Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Perdagangan Maritim terhadap Penyebaran Islam di Indonesia pada Abad ke-15 M hingga ke-17 M Sari, Ika Purnama; Putri, Shella Ananda; Ananda, Risky Dwi; Andira, Bagas Ibnu; Manalu, Agrifa Ido Arta; Zalukhu, Desveronika
Polyscopia Vol. 1 No. 3 (2024)
Publisher : Medan Resource Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57251/polyscopia.v1i3.1342

Abstract

The spread of Islam in Indonesia is a complex and diverse phenomenon, influenced by various historical, social, and economic factors. One factor that has an important role in the spread of Islam in Indonesia is maritime trade. This research aims to explore the influence of maritime trade on the spread of Islam in Indonesia. Through a historical approach and historical data analysis, this research explores maritime trade routes which were the main means of spreading Islam in Indonesia in the past. By paying attention to economic, social, and cultural factors related to maritime trade, this research discusses how trade via maritime routes has facilitated cultural and ideological exchanges, including the Islamic religion, in the Indonesian archipelago. The findings of this research reveal significant insights into how maritime trade facilitated the spread of Islam, highlighting specific trade routes and interactions that were crucial in this process, thus providing a deeper understanding of the relationship between maritime trade and the spread of Islam, as well as its relevance in the context of Indonesian history and social development.
Impact of Colonialism on Urban Development in Indonesia: A Case Study of Medan Safitri, Fivie; Manalu, Agrifa Ido Arta; Muliani, Indah Chofifah Suge; Zai, Diraningsih; Sinaga, Rosmaida
Warisan: Journal of History and Cultural Heritage Vol 5, No 3 (2024)
Publisher : Mahesa Research Center (PT. Mahesa Global Publishing)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34007/warisan.v5i3.2433

Abstract

This study explores the historical buildings in Medan, which serve as vital cultural heritage from the Dutch colonial era in North Sumatra. These well-preserved structures stand as monumental evidence of the past and are legally recognized as heritage sites. Over time, the area that once served as the administrative center has undergone significant transformations, evolving into a commercial hub. This shift has resulted in physical modifications, functional repurposing, and the emergence of new constructions that disrupt the architectural harmony of the colonial-era landscape. Employing a historical research method—encompassing heuristic analysis, source criticism, interpretation, and historiography—this study investigates the impact of colonialism on Medan’s urban development. The findings indicate that the visual identity of Lapangan Merdeka is predominantly defined by its physical elements, particularly the enduring presence of Dutch colonial buildings. The area’s architectural character is shaped by key design principles, including uniform building heights, structural alignment, roof typology, and spatial arrangements between buildings. This research underscores the growing threat posed by urban modernization to Medan’s historical integrity, emphasizing the urgent need for conservation strategies to preserve its colonial architectural heritage and cultural significance.
Pemuda dalam Cengkeraman Kekuasaan: dari Seinendan ke Generasi Milenial Muham, Setia Esra S; Safitri, Fivie; Manalu, Agrifa Ido Arta; Zai, Diraningsih; Cofifah S M, Indah; Sinaga, Rosmaida
Journal of Education Religion Humanities and Multidiciplinary Vol 3, No 1 (2025): Juni 2025
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/jerumi.v3i1.6328

Abstract

Artikel ini membahas pola mobilisasi dan pemanfaatan pemuda oleh kekuasaan dalam dua periode berbeda: masa pendudukan Jepang (1942–1945) dan era digital kontemporer. Pada masa Jepang, pemuda dimobilisasi melalui organisasi semi-militer seperti Seinendan dan Keibodan untuk mendukung kepentingan militer dan ideologi penjajah. Sementara di masa kini, pemuda dimanfaatkan secara digital melalui peran sebagai buzzer politik yang menyebarkan narasi kekuasaan di media sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis-kritis dengan metode kualitatif, mengandalkan studi pustaka dari sumber primer dan sekunder. Hasil kajian menunjukkan adanya pola kontinuitas dalam strategi kekuasaan yang menjadikan pemuda sebagai alat hegemoni, baik secara fisik maupun digital. Meskipun demikian, keterlibatan tersebut juga melahirkan kesadaran politik yang dapat mendorong pemuda menjadi subjek perubahan sosial. Artikel ini menekankan pentingnya literasi digital dan kesadaran kritis agar pemuda tidak terjebak dalam manipulasi kekuasaan, melainkan mampu tampil sebagai aktor utama dalam demokrasi yang reflektif dan partisipatif.
Pemuda dalam Cengkeraman Kekuasaan: dari Seinendan ke Generasi Milenial Muham, Setia Esra S; Safitri, Fivie; Manalu, Agrifa Ido Arta; Zai, Diraningsih; Cofifah S M, Indah; Sinaga, Rosmaida
Journal of Education Religion Humanities and Multidiciplinary Vol 3, No 1 (2025): Juni 2025
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/jerumi.v3i1.6328

Abstract

Artikel ini membahas pola mobilisasi dan pemanfaatan pemuda oleh kekuasaan dalam dua periode berbeda: masa pendudukan Jepang (1942–1945) dan era digital kontemporer. Pada masa Jepang, pemuda dimobilisasi melalui organisasi semi-militer seperti Seinendan dan Keibodan untuk mendukung kepentingan militer dan ideologi penjajah. Sementara di masa kini, pemuda dimanfaatkan secara digital melalui peran sebagai buzzer politik yang menyebarkan narasi kekuasaan di media sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis-kritis dengan metode kualitatif, mengandalkan studi pustaka dari sumber primer dan sekunder. Hasil kajian menunjukkan adanya pola kontinuitas dalam strategi kekuasaan yang menjadikan pemuda sebagai alat hegemoni, baik secara fisik maupun digital. Meskipun demikian, keterlibatan tersebut juga melahirkan kesadaran politik yang dapat mendorong pemuda menjadi subjek perubahan sosial. Artikel ini menekankan pentingnya literasi digital dan kesadaran kritis agar pemuda tidak terjebak dalam manipulasi kekuasaan, melainkan mampu tampil sebagai aktor utama dalam demokrasi yang reflektif dan partisipatif.