Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Inspeksi Kesehatan Lingkungan dalam menjaga sanitasi rumah di lingkungan UPT Puskesmas Tembuku I Bangli Widyasari, Ida Ayu Putri Genta; Steviani, Ni Kadek Meisy
Dharma Sevanam : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3 No 1 (2024): Juny 2024
Publisher : IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53977/sjpkm.v3i1.1801

Abstract

This community service aims to evaluate the role of environmental health inspections in maintaining home sanitation in the UPT Puskesmas Tembuku I Bangli area, in accordance with the Minister of Health Regulation Number 13 of 2015. This study used a descriptive observational method with data collection from the puskesmas during 2023. Data were collected through healthy home surveys on 50 households in the puskesmas working area, counseling, and direct inspections to patients' homes, as well as posyandu activities and health counseling in schools. The results showed that 90% of the houses in Tembuku Village met the requirements of a healthy home, while the other 10% did not meet the requirements. Some of the problems found include inadequate ventilation, improper waste water disposal, and residents' habits of not maintaining home hygiene. These conditions can increase the risk of environment-based diseases such as ARI. The conclusion of this study confirms the importance of improving house components, sanitation facilities, and occupant behavior to achieve optimal sanitation. These results are expected to contribute to the improvement of environmental health and home sanitation programs in Indonesia, especially in the UPT Puskesmas Tembuku I Bangli area.
Meningkatkan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan melalui Puskesmas Keliling: Pengalaman di UPT Puskesmas Tembuku I dalam Mengatasi Stunting dan Penyakit Lingkungan Widyasari, Ida Ayu Putri Genta; Wedhaswari, Ida Ayu Made Idyani
Dharma Sevanam : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3 No 2 (2024): December 2024
Publisher : IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53977/sjpkm.v3i2.2132

Abstract

The Mobile Community Health Center program has been introduced as a strategy to increase access to health services in isolated areas. The main focus of this program is reducing stunting rates and controlling environmental-based diseases such as Acute Respiratory Infections and Dengue Hemorrhagic Fever. In its implementation, the Mobile Health Center succeeded in increasing community access to health services, with more than 50% of the village communities served experiencing an increase in health checks. Medical interventions and nutritional education have also contributed to reducing stunting rates, although the challenges in changing community behavior are still significant. Counseling on Clean and Healthy Living Behavior in schools and improving household sanitation also show positive impacts, although there are still obstacles in implementing healthy habits in the community. Fogging and abatement programs to control Dengue Hemorrhagic Fever as well as education regarding environmental sanitation management have shown positive results but need to be continued with a more intensive community-based approach. Despite progress, the biggest challenge remains behavior change which requires ongoing support and active community involvement. This evaluation shows that the Mobile Health Center is an effective health service model for improving access and quality of health in remote areas, although it needs strengthening in the areas of coordination between sectors and development of information technology to expand service coverage.
Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Kesehatan Lingkungan terhadap Penanggulangan Stunting dan Penyakit Menular Banawestri, Kadek; Widyasari, Ida Ayu Putri Genta
Dharma Sevanam : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3 No 2 (2024): December 2024
Publisher : IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53977/sjpkm.v3i2.2138

Abstract

This study aims to evaluate the effectiveness of community empowerment and environmental health interventions in overcoming stunting and infectious diseases. The method used was analysis of epidemiological data obtained from UPT Puskesmas Tembuku I, as well as interviews with the community regarding knowledge and health behavior. The results showed that although many communities have high knowledge about nutrition and hygiene, there is a gap between knowledge and daily practice. Educational programs on nutritious diets, sanitation, and environmental hygiene, as well as empowerment of women and health cadres, were shown to increase community awareness. However, the main challenge is behavior change, which requires a more intensive approach and continuous support from various parties. Collaboration between Puskesmas, village governments, and communities is needed to achieve long-term goals in stunting and infectious disease prevention.
Teo-Ekologi: Bahan Alternatif Pembuatan Ogoh-Ogoh Ramah Lingkungan Untuk Menjaga Kelestarian Budaya Bali Widyasari, Ida Ayu Putri Genta
Widya Sundaram : Jurnal Pendidikan Seni Dan Budaya Vol 3 No 1 (2025): Maret 2025
Publisher : Institut Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53977/jws.v3i1.2405

Abstract

This research examines the use of environmentally friendly materials in making Ogoh-ogoh in Bali, focusing on the city of Denpasar. The study aimed to identify challenges and opportunities in transitioning to using environmentally friendly materials, such as bamboo, paper platters, and recycled paper, as a replacement for Styrofoam. The research method was a descriptive qualitative approach, with in-depth interviews and participatory observation of sekaa teruna, Ogoh-ogoh craftsmen, and local government. The results showed that although environmental awareness among Balinese people is high, the main challenge lies in the higher cost and longer processing time with natural materials. Nonetheless, the younger generation has great potential in adopting eco-friendly materials and playing a key role in maintaining the sustainability of Balinese culture. This research also introduces the concept of theo-ecology, which combines the principles of ecology and spirituality in Balinese tradition and makes a new contribution to sustainable cultural management. The conclusions of this study emphasize the importance of more coordinated policies to support the adoption of eco-friendly materials and ensure the preservation of culture and environment simultaneously. These results provide important insights for developing cultural and environmental sustainability science.
Penyuluhan CTPS, PHBS, dan Penanggulangan DBD di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tembuku I Yulianti, Anysiah Elly; Posmaningsih, Dewa Ayu Agustini; Hadi, M. Choirul; Aryasih, I Gusti Ayu Made; Widyasari, Ida Ayu Putri Genta; Astari, Ni Putu Nadia
Jurnal Pengabmas Masyarakat Sehat Vol 6, No 2 (2024): APRIL
Publisher : Poltekkes Kemenkes Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33992/jpms.v6i2.3726

Abstract

Pada anak sekolah salahsatu permasalahan yang disebabkan oleh perilaku yaitu masalah kesehatan perorangan dan lingkungan. Masalah tersebut disebabkan oleh karena kurangnya kesadaran dari seseorang akan kebersihan tangan yaitu masalah diare. Kejadian diare terjadi setiap tahunnya sebanyak 6 juta anak meninggal karena diare di dunia, Indonesia merupakan negara dengan kematian diare tersebut. Anak usia kurang dari 5 tahun diperkirakan meninggal setiap tahunnya dari 10 juta anak, sekitar 20% meninggal disebabkan karena infeksi diare (Wicaksana Rachman, 2018). Cuci tangan menggunakan air dan sabun merupakan upaya untuk pencegahan dan penularan dari sebuah penyakit, salahsatunya penyakit diare. Kuman pada tangan dapat dibunuh dengan cara cuci menggunakan sabun. Kuman mati akibat cuci tangan menggunakan sabun sebanyak 73%. Hand sanitizer tidak lebih efektif dari pada cuci tangan menggunakan sabun 60% (Ervira et al., 2021). World Health Organization (WHO) mendukung pentingnya membudayakan cuci tangan menggunakan sabun yang dilakukan dengan baik dan dengan benar. Metode penyuluhan menggunakan metode deskriptif observasional, meliputi penyampaian materi Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui presentasi interaktif dengan poster dan slide. Siswa dilibatkan dalam praktik langsung mencuci tangan dengan benar dengan panduan lagu, dan demonstrasi langsung oleh fasilitator. Observasi terhadap partisipasi siswa dilakukan untuk memantau interaksi langsung antara fasilitator dan siswa, serta evaluasi praktik cuci tangan dan perilaku hidup bersih. Pemberian materi tersebut, ditujukan agar siswa/i dapat memiliki pengetahuan lebih baik tentang bagaimana cara menjaga kebersihan diri sendiri seperti mencuci tangan dengan baik menggunakan sabun dan air mengalir selama 20 detik, bagaimana menerapkan pola hidup yang sehat, bagaimana mengantisipasi penyakit – penyakit yang berkaitan dengan lingkungan seperti diare dan demam berdarah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi penting untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena banyak penyakit yang bisa dicegah jika masyarakat menerapkan perilaku hidup sehat. Anak sekolah merupakan kelompok usia yang rentan untuk mengalami masalah kesehatan karena sebagian waktunya dihabiskan di luar lingkungan rumah dan di luar pengawasan orang tua. 
Habituation Internalization of Religious Moderation Values in Early Childhood in Pasraman: A Case Study on Pasraman Samiaga Mataram Wiguna, Ida Bagus Alit Arta; Widyasari, Ida Ayu Putri Genta
Kumarottama: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol 4 No 2 (2025)
Publisher : Institut Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53977/kumarottama.v4i2.2486

Abstract

Religious moderation is a crucial principle in the pluralistic national education system, especially in the context of Hindu non-formal religious education in Indonesia. This study aims to analyze the habituation process of internalizing religious moderation values in early childhood in Pasraman Samiaga Mataram, as well as identify the learning strategies used by Acarya in shaping students' moderate character. The approach used is a qualitative case study with data collection techniques through observation, in-depth interviews, and documentation. The hypothesis of this study states that the more intensive and contextual the habituation process is carried out, the higher the level of internalization of the value of moderation in early childhood. The results of the study show that learning activities such as Dharma Tula, Yoga, and Dharma Yatra are effectively a medium for habituation of the values of tolerance, peace-loving, and non-violent attitudes, even though students do not understand the concept of moderation terminologically. Affective and contextual strategies have been shown to be more effective in shaping moderate behavior than expository approaches. This article contributes to the development of a theory of Hindu character education based on religious moderation at an early age by emphasizing the importance of a habitual learning approach in instilling abstract values. These findings reinforce the urgency of updating pasraman pedagogy and relevance in shaping an inclusive and adaptive young generation during social diversity. The findings of this study are key to creating a non-formal education model that effectively addresses the challenges of diversity and potential intolerance starting from an early age.
Penyuluhan CTPS, PHBS, dan Penanggulangan DBD di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tembuku I Yulianti, Anysiah Elly; Posmaningsih, Dewa Ayu Agustini; Hadi, M. Choirul; Aryasih, I Gusti Ayu Made; Widyasari, Ida Ayu Putri Genta; Astari, Ni Putu Nadia
Jurnal Pengabmas Masyarakat Sehat Vol 6, No 2 (2024): APRIL
Publisher : Poltekkes Kemenkes Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33992/jpms.v6i2.3726

Abstract

Pada anak sekolah salahsatu permasalahan yang disebabkan oleh perilaku yaitu masalah kesehatan perorangan dan lingkungan. Masalah tersebut disebabkan oleh karena kurangnya kesadaran dari seseorang akan kebersihan tangan yaitu masalah diare. Kejadian diare terjadi setiap tahunnya sebanyak 6 juta anak meninggal karena diare di dunia, Indonesia merupakan negara dengan kematian diare tersebut. Anak usia kurang dari 5 tahun diperkirakan meninggal setiap tahunnya dari 10 juta anak, sekitar 20% meninggal disebabkan karena infeksi diare (Wicaksana Rachman, 2018). Cuci tangan menggunakan air dan sabun merupakan upaya untuk pencegahan dan penularan dari sebuah penyakit, salahsatunya penyakit diare. Kuman pada tangan dapat dibunuh dengan cara cuci menggunakan sabun. Kuman mati akibat cuci tangan menggunakan sabun sebanyak 73%. Hand sanitizer tidak lebih efektif dari pada cuci tangan menggunakan sabun 60% (Ervira et al., 2021). World Health Organization (WHO) mendukung pentingnya membudayakan cuci tangan menggunakan sabun yang dilakukan dengan baik dan dengan benar. Metode penyuluhan menggunakan metode deskriptif observasional, meliputi penyampaian materi Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui presentasi interaktif dengan poster dan slide. Siswa dilibatkan dalam praktik langsung mencuci tangan dengan benar dengan panduan lagu, dan demonstrasi langsung oleh fasilitator. Observasi terhadap partisipasi siswa dilakukan untuk memantau interaksi langsung antara fasilitator dan siswa, serta evaluasi praktik cuci tangan dan perilaku hidup bersih. Pemberian materi tersebut, ditujukan agar siswa/i dapat memiliki pengetahuan lebih baik tentang bagaimana cara menjaga kebersihan diri sendiri seperti mencuci tangan dengan baik menggunakan sabun dan air mengalir selama 20 detik, bagaimana menerapkan pola hidup yang sehat, bagaimana mengantisipasi penyakit – penyakit yang berkaitan dengan lingkungan seperti diare dan demam berdarah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi penting untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena banyak penyakit yang bisa dicegah jika masyarakat menerapkan perilaku hidup sehat. Anak sekolah merupakan kelompok usia yang rentan untuk mengalami masalah kesehatan karena sebagian waktunya dihabiskan di luar lingkungan rumah dan di luar pengawasan orang tua. 
Peran Interprofessional Education dalam Upaya Promotif dan Preventif Hipertensi pada Lansia di Desa Toyapakeh, Klungkung Widyasari, Ida Ayu Putri Genta
Dharma Sevanam : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 4 No 1 (2025): Juny 2025
Publisher : IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53977/sjpkm.v4i2.1459

Abstract

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang paling banyak dialami oleh kelompok lanjut usia dan seringkali tidak terdeteksi secara dini akibat rendahnya kesadaran serta keterbatasan akses edukasi kesehatan. Desa Toyapakeh di Kabupaten Klungkung menjadi salah satu wilayah dengan tingginya kasus lansia berisiko hipertensi namun minim intervensi promotif dan preventif yang terstruktur. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan literasi kesehatan dan keterampilan kader serta lansia dalam deteksi dan pengendalian hipertensi melalui pendekatan Interprofessional Education (IPE). Metode yang digunakan mencakup pendidikan masyarakat, pelatihan, dan difusi ipteks, dengan strategi partisipatif yang melibatkan mahasiswa dan tenaga kesehatan lintas profesi. Kegiatan meliputi penyuluhan, pelatihan penggunaan tensimeter digital, serta distribusi buku saku dan media edukasi. Hasil pengabdian menunjukkan peningkatan signifikan dalam pengetahuan lansia tentang hipertensi serta peningkatan keterampilan kader dalam pengukuran tekanan darah dan edukasi komunitas. Pendekatan IPE terbukti efektif dalam mendorong kolaborasi lintas profesi dan pemberdayaan komunitas, serta dapat direplikasi dalam konteks pelayanan kesehatan berbasis masyarakat untuk mendukung pencegahan penyakit tidak menular secara berkelanjutan.