Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Critically Ill Patients in The Emergency Department: Incidence of unconsciousness Subhan, Nanda
Journal of Society Medicine Vol. 3 No. 9 (2024): September
Publisher : CoinReads Media Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47353/jsocmed.v3i9.173

Abstract

Introduction: Critically ill or injured patients can be spared the high incidence of decreased awareness of entering an emergency room that is frequently associated with involvement in emergencies. Method: The emergency department (ED) of General Hospital Indonesia was the site of this prospective, observational cohort study. We comprised all consecutive patients admitted to the emergency department from February 15th to March 16th, 2019. Results: Nineteen patients (4.5%) required airway management, while 45 patients (10.7%) necessitated ICU admittance. In total, 422 patients required airway management. The anesthesiology department received 130 emergency patient visits (30.8%) that were referred due to loss of consciousness. In general, this investigation identified 234 non-surgical emergency cases (55.5%) and 188 emergency surgery cases (44.5%). 71 cases (37.8%) of the 130 patients with the most loss of consciousness required emergency surgery. Patients who experience loss of consciousness are at risk for ICU admission, airway management, pain management, and CVC installation, as evidenced by p values (0.001) that are less than 0.05. Conclusion: The prevalence of loss of consciousness was 30.8% (130), and patients experiencing loss of consciousness are risk factors for ICU admission, airway treatment, pain management, and central venous catheter insertion.
Edukasi Diagnosis dan Tatalaksana Atresia Bilier Ilham, Darul; Muntadhar, Muntadhar; Subhan, Nanda
Jurnal Medika: Medika Vol. 4 No. 3 (2025)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/kxzwtc19

Abstract

Atresia bilier merupakan kelainan obliteratif progresif pada saluran empedu yang umumnya munculpada masa neonatal dan ditandai oleh ikterus persisten, feses pucat, dan peningkatan bilirubin direct.Insidensi atresianilier bervariasi secara global, dengan angka tertinggi dilaporkan di Asia. Etiologiatresia bilierbersifat multifaktorial, melibatkan interaksi antara faktor genetik, infeksi virus, dangangguan embriogenesis saluran empedu. Secara histopatologi, ditemukan fibrosis portal, proliferasiduktus bilier, dan kolestasis yang progresif hingga sirosis. Deteksi dini sangat krusial, dengan metodeskrining seperti kartu warna feses, pemeriksaan MMP-7, dan ultrasonografi tanda triangular cord.Prosedur Kasai portoenterostomi merupakan terapi utama, namun memiliki keberhasilan yangbergantung pada waktu tindakan. Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai edukasi diagnosis dantatalaksana atresia bilier, meningkatkan pengetahuan mengenai diagnosis dan tatalaksana atresia bilierpada mahasiswa. Selain itu para peserta mendapatkan bekal pengetahuan yang sangat penting agaranak yang menderita atresia bilier dapat terdiagnosis dengan cepat. Metode yang digunakanpendekatan edukasi dengan pemberian ceramah, diskusi tanya jawab. Hasil kegiatan ini memberikanpemahaman yang baik kepada para mahasiswa tentang pentingnya diagnosis dan tatalaksana atresiabilier. Saran diharapkan dapat menjadi pijakan awal bagi pengembangan program kesehatanhepatobilier yang tepat kepada pasien.
Perikardiosintesis dan Perikardiektomi pada Efusi Perikardial Tuberkulosis Subhan, Nanda; Alaydrus, Said Qadaru; Razi, Khalikul; Ilham, Darul
Jurnal Medika: Medika Vol. 4 No. 3 (2025)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/s37apz45

Abstract

Efusi perikardial tuberkulosis (TB-PE) adalah bentuk langka namun serius dari tuberkulosisekstrapulmoner (EPTB) yang menjadi penyebab utama efusi perikardial di wilayah dengan bebanTB tinggi. Tanpa diagnosis yang tepat dan terapi yang cepat, TB-PE dapat menyebabkan kematiandan prognosis yang buruk. Diagnosis dini dan intervensi cepat sangat penting untuk meningkatkanhasil pasien. Metode kami melaporkan kasus seorang bayi perempuan berusia 2 bulan 28 hari yangdirawat di Rumah Sakit Zainoel Abidin, Banda Aceh, pada 12 Januari 2020. Pasien mengeluhkansesak napas selama satu bulan yang semakin memburuk dalam dua hari terakhir, disertai batukproduktif, demam, dan kesulitan makan. Ayah pasien sedang menjalani pengobatan TB paru aktif.Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi interkostal, suprasternal, dan epigastrium, serta suaracrepitus di dua pertiga bawah paru. Hasil ekokardiografi pada 14 Januari 2020 menunjukkan efusiperikardial masif tanpa tanda tamponade. Berdasarkan skor TB 10 dan riwayat kontak, pasiendidiagnosis dengan TB ekstrapulmoner dan memulai pengobatan anti-tuberkulosis (OAT). Pada 22Januari 2020, dilakukan prosedur subxifoide perikardial window, yang mengalirkan 100 cc cairankekuningan dari rongga perikardial. Pasca-prosedur, saturasi oksigen pasien meningkat dari 92%menjadi 98%. Hasil kasus ini menegaskan pentingnya mempertimbangkan tuberkulosis sebagaipenyebab efusi perikardial pada pasien pediatrik dengan riwayat kontak TB. Diagnosis dini danperawatan cepat, termasuk perikardiocentesis dan terapi OAT, sangat penting untuk mencegahkomplikasi serius dan meningkatkan prognosis pasien.
Survival Rate Penderita Kanker Kolorektal di RSUD Dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Tahun 2022-2024 Razi, Khalikul; Yusuf, Muhammad; Meildi, Maria; Subhan, Nanda; Romi, Romi
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v10i9.61478

Abstract

Kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker paling umum dan penyebab kematian utama di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kesintasan penderita kanker kolorektal di RSUD Dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) pada tahun 2022-2024. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional dengan desain cross-sectional, menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien. Dari 104 pasien yang diikutsertakan, mayoritas adalah laki-laki (57,7%) dan sebagian besar berusia di atas 40 tahun (80,8%). Tingkat kesintasan menunjukkan bahwa 26,9% pasien hidup kurang dari satu tahun setelah diagnosis, sedangkan 46,1% bertahan lebih dari satu tahun. Temuan ini menunjukkan bahwa sebagian besar kasus terdiagnosis pada stadium IV, yang berkontribusi terhadap prognosis yang buruk. Penelitian ini menekankan pentingnya peningkatan program skrining dan kesadaran masyarakat terhadap risiko kanker kolorektal, terutama di Aceh.
THE RELATIONSHIP BETWEEN CLINICAL FACTORS AND OUTCOMES OF GASTROSCHISIS PATIENTS AT DR. ZAINOEL ABIDIN REGIONAL HOSPITAL, BANDA ACEH Darul Ilham; Subhan, Nanda; Azmi Fanany, Muhammad
Zona Kedokteran: Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Batam Vol 15 No 3 (2025): Zona Kedokteran: Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Batam
Publisher : Universitas Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37776/zked.v15i3.1961

Abstract

Background: Gastroschisis is an abdominal wall defect without a covering membrane, leaving intra-abdominal organs, particularly the intestines, exposed. Globally, the incidence varies, ranging from 0.22 to 7.91 per 10,000 live births.Objective: To determine the clinical associations of gastroschisis patients and identify risk factors that could potentially influence clinical outcomes at Dr. Zainoel Abidin Regional General Hospital, Banda Aceh. Methods: This retrospective observational study using medical records of patients with gastroschisis born between January 1, 2015, and December 31, 2018. Univariate and bivariate data analysis using the chi-square test with a P value <0.05. Results: In this study, the majority of patients were male (52.6%) with a birth weight ranging from 1,500 to 2,500 grams (63.2%). The most frequently performed intervention was primary closure (84.2%), predominantly conducted on day 0 of life (36.8%). A mild Apgar score was observed in 68.4% of the patients. There were statistically significant associations between survival duration and birth weight (p=0.016), type of surgical intervention (p=0.007), Apgar score (p=0.022), and timing of the intervention (p=0.000). Conclusion: Gastroschisis patients at this hospital are generally low-birth-weight boys born to young mothers. Factors such as birth weight, type of procedure, Apgar score, and age at procedure are associated with survival.