Pengembangan usaha pengolahan sagu tradisional tidak terlepas dari kapasitas pengolah sagu, baik kapasitas diri maupun kapasitas usaha yang dimiliki. Penguatan kapasitas pengolah sagu untuk meningkatkan kualitas produk olahan sehingga memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dibanding produk olahan lainnya. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui tingkat kapasitas pengolah sagu tradisional di Kepulauan Meranti dan merumuskan pola penguatan kapasitas pengolah sagu tradisional dalam rangka keberlanjutan usaha pengolahan sagu. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.Analisis data yang dilakukan dengan statistik deskriptif untuk merumuskan pola penguatan kapasitas pengolah sagu tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan sagu tradisional di Kabupaten Kepulauan Meranti didominasi wanita (75,86 %), selebihnya pria (24,14 %), dengan rata-rata umur 47 tahun, mempunyai rata-rata jumlah anggota rumah tangga 5 orang. Pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti oleh pengolah sagu tradisional terbanyak adalah SD dan SLTP, sedangkan SLTA baru mencapai 41,38 persen. Pendapatan usaha pengolahan sagu memberikan kontribusi yang tinggi bagi pendapatan rumah tangga, yakni sebesar 76,48%, sedangkan sisanya (23,52%). Penguatan kapasitas pengolah sagu tradisional membutuhkan stategi yang tepat, mengingat terdapat 4 pihak yang terkait dalam penguatan kapasitas pengolah sagu tradisional, yaitu: (1) pengolah sagu tradisional sebagai pelaku utama, (2) penyuluh sabagai agen perubahan, (3) pihak pemerintah, dan (4) pihak swasta yang terkait dengan pengembangan sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti.