Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Edukasi Tentang Hipertensi dan Pemberian Informasi Obat Antihipertensi Untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat di UPT. Puskesmas Teladan Br Ginting, Grace Anastasia; Raissa Fitri; Mainal Furqan; Rezza Fikrih Utama; Jintawadi Situmorang
Jurnal Abdimas Mutiara Vol. 5 No. 1 (2024): JURNAL ABDIMAS MUTIARA
Publisher : Universitas Sari Mutiara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal. Hipertensi merupakan masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda gejala khusus pada penyakit hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat untuk beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang membuat hipertensi sebagai silent killer, orang-orang akan tersadar memiliki penyakit hipertensi ketika gejala yang dirasakan semakin parah dan memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Banyak faktor resiko penyebab semakin parahnya hipertensi, salah satunya adalah kurangnya informasi dan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi dan penggunaan obat antihipertensi yang baik dan benar. Tujuan dari program edukasi dan pemberian informasi obat adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hipertensi dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penggunaan obat antihipertensi yang baik dan benar. Mahasiswa dan dosen dari Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker dan Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Sari Mutiara Indonesia diminta untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di UPT. Puskesmas Teladan tentang hipertensi dan penggunaan obat antihipertensi. Ini adalah salah satu kegiatan tridarma perguruan tinggi yang mengabdikan diri kepada masyarakat. Diharapkan bahwa kegiatan ini akan memberikan pengetahuan dan pemahaman, secara tidak langsung mencegah penggunaan obat yang salah dan mencegah komplikasi lanjutan hipertensi.
Edukasi Tentang Penyakit Diare Kepada Masyarakat di UPT. Puskesmas Amplas Medan Raissa Fitri; Ginting, Grace Anastasia br; Mainal Furqan; Cut Putri Meiliana
Jurnal Abdimas Mutiara Vol. 5 No. 2 (2024): JURNAL ABDIMAS MUTIARA
Publisher : Universitas Sari Mutiara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air bersih yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, dan buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare terbagi menjadi dua yaitu diare cair akut dan diare akut infeksius. Diare cair akut didefinisikan sebagai penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari atau sama dengan 3 kali per hari dengan konsistensi tinja yang lunak atau cair dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut infeksius yang disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit paling banyak terjadi di negara berkembang. Rotavirus merupakan penyebab tersering diare di Indonesia, penyebaran tersering melalui transmisi faecal oral deengan masa inkubasi 1 sampai 3 hari.
Edukasi Tentang Penyakit Tuberkulosis Dan Pemberian Informasi Obat Untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Di UPT. Puskesmas Amplas Br Ginting, Grace Anastasia; Raissa Fitri; Mainal Furqan; Rialita Lifiani; Rezza Fikrih Utama; Zain Muhtarom
Jurnal Abdimas Mutiara Vol. 6 No. 1 (2025): JURNAL ABDIMAS MUTIARA
Publisher : Universitas Sari Mutiara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban tuberkulosis tertinggi. Jumlah kasus baru tuberkulosis di Indonesia tahun 2018 diperkirakan berjumlah 845.000 kasus. Jumlah kematian akibat tuberkulosis diperkirakan sebanyak 93.000 kasus. Indonesia merupakan negara dengan peringkat tertinggi ketiga di dunia dalam jumlah kasus baru tuberkulosis. Pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan obat masih sangat terbatas. Obat harus selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat terapi yang optimal. Pengobatan tuberkulosis membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu selama 6 bulan dan kuman tuberkulosis berisiko menjadi resistan obat jika tidak menyelesaikan proses pengobatan sampai tuntas. Pengobatan untuk tuberkulosis resistan obat membutuhkan waktu jauh lebih lama daripada tuberkulosis biasa, yakni 2 tahun. Jika penyakit tuberkulosis tidak diobati sampai sembuh, maka 1 orang pasien tuberkulosis aktif dapat menularkan ke 10-15 orang pertahunnya. Tujuan dari program edukasi dan pemberian informasi obat adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penyakit tuberkulosis dan meningkatkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam penggunaan obat. Mahasiswa dan dosen dari Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker dan Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Sari Mutiara Indonesia melaksanakan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di UPT. Puskesmas Amplas tentang penyakit tuberkulosis dan penggunaan obat. Ini adalah salah satu kegiatan tridarma perguruan tinggi yang mengabdikan diri kepada masyarakat.
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN ORALLY DISSOLVING FILM (ODF) YANG MENGANDUNG EKSTRAK ETANOL JAHE MERAH (Zingiber Officinale Var Rubrum) SEBAGAI PENYEMBUH SARIAWAN Fitri, Raissa; Rani, Zulmai; Ginting, Grace Anastasia Br; Mainal Furqan
FARMASAINKES: JURNAL FARMASI, SAINS, dan KESEHATAN Vol. 4 No. 2 (2025): FARMASAINKES: JURNAL FARMASI, SAINS dan KESEHATAN
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32696/farmasainkes.v4i2.4190

Abstract

Memformulasikan sediaan ODF ekstrak etanol jahe merah (Zingiber Officinale Var Rubrum Rhizoma) yang mengandung senyawa gingerol sebagai penyembuh sariawan. Penelitian ini untuk mengetahui apakah sediaan ODF memenuhi uji mutu sebagai sediaan ODF, dan dapat menghambat pertumbuhan jamur candida albicans yang menjadi penyebab utama sariawan. Metode penelitian ini merupakan suatu jenis penelitian eksperimental yang bertujuan untuk melihat pengaruh hasil formulasi sediaan ODF yang mengandung ekstrak jahe merah sebagai penyembuh sariawan. dengan cara membuat sediaan ODF dari ekstrak jahe merah dengan konsentrasi 1, 2 dan 3%. Sediaan ODF di uji mutu dan aktifitas antijamur pada jamur candida albicans. Berdasarkan hasil evaluasi yang sudah dilakukan pada sediaan ODF mempunyai bau yang khas, rasa manis dan permukaan yang halu, Ketebalan 0,2-0,3mm, nilai pH 6,50-7,06, nilai ketahanan lipat antara 318-373 kali, dan nilai waktu larut 21,60-28-64 detik. Pada pengujian aktivitas antijamur candida albicans memperoleh zona bening 4mm (F1), 13,6mm (F2), dan 20,3mm (F3). Kesimpulan pada sediaan ODF ektrak etanol jahe merah memenuhi uji mutu dan juga dapat menghambat pertumbuhan jamur.
Formulasi Sediaan Sabun Mandi Padat Dari Ekstrak Umbi Wortel (daucus carota l. ) Sebagai Pelembab Mainal Furqan; Rezza Fikrih Utama; Raissa Fitri; Grace Anastasia Br Ginting; Marbun, Eva Diansari; Santy Simamora
JURNAL TEKNOLOGI KESEHATAN DAN ILMU SOSIAL (TEKESNOS) Vol. 5 No. 2 (2023): JURNAL TEKNOLOGI, KESEHATAN DAN ILMU SOSIAL (TEKESNOS)
Publisher : Universitas Sari Mutiara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Carrot plants contain phenolic compounds, as well as natural antioxidants, namely provitamin A and carotenoids. Beta-carotene in carrot (Daucus carota L.) tubers is useful for maintaining skin moisture, softening the skin so that the skin always looks radiant. Therefore, carrot tubers make it possible to be used as an active ingredient in soap making. The aim of the study was to determine whether carrot (Daucus carota L.) tubers could be formulated into a solid bath soap that functions as a skin moisturizing soap. The method used in this study was an experimental method, namely conducting an experiment to make solid bath soap formulations from carrot tubers with concentrations of 5%, 10% and 15%. The tests carried out in this study included organoleptic tests, pH tests, high foam tests, free alkali test, skin irritation tests on volunteers, moisture tests on volunteer skin, and hedonic tests on researchers. The results showed that carrot root extract can be formulated into a solid bath soap. Which has a pH in the range of 8-11 and has a fairly high foam and does not cause irritation to the skin of volunteers and can increase moisture on the skin of volunteers. The conclusion of this study is that carrot tubers can be formulated into solid bath soap preparations as a moisturizer.
Uji Aktivitas Antihiperglikemia Jus Bit Merah (Beta vulgaris L.) Pada Tikus Putih Jantan Yang Diberikan Beban Glukosa Oral Sianipar, Artha Yuliana; Br Waruwu, Tasya Sevrina Nica Arlin; Rezza Fikrih Utama; Rialita Lifiani; Mainal Furqan
JURNAL TEKNOLOGI KESEHATAN DAN ILMU SOSIAL (TEKESNOS) Vol. 6 No. 2 (2024): JURNAL TEKNOLOGI, KESEHATAN DAN ILMU SOSIAL (TEKESNOS)
Publisher : Universitas Sari Mutiara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Plants containing secondary metabolites of alkaloids, flavonoids, saponins and tannins are known to have antihyperglycemic activity. One of the plants known to contain these secondary metabolites is red beet (Beta vulgaris L.). The purpose of this study was to determine the antihyperglycemic activity of red beetroot juice and to determine the effective concentration of red beetroot juice in reducing blood glucose levels in male rats that were given a glucose load orally. This study uses an experimental method with pretest-posttest control group design, where the test animals used were 25 male white rats divided into 5 groups. Group I was given 0.5% CMC suspension as a negative control, group II was given metformin suspension 9 mg/200 g BW as a positive control, group III was given red beet juice with a concentration of 100%, group IV was given red beet juice with a concentration of 50%, group V given red beet juice concentration of 25%. The results showed that 100% concentration of red beet juice, 50% concentration of red beet juice, and 25% concentration of red beet juice could reduce blood glucose levels in white rats, where red beet juice concentration of 25% had the lowest antihyperglycemic activity, red beet juice concentration of 50 % was not significantly different from metformin as a comparison, and 100% concentration of red beetroot juice had the highest antihyperglycemic activity. It was concluded that red beetroot juice has activity as an antihyperglycemic and the most effective as an antihyperglycemic is 100% concentration of red beetroot juice.