Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

THE RELATIONSHIP BETWEEN PERSONAL HYGIENE AND THE INCIDENCE OF SKIN DISEASES IN LORONG MESJID LK. IV BAGAN DELI BELAWAN Sianturi, Anggina Cucu Khetri; Nanda, Meutia; Nasution, Azzahra Ramadhana; Saragih, Dini Azila; Sagala, Rahmadani
HEARTY Vol 13 No 2 (2025): APRIL
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ibn Khaldun, Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/hearty.v13i2.17187

Abstract

Skin disease is a condition or disorder that affects the human skin. Factors that cause skin diseases include an unclean environment and inadequate personal hygiene behaviour. Poor personal hygiene behaviour can increase the risk of developing skin diseases. This study aims to find the relationship between personal hygiene and the incidence of skin diseases in the population of Lorong Mesjid Lingkungan IV Bagan Deli Belawan. This study is quantitative and uses an analytical approach with a cross-sectional design. The population consisted of all people living in Lorong Mesjid Lingkungan IV Bagan Deli Belawan, with a total population of 1,963 people. This study involved a sample of 92 people selected using simple random sampling method and Lemeshow's formula. Data were collected through observation sheets and questionnaires filled out through interviews with respondents. Data were analysed using chi-square. The results showed that clothing hygiene, hand hygiene, towel use, and frequency of bathing had a significant relationship with the incidence of skin diseases, with a p-value of 0.001 each. Therefore, there was a significant association between the incidence of skin diseases and clothing hygiene, hand and nail hygiene, towel hygiene, and frequency of bathing. However, no statistically significant relationship was found between the use of footwear and the incidence of skin diseases. Therefore, residents in the coastal area of Lorong Mesjid Lingkungan IV Bagan Deli Belawan are advised to increase attention to personal hygiene, including skin hygiene, such as clothing care, hand and nail hygiene, towel hygiene, as well as increasing the frequency of bathing, and using footwear when doing activities outside the home.
Analisis Perencanaan Logistik di Puskesmas: Pendekatan Untuk Efisiensi dan Efektivitas Operasional Hasisbuan, Rapotan; Ar-ramdhani, Adinda Aulia; Sianturi, Anggina Cucu Khetri; Apriyuni, Amelia; Putri, Dian Yustika; Dalimunthe, Halimatus Sa'diyah; Nasution, Azzahra Ramadhana; Audina, Salsabila
Journal of Health Education Law Information and Humanities Vol 2, No 1 (2025): Februari 2025
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/helium.v2i1.5280

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perencanaan logistik di puskesmas dengan fokus pada metode yang digunakan untuk menentukan kebutuhan logistik, pemantauan stok barang, serta prosedur penanganan permintaan mendadak dan penghapusan barang. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan observasi pada beberapa puskesmas di Kota Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan logistik di puskesmas dilakukan dengan menggunakan format baku yang diberikan oleh Dinas Kesehatan setiap tahun, yang mencakup perkiraan kebutuhan obat berdasarkan data pemakaian sebelumnya dan pola penyakit. Proses pemantauan stok barang logistik dilaksanakan secara berkala dengan laporan pemakaian obat (LPLPO) yang mencatat stok, sisa stok, dan pengeluaran. Penanganan permintaan mendadak dilakukan dengan membuat permintaan khusus ke gudang, meskipun terkadang pengadaan obat tidak dapat dipenuhi tepat waktu. Tantangan utama dalam perencanaan logistik adalah keterbatasan anggaran dan koordinasi yang kurang efektif dengan pihak terkait. Penghapusan barang yang kedaluwarsa atau rusak dilakukan dengan prosedur yang mencakup pemisahan barang dan pembuatan berita acara. Penelitian ini memberikan rekomendasi untuk meningkatkan koordinasi antar pihak, penggunaan teknologi dalam pemantauan stok, serta pengelolaan anggaran yang lebih efisien agar perencanaan logistik di puskesmas dapat lebih efektif dan mendukung pelayanan kesehatan yang optimal.
PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN PERAWATAN BAYI DI WILAYAH PESISIR Nurhayati, Nurhayati; Saputri, Weni; Nasution, Azzahra Ramadhana
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 7 No. 3 (2024): Vol. 7 No. 3 (2024): Volume 7 No 3 Tahun 2024 (Special Issue)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v7i3.33002

Abstract

Tujuan pembangunan kesehatan adalah menjamin setiap orang mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan, sebagaimana disyaratkan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Pasal 28 ayat 1 UUD 1945. Untuk mencapai kesehatan yang optimal, pembangunan ini berupaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat. Salah satu tindakan yang harus dilakukan untuk menjamin masyarakat hidup sehat adalah penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas. Pemerintah daerah wajib menerapkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang merupakan pemberian pelayanan bermutu tinggi. Tujuannya adalah mencapai 100% SPM setiap tahunnya. Dalam karya ini, desain studi kasus dipadukan dengan metodologi kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara detail unsur-unsur yang berkontribusi terhadap kegagalan indikator program kesehatan bayi baru lahir di wilayah pesisir. Program layanan kesehatan bayi baru lahir sangat penting untuk meningkatkan kesehatan generasi muda di wilayah pesisir. Daerah pesisir sering kali mengalami masalah kesehatan tertentu, seperti sanitasi yang buruk, tingginya kasus penyakit menular, dan terbatasnya akses terhadap sumber daya kesehatan. Program perawatan kesehatan bayi dapat membantu mengatasi masalah ini dengan memberikan masyarakat akses terhadap layanan medis yang diperlukan seperti perawatan pascapersalinan, layanan persalinan, dan perawatan pranatal. Selain itu, ibu dan keluarga dapat menerima bantuan dan bimbingan dari program-program tersebut mengenai pemberian ASI, gizi, serta tumbuh kembang anak.
ESTIMASI BIAYA DAN EVALUASI PROGRAM INTERVENSI PEMBERIAN PANGAN OLAHAN UNTUK KEPERLUAN MEDIS KHUSUS (PKMK) UNTUK PERBAIKAN STATUS GIZI DI DELI SERDANG, SUMATERA UTATA Nasution, Azzahra Ramadhana
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 7 No. 4 (2024): Vol. 7 No. 4 Tahun 2024
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v7i4.34026

Abstract

Bila berat badan (WW/U) seseorang tidak sesuai dengan usianya, maka dianggap gizi buruk. Balita berusia antara dua dan lima tahun sangat rentan mengalami kekurangan gizi karena mereka telah menyesuaikan pola makan yang menggabungkan makanan keluarga dengan aktivitas fisik tingkat tinggi. Pemerintah Deli Serdang mengambil tindakan dengan menawarkan makanan olahan kepada masyarakat berkebutuhan khusus (PKMK). Namun demikian, evaluasi terhadap biaya atau hasil intervensi belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini diperlukan untuk memberikan gambaran awal tentang sumber daya yang diperlukan untuk membuat rencana intervensi di masa mendatang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung biaya yang terkait dengan intervensi PKMK dan memastikan hasilnya. Evaluasi ekonomi dilakukan secara parsial dengan menghitung biaya dari sudut pandang lembaga pelaksana program dan luaran intervensi berupa peningkatan berat badan dan TBC. Empat puluh balita yang telah diperiksa gizinya dan ditemukan mengalami gizi buruk karena ketidakmampuannya mengonsumsi makanan yang ada dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan temuan penelitian, seluruh biaya intervensi untuk 40 anak adalah Rp. 219.817.000 atau Rp. 5.495.438 per anak. Sebaliknya, biaya penyediaan suplemen nutrisi 1,5 kkal/mL untuk setiap anak adalah Rp. 1.395.850. Dalam 28 hari setelah program berakhir, rata-rata berat badan dan tinggi badan anak-anak meningkat masing-masing sebesar 0,64 kg dan 0,47 cm. Penggunaan kembali peralatan yang ada saat ini dapat mengakibatkan perawatan di masa depan memiliki perkiraan biaya yang lebih rendah berdasarkan temuan penelitian. Apabila melakukan intervensi PKMK dalam skala yang lebih besar atau dengan cakupan/persyaratan subjek yang sama, penelitian ini dapat menjadi panduan.