuala Pembuang for migrants like Hasan, has a deep meaning and a special place that is impossible to replace at any time. Big cities with all their attractive offers will never be able to erase a migrant’s love for their hometown.
The Function Of Rivers For Society In The Short Story “Gagal Landing” By Achmad Supardi Sugiarto, Septian Rifki; Anggraeni, Rezki Amelia
Journal of Language, Literature and Teaching Vol 6, No 1 (2024): April - July 2024
Publisher : Journal of Language, Literature and Teaching

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35529/jllte.v6i1.56-67

Abstract

Rivers, being an important element in human life, are often depicted in literary works. One of the literary works that depicts the relationship between rivers and society is the short story “Gagal Landing” by Achmad Supardi. First published in Jawa Pos on January 28th, 2018, the short story shows how the Brisbane River and the Martapura River contribute to the local society. This article explains the comparison of the functions of the Brisbane River in Australia and the Martapura River in Indonesia for society's daily lives. The approach used in this research is sociological literature with interpretive analysis as a data analysis technique. The results obtained show that the Brisbane River and Martapura River have an important role in society and can provide positive benefits for their lives. The Brisbane River functions as a place for pastime, relaxation, and gathering, as well as a waterway transportation route. Its existence can relieve stress, improve mental well-being, release tension, and provide the opportunity for urban society to enjoy moments of happiness. Meanwhile, the Martapura River functions as a waterway transportation route as well as a center for economic and social activities in the surrounding society because of the floating market. The floating market on the Martapura River plays an important role in maintaining and promoting local cultural and culinary heritage.
Masalah dan Pengucilan Sosial Masyarakat Kampung Barutikung dalam Cerpen Gelang Sipaku Gelang (2) Karya Yusi Avianto Pareanom Sugiarto, Septian Rifki; Nurulhady, Eta Farmacelia
Aksara Vol 36, No 2 (2024): AKSARA, EDISI DESEMBER 2024
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29255/aksara.v36i2.4264.225-238

Abstract

Masyarakat yang tinggal di kota tidak lepas dari problematika. Terlebih, bagi masyarakat kampung yang banyak terdapat di kota-kota besar. Cerpen “Gelang Sipaku Gelang (2)” karya Yusi Avianto Pareanom menggambarkan problematika berupa masalah dan pengucilan sosial yang dialami oleh masyarakat Kampung Barutikung di Kota Semarang. Tulisan ini menjelaskan gambaran masalah dan pengucilan sosial masyarakat Kampung Barutikung dalam cerpen, serta penyebab terjadinya. Untuk dapat menjelaskan masalah tersebut, penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Analisis yang dilakukan didasarkan pada interpretasi objektif, dengan didukung berbagai referensi terkait yang digunakan untuk mendukung analisis dan argumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masalah sosial yang terjadi di Kampung Barutikung dalam cerpen, yakni berupa kriminalitas (tawuran atau perkelahian massal, pencurian, dan judi), kemiskinan, banjir dan rob, masalah kepadatan penduduk, serta penyakit. Masalah sosial yang dialami sangat berkaitan erat dengan posisi masyarakat Barutikung sebagai bagian dari masyarakat bawah dan pinggiran di Kota Semarang. Kondisi tersebut menjadi semakin parah lantaran berbagai pengucilan sosial masyarakat Barutikung. Pengucilan sosial yang terjadi yakni berupa rasa malu, marginalisasi, diskriminasi, dan stigmatisasi. Hal ini membuat masyarakat Barutikung dalam cerpen menjadi tidak percaya diri, malu, menderita, sengsara, terkucil, dan bahkan mencoba melepaskan identitasnya.
Representasi Kota Balikpapan dan Kota Samarinda dalam Cerpen (Hidup) Matinya Sebuah Kota Karya Raudal Tanjung Banua: Representation of Balikpapan and Samarinda in “(Hidup) Matinya Sebuah Kota” Short Story by Raudal Tanjung Banua Sugiarto, Septian Rifki
Journal of Literature and Education Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat Kalimantan Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69815/jle.v2i2.78

Abstract

Cities and literature have a very close relationship. It can be seen from the number of cities that are the primary inspiration for authors in creating literary works. One literary work that tells the story of a city is the short story (Hidup) Matinya Sebuah Kota by Raudal Tanjung Banua. As the title suggests, this short story tells a lot about the state of cities worldwide and in Indonesia. Two of the many cities in East Kalimantan are described in the short story: Balikpapan and Samarinda City. This research discusses the description of the two cities represented in the short story. This research uses representation theory with interpretation analysis as the data analysis technique. The result of this research is that the short story shows that Samarinda is facing various problems, such as an increasingly crowded environment and being vulnerable to floods. On the other hand, Balikpapan is depicted as a city that is developing in an organized and reasonable way. It has caused Balikpapan to become the administrative center, replacing the role of Samarinda. All of this is evidence that the dynamics of the development of cities are only sometimes stable and can change or be replaced over time.