Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Perbaikan Kualitas Produk Tas Kulit dengan Menggunakan Metode Teorija Rezhenija Izobretatelskih Zadach (TRIZ) pada CV. X – Bandung Mochammad Iqbal Syidik; M. Dzikron A. M; Iyan Bachtiar
Jurnal Riset Teknik Industri Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Teknik Industri (JRTI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrti.v1i1.95

Abstract

Abstract. CV. X is a company engaged in the leather industry that manufactures wallets, bags and key chains. The company experienced a decrease in sales volume due to a decrease in product quality from defective products in the company. Leather bags have an average percentage of disability of 2.39% in 2017-2018 from the company's disability limit of 2%. The existence of these defective products requires companies to improve product quality to reduce the occurrence of defects. The method used to solve the problems that are being faced by the company is the Seven Tools Quality Control method to identify the causes of product defects, while the Rezhenija Izobretatelskih Zadach (TRIZ) method is used to design a product quality improvement plan. The result of data processing which becomes the main priority is defect cutting. The causes of cutting defects include decreased work concentration, inadequate workers, poor physical condition, no machine maintenance, blunt cutting machines, high cutting machine use intensity, work environment, hot room temperature, lack of work space lighting. All causes of product defects are designed to improve the quality of leather bag products by creating visual controls, forms for worker health, cutting knife replacement machines, installing air conditioners, and adding lights to the sewing machine. Abstrak. CV. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri kulit yang memproduksi dompet, tas, dan gantungan kunci. Perusahaan mengalami penurunan volume penjualan yang disebabkan karena adanya penurunan kualitas produk dari produk cacat di perusahaan. Tas kulit memiliki rata-rata persentase kecacatan sebesar 2,39% pada tahun 2017-2018 dari batas kecatatan yang ditetapkan perusahaan sebesar 2%. Adanya produk cacat tersebut mengharuskan perusahaan melakukan perbaikan kualitas produk untuk mengurangi terjadinya kecacatan. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan yaitu metode Seven Tools Quality Control untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya kecacatan produk, sedangkan metode Teorija Rezhenija Izobretatelskih Zadach (TRIZ) digunakan untuk membuat rancangan perbaikan kualitas produk. Hasil pengolahan data yang menjadi prioritas utama yaitu cacat potong. Penyebab cacat potong diantaranya yaitu konsentrasi kerja menurun, pekerja kurang hati-hati kondisi fisik kurang baik, tidak ada perawatan mesin, mesin potong tumpul, intesitas penggunaan mesin potong tinggi, lingkungan kerja, suhu ruangan panas, pencahayaan ruang kerja kurang. Semua penyebab cacat produk dibuat rancangan perbaikan untuk meningkatkan kembali kualitas produk tas kulit dengan membuat visual control, form untuk kesehatan pekerja, mesin penggantian pisau potong, pemasangan AC, serta penambahan lampu pada meisn jahit.
Peningkatan Produktivitas Kinerja pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Menggunakan Objective Matrix (OMAX) Muhammad Fauzy; M. Dzikron A. M
Jurnal Riset Teknik Industri Volume 4, No. 1, Juli 2024, Jurnal Riset Teknik Industri (JRTI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrti.v4i1.3839

Abstract

Abstract. PDAM X, located in X Regency, serves as a provider of clean water for daily needs. In the year 2022, PDAM X experienced a decline, believed to be linked to the company's restricted use of production capacity, which was only 44%. This underutilization has led to limitations in the provision of clean drinking water for consumers, prompting them to resort to nearby water sources. This study utilizes the Objective Matrix (OMAX) approach to pinpoint factors contributing to the minimal utilization of raw materials between July and December 2022. Identification using the Cause-and-Effect (fishbone) diagram with factors such as human elements, methods, materials, and machinery led to the solution of periodic maintenance for machinery and diligent supervision to ensure proper machine operation. Abstrak. PDAM X yang berada di Kabupaten X adalah perusahaan penyedia air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. PDAM X pada tahun 2022 mengalami penurunan, hal ini diduga terjadi karena perusahaan di tahun 2022 hanya mampu menggunakan kapasitas produksi sebesar 44% saja. Kapasitas yang tidak sepenuhnya dimanfaatkan oleh perusahaan menjadikan konsumen mengalami keterbatasan air bersih, sehingga pelanggan memilih untuk menggunakan air yang ada disekitarnya. Penelitian ini menggunakan metode Objective Matrix (OMAX) dengan tujuan dapat membantu perusahaan agar dapat meningkatkan produktivitasnya dan dapat memenuhi kebutuhan air bersih. Kriteria yang digunakan produksi air bersih, jam kerja efektif, pemanfaatan bahan baku, dan efisiensi tenaga kerja. Hasil yang didapatkan adalah skor OMAX untuk pemanfaatan bahan baku menjadi yang terendah berada pada periode Juli sampai Desember 2022. Identifikasi dengan menggunakan faktor manusia, metode, material, dan mesin pada diagram Sebab-Akibat (fishbone) mendapatkan solusi perbaikan yaitu dengan melakukan perawatan secara berkala pada mesin, serta melakukan pengawasan terhadap mesin agar dapat dioperasikan dengan baik.
Pengendalian Kualitas Menggunakan Metode Six Sigma untuk Meminimalisir Cacat Produk di CV. XYZ Gifa Nadya Puteri Gunawan; M. Dzikron A. M; Dewi Shofi Mulyati
Jurnal Riset Teknik Industri Volume 5, No. 1, Juli 2025, Jurnal Riset Teknik Industri (JRTI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrti.v5i1.6422

Abstract

Abstrak. CV. XYZ adalah perusahaan yang bergerak di industri tas. Dalam proses produksi perusahaan ini mampu memproduksi dengan skala 1300 unit tas per sebulan untuk memenuhi permintaan konsumen secara global. Persentase terbesar cacat, yaitu 6,18%, ditemukan pada produk backpack, dengan cacat seperti bentuk yang tidak presisi, jahitan yang tidak rapi, dan terdapat sobekan. Penelitian ini menggunakan metode Six Sigma dan Kaizen dengan tujuan dapat mengurangi produk cacat dengan meminimalkan variasi dalam proses. Hasil menunjukkan bahwa jenis cacat yang ditemukan adalah jahitan tidak rapi (44%), bentuk tidak tepat (25%), dan sobekan (31%). Checklist dan peta kontrol dibuat untuk memastikan setiap langkah dilaksanakan dengan baik dan mencegah terulangnya cacat. Perbaikan dilakukan dengan menerapkan pelatihan rutin bagi karyawan untuk meningkatkan keterampilan serta pemahaman terhadap kualitas, diikuti dengan inspeksi berkala guna memastikan proses berjalan sesuai standar. Selain itu, langkah-langkah pengendalian kualitas yang telah diimplementasikan bertujuan untuk mencegah terulangnya cacat dalam produksi. Abstract. CV. XYZ is a company engaged in the bag industry. In its production process, the company is capable of producing at a scale of 1.300 units of bags per month to meet global consumer demand. The highest defect percentage, 6.18%, was found in backpack products, with defects such as imprecise shapes, uneven stitching, and tears. This research applies the Six Sigma and Kaizen methods with the aim of reducing defective products by minimizing variation in the process. The results show that the types of defects found include uneven stitching (44%), incorrect shapes (25%), and tears (31%). Checklists and control charts were created to ensure each step was properly followed and to prevent the recurrence of defects. Improvements were made by implementing regular employee training to enhance skills and quality awareness, along with periodic inspections to ensure processes run according to standards. Additionally, the quality control measures implemented aim to prevent the recurrence of defects in production.